Vote sebelum baca:)
Siang begitu terasa hangat tatkala matahari mampu mengeluarkan sinarnya lebih lama, langit biru masih terlihat jelas di atas sana, pun dengan awan yang menghiasi langit tersebut menjadi semakin cantik nan indah.
Tidak ada jadwal kuliah untuk kedua laki-laki ini, hanya diam di dalam rumah sembari melakukan aktifitas yang mereka mau.
Bastian, laki-laki itu tengah pokus menatap layar dengan stik game di kedua tangannya. Laki-laki itu sedang bermain PS dengan di temani beberapa camilan.
Inilah yang selalu Bastian nantikan, menunggu hari dimana tidak ada jadwal untuk dirinya berangkat menuju kampus, begitu juga dengan kesibukan lainnya yang lumayan menguras tenaga.
Tuannya tidak kembali memberinya tugas, membuat Bastian hanya duduk manis di dalam rumah layaknya seorang budak yang sudah merdeka.
Senang? Tentu saja, laki-laki itu sangat menyukai momen seperti ini.
Tidak jauh berbeda dengan Bastian, Aland pun sama halnya.
Rasa semangat yang seakan menurun, Aland hanya berdiam diri di dalam rumah dengan merebahkan seluruh tubuhnya, menatap layar ponsel seraya menghilangkan rasa bosan, pun dirinya terlalu malas untuk melakukan aktifitasnya yang lain.
"Bas, kau sedang sibuk?" tanyanya berhasil membawa seluruh tubuhnya bergerak meninggalkan kamar mewah miliknya.
Menghampiri kamar Bastian yang tidak jauh dari kamarnya yang hanya terhalangi oleh beberapa ruangan.
"Menurutmu?" jawab Bastian tanpa menoleh, netranya masih fokus dengan game yang sedari ia mainkan.
"Tolong pesankan aku makanan."
Aland berucap dengan santai namun terkesan memaksa, perutnya terasa keroncongan. Tidak ada makanan siap saji di rumahnya, pelayan satu-satunya yang biasa menyiapkan semuanya kini sedang tidak berada di rumah.
Aland menyuruhnya pulang ke tempat asalnya untuk beberapa hari, namun sebagai gantinya, laki-laki itu memberikannya uang selama pelayannya pulang kampung.
Enak sekali, menerima gaji tetapi tidak melakukan apapun. Hanya diam di dalam rumah tanpa harus bekerja. Ini bukan gaji buta, laki-laki itu sengaja menghentikan pelayan rumahnya untuk beberapa hari kedepan.
Pekerjaan Aland akan sedikit rumit, laki-laki itu hanya tidak ingin membuat sang pelayan merasa curiga dengan pekerjaan yang akan dirinya lakukan nanti.
Daripada terkejut akan perlakuan tuannya, lebih baik Aland memilih kelaparan sebab tidak ada yang memasak di rumah.
"Hei, Tuan. Tubuhmu masih utuh, kedua kakimu masih bisa berjalan, tanganmu masih berfungsi, dan pulsa di ponselmu tidak terpakai. Kenapa tidak kau saja yang melakukannya?"
Bastian merubah posisinya, berdiri sembari mendekati Aland yang kini menatap wajahnya datar. Laki-laki itu membalas tatapan Aland yang masih berdiri di ambang pintu kamar, tidak habis pikir dengan sahabatnya.
Menghampiri kamarnya yang lumayan berjarak beberapa meter, hanya untuk menyuruh dirinya memesan makanan saja.
Itu terkesan konyol!
"Cih, percuma saja aku mendatangimu kesini!"
Aland tetaplah Aland, seberapa dekat dan lama dirinya mengenal orang lain, itu semua tidak menjamin sikapnya akan berubah.
Wajah datar, ucapan menusuk, tatapan dingin, bak tidak ingin merubahnya sama sekali, anak itu tetap akan bersikap seperti itu.
Sifat yang sudah mendarah daging, walaupun terkesan acuh dan sombong, namun Bastian masih dapat merasakan kebaikan sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aland:End Of A Life
Tajemnica / ThrillerAland Smith, Terlahir dari rahim yang tidak di inginkan, siapa yang menyangka jika kehidupannya akan terasa begitu rumit? Ayah yang seharusnya menjadi pelindung kala dirinya terancam, namun pria itu justru mengusirnya. Seorang ibu yang menyayanginya...