Panasnya terik matahari semakin membakar tubuh, membuat sebagian orang tidak bersemangat untuk sekedar keluar rumah. Lebih memilih berdiam diri di tempat yang lebih sejuk. Di dalam ruangan, mungkin itu adalah satu-satunya pilihan yang sangat tepat untuk saat ini.
Alexa, gadis itupun sama halnya. Ingin segera kembali ke tempat persinggahan seraya membaringkan seluruh tubuhnya yang terasa pegal. Namun, itu semua hanya keinginan semata tatkala Bastian menyuruh dirinya untuk ikut bersamanya.
Menerobos jalanan dengan menaiki motor besar, Alexa tidak bisa menolak keinginan sahabatnya. Tidak apa, Bastian selalu bersikap baik terhadapnya. Walaupun mungkin, rasa kesalnya akan kembali tersulut jika saja ia nanti bertemu dengan laki-laki tanpa adab di dalam sana.
Motor terhenti tepat di dalam pekarangan rumah mewah berlantai tiga, keduanya menuruni motor dengan perasaan yang terasa kontras.
Bastian, laki-laki itu tersenyum senang. Sebab, dirinya sudah berhasil membawa Alexa ke tempat ini. Membujuknya sedikit keras, usaha Bastian tidaklah sia-sia. Rasa takut akan ancaman Aland yang tidak pernah main-main dengan ucapannya, tentu saja Bastian tidak ingin.
Berbeda dengan Bastian, Alexa justru merasa ragu. Perasaannya seakan menolak untuk memasuki rumah itu walaupun keduanya sudah berada di depan rumah, "Bastian?"
"Iya."
"Sebaiknya aku pulang saja."
Alexa berucap dengan menarik pergelangan tangan laki-laki itu. Kaki yang sempat melangkah ingin segera memasuki rumah, kini harus terhenti sebab Alexa mencegahnya. Bukan tanpa alasan, Alexa melakukan itu karena kedua kakinya terasa berat meminta ingin segera kembali pulang.
Bastian yang mendapat perlakuan tidak biasa seketika menatap wajah gadis yang kini masih memegang pergelangan tangannya. Seolah tidak ingin melepaskannya, laki-laki itu hanya tersenyum hangat.
"M-maaf."
Merasa bodoh sekaligus tidak enak hati, Alexa segera melepaskan tangannya. Sudut bibirnya sesekali mengukir senyum atas tindakan memalukan yang baru saja dirinya lakukan.
Mencoba memecah keheningan, Bastian bertanya dengan perasaan yang sulit di artikan, "Kenapa ingin pulang?"
"Aku hanya merasa tidak pantas harus memasuki rumahmu yang megah ini."
Tidak, bukan itu yang ingin Alexa katakan. Gadis itu hanya tidak ingin mencari masalah dengan Aland, keduanya tinggal dalam satu rumah. Maka tidak menutup kemungkinan jika Aland berada di dalam sana sekarang.
Pikiran yang sedikit kacau, gadis itu tidak mau menambah beban pikirannya hanya karena harus berdebat dengan laki-laki yang di anggapnya menyebalkan. Juga, sebentar lagi dirinya harus kembali bekerja. Menjadi kurir sebagai pengantar makanan, Alexa harus kembali menyiapkan tenaga.
"Kau ini bicara apa? Semua manusia itu sama. Kau harus ingat itu!"
"Tapi..."
"Sudah ... Mari masuk."
Tidak ingin membuang waktu lebih lama, mengingat Aland sudah pasti sedang menunggu kedatangannya. Bastian menarik tangan Alexa tanpa perasaan ragu, membawa gadis itu ke dalam rumah.
Kedua kaki Alexa yang semula terasa kaku hanya untuk sekedar berjalan satu langkah, mau tidak mau kini dirinya harus mengikuti langkah Bastian.
"Silahkan duduk."
Dengan berat hati, akhirnya gadis itu mendudukan seluruh tubuhnya di atas sofa. Rasanya sangat empuk juga nyaman. Namun percayalah, hati Alexa tidak senyaman itu sejujurnya.
"Mau minum apa?"
"Tidak perlu, duduk saja temani aku."
"Kau pasti haus, Al."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aland:End Of A Life
Tajemnica / ThrillerAland Smith, Terlahir dari rahim yang tidak di inginkan, siapa yang menyangka jika kehidupannya akan terasa begitu rumit? Ayah yang seharusnya menjadi pelindung kala dirinya terancam, namun pria itu justru mengusirnya. Seorang ibu yang menyayanginya...