"Bastian!"
Suara berat itu terdengar mengancam, Bastian yang semula duduk menatap layar televisi kini mendongak menatap laki-laki yang sudah berada di belakangnya.
"Iya."
"Kenapa kau membawanya kemari?" tanyanya sembari duduk di atas sofa tepat di samping Bastian.
"Siapa?"
"Siapa lagi kalau bukan orang asing yang sudah berani memasuki rumahku!"
Aland masih kesal dengan tindakan bodoh sahabatnya ini, mengajak orang lain memasuki kawasan miliknya. Selama ini, tidak ada yang mengetahui keberadaan Aland.
Rumah yang lumayan jauh dari pemukiman warga, bangunan itu hanya satu dengan hamparan pemandangan hijau di sekitarnya.
Tempat yang cukup nyaman untuk di huni, Aland sengaja memilih rumah tersebut mengingat dirinya tidak menyukai kebisingan.Udara segar di pagi hari membuat Aland semakin merasa betah, pohon hijau itu sedikit membawanya terhadap kenyamanan. Sangat cocok sekali dengan dirinya yang tertutup.
Namun siang tadi, Bastian mengajak seorang gadis ke rumahnya. Tentu saja itu membuat Aland merasa geram. Beruntung, sekarang gadis itu sudah tidak berada di dalam rumahnya sebab dirinya sudah mengusirnya sedikit paksa.
"Maksudmu ... Alexa?
"Kau masih menganggapnya orang asing?" tanya Bastian heran.
"Kau pikir saja sendiri!"
Laki-laki itu semakin menajamkan tatapannya, merasa kesal dengan Bastian sebab anak itu terus saja bertanya. Sahabatnya itu tidak pernah peka, padahal keduanya sudah tinggal cukup lama.
"Ayolah, dia itu sahabat kita. Apa kau lupa?"
Bastian bingung, laki-laki itu masih menganggap jika Alexa adalah orang asing. Padahal dirinya sudah susah payah mengenalkan sosok gadis bermata biru itu kepada dirinya, namun tetap saja Aland seakan tidak menganggap keberadaan Alexa hingga kini.
Bastian harap, semoga dengan kedatangan Alexa ke dalam kehidupannya bisa sedikit mengubah perilaku laki-laki itu.
Aland yang sangat tidak menyukai keramaian, bahkan kala seseorang ingin mengajaknya untuk sekedar berkenalan saja anak itu tidak ingin. Terlalu menutup diri dari dunia, lebih memilih menyendiri di dalam kamar dengan segala kesibukannya yang Bastian akui cukup lumayan padat.
Bastian merasa sedikit khawatir, takut jika kebiasaan Aland yang seperti itu akan menjadi dampak buruk untuk dirinya sendiri. Kehadiran sosok Alexa yang sifatnya sangat kontras dengan Aland, semoga saja gadis itu dapat membawa aura positif terhadap laki-laki dingin itu.
"Sahabat? Kenapa pikiranmu bodoh seperti ini!"
"Kau mengataiku bodoh?"
Bastian berucap dengan membalas tatapan Aland, manik yang terlihat menajam. Sungguh, Bastian merasa jengkel dengan laki-laki satu itu. Jika saja Aland bukan orang yang berpengaruh besar dalam kehidupannya, mungkin anak itu sudah tinggal nama saja sekarang.
Tidak, anak itu pasti tidak akan membiarkannya semudah itu. Sebelum Bastian menghabisi Aland, sudah dapat di pastikan jika Bastianlah yang akan hanya tinggal nama.
Mengingat siapa Aland, Bastian tau betul bagaimana kehidupan laki-laki itu. Berani mengusik ketenangannya, maka sama seperti menyerahkan nyawa dengan percuma.
Sangat merugikan, lebih baik Bastian sedikit mengalah walaupun hati kecilnya meronta ingin mengajak laki-laki itu berduel!
"Jika dia mengetahui siapa kita yang sebenarnya, apa kau yakin dia masih menganggapmu sahabat?" tanya Aland datar, namun tetap saja kalimat yang ia keluarkan selalu membuat lawan bicaranya kalah telak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aland:End Of A Life
Mystery / ThrillerAland Smith, Terlahir dari rahim yang tidak di inginkan, siapa yang menyangka jika kehidupannya akan terasa begitu rumit? Ayah yang seharusnya menjadi pelindung kala dirinya terancam, namun pria itu justru mengusirnya. Seorang ibu yang menyayanginya...