3

22 7 0
                                    

Kebanyakan orang, pasti menyambut pagi dengan penuh semangat dan senyuman. Tapi dreyna berbeda. Ketika sahabatnya sudah bersiap-siap berangkat ke kampus, Gadis itu justru masih bersantai di atas tempat tidurnya.

Masih pagi mood-nya sudah dibuat hancur oleh pesan yang masuk ke ponselnya 1 jam yang lalu.

MAMA

[Kalo kamu ada keperluan tentang kampus jangan hubungi Mama dan papa]

[Kecuali kalo kamu berubah pikiran, pindah ke jurusan pai]

Dreyna, gadis yang selalu dipaksa menjadi apa yang diinginkan kedua orang tuanya. Sejak kecil, orang tuanya menuntut Dreyna untuk menghafal 30 juz alquran. Tidak mempedulikan batas kemampuan Dreyna, tanpa peduli bagaimana anaknya susah payah menghafal ayat demi ayat, surat demi surat, yang pastinya tidak mudah.

Masa kecil dan remajanya habis dengan mengaji, murojaah, tilawah. Dreyna tahu itu adalah kegiatan yang dianjurkan agamanya, kegiatan yang menghasilkan pahala dan tidak merugikan.

Tapi, dreyna muak dengan orang-orang di sekitarnya. Mereka terus menuntut, menuntut dan menuntut agar dreyna menjadi Hafiz Quran, tanpa tahu dia tertekan selama ini. Saat Dreyna berhasil mencapai sesuatu, apresiasi yang didapatkannya tidak sebanding dengan usahanya. Dan saat dia gagal, mereka menyalahkannya, melontarkan kata-kata menyakitkan.

Dreyna pikir jika dia sudah lulus SMA, kedua orang tuanya membebaskan dirinya untuk meraih apa yang menjadi impiannya selama ini. Namun nyatanya, mereka tetap memberi paksaan. Memaksa agar ia memilih jurusan pendidikan agama Islam, padahal, Dreyna minat dan niat di jurusan matematika.

"Kok lo masih gembel?"

Zasya duduk di pinggir ranjang gadis itu. Zasya tahu sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja. Tidak biasanya dreyna bermalas-malasan, di antara mereka bertiga bisa dibilang Dreyna lah yang paling disiplin.

"Biasa, ortu gue."

"Nyuruh lo pindah jurusan lagi?"

"Iya. Kayaknya kalau gue terus-terusan ngebantah kemauan mereka, Gue bakal dicoret dari KK."

"Gila aja sampe segitunya. Lo pasti bisa membanggakan mereka lewat sesuatu yang mereka remehkan."

"Pasti."

"Sipp." Zasya mengacungkan dua jempol tangannya. "Sekarang lo mandi, bau lo udah kayak penumpang angkot."

Zasya segera melarikan diri sebelum terkena lemparan bantal dari dreyna. Enak saja dia bilang dreyna bau, menyamakannya dengan aroma khas di angkutan umum lagi. Dreyna sangat memperhatikan kebersihan tubuhnya, sudah pasti yang dibilang zasya tidaklah benar.

••••••••

"Eh!"

Di tengah perjalanan menuju perpustakaan, Dreyna menabrak punggung tegap seorang laki-laki. Beberapa buku yang dibawanya berserakan di lantai, salahkan dirinya yang tidak fokus.

"Sorry, gue gak fokus merhatiin jalan tadi."

"Gapapa, salah gue juga berdiri di tengah jalan." Gavael segera membantu Dreyna merapikan kembali buku-buku yang terjatuh. Ya. Cowok yang ditabrak Dreyna adalah gavael.

"Makasih." Dreyna merasa beruntung karena menabrak orang baik-baik, padahal gadis itu sudah mempersiapkan diri untuk dicaci maki. Biasanya seperti itu bukan? Bahkan terkadang orang yang menabrak lebih galak dari yang ditabrak.

"You are welcome. Bukunya mau dibawa ke mana?"

"Perpus."

"Lo minjam buku sebanyak ini?" Tanya Gavael heran, pasalnya gadis di hadapannya ini membawa 5 buku sekaligus.

MERAKIT HARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang