4

28 7 0
                                    

"HP lo bunyi tuh, angkat gih! Berisik." Gavael yang sedang bermain game merasa terganggu dengan suara dering ponsel milik Zeeandra yang berbunyi berulang kali.

Dengan malas Zeeandra meraih ponselnya di atas nakas.

"Kamu di mana? Opa ada di Indonesia." Terdengar suara tegas seorang laki-laki dari seberang sana. Itu adalah alther, kakeknya.

Zeeandra terkejut. "Opa di mana?" Bukannya menjawab, cowok itu malah balik bertanya.

"Di rumah. Opa tunggu penjelasan dari kamu dan bundamu." Sambungan telepon itu terputus begitu saja.

Dengan cepat Zeeandra mengambil kunci motor, setelahnya pergi meninggalkan apartemen gavael. Perasaannya tidak karuan saat ini. Zeeandra tidak ingin menginjakkan kakinya ke rumah yang dulu. Di sana tersimpan banyak kenangan manis yang menyakitkan.

••••••••

"Tuan muda." Pak Bagas selaku kepala keamanan segera membukakan gerbang. "Selamat datang kembali di rumah."

"Terima kasih." Respon Zeeandra singkat. Cowok itu memandang nanar rumah megah bergaya modern di hadapannya. Kurang lebih 10 tahun lamanya dia tidak mengunjungi rumah ini.

Zeeandra berasal dari keluarga konglomerat. Alther adalah pemilik beberapa perusahaan besar di negara Swiss. Begitupun dengan Dyandta, sang nenek. Kelak semua kekayaan yang mereka miliki jatuh ke tangan Zeeandra. Karena dia adalah cucu satu-satunya. Hal itu yang membuat kebahagiaan dan ketenangan sirna dari keluarga kecilnya.

Para pelayan dan bodyguard membungkuk hormat seraya menyapanya, namun Zeeandra hanya merespon dengan anggukan kecil. Laki-laki yang sedang berperang dengan kenangan di masa lalunya itu segera menghampiri pasangan baya yang sedang duduk di atas sofa ruang tamu.

Dyandta menyambutnya dengan pelukan hangat. Sudah 10 tahun lamanya mereka tidak bertemu. Berbeda dengan alther, pria itu justru bersedekap dada seraya menatap cucunya dengan tajam. Dia sangat kecewa mendapati Putri dan cucunya memilih meninggalkan rumah yang ia fasilitasi.

"Kenapa pindah? Apa karena laki-laki brengsek itu?" Alther berusaha mungkin mengontrol emosinya.

"Tenang dulu! Biarkan Zeeandra duduk." Ujar Dyandta dengan logat bulenya. "Duduklah nak!"

"Mana bundamu? Mengapa kalian tidak datang bersama?" Tanya Dyandta setelah Zeeandra nyaman dengan posisi duduknya.

Zeeandra bingung hendak menjawab apa. Dyandta menatap sang cucu dengan mata birunya penuh keteduhan.

"Bunda..." Zeeandra menghela nafas. "Ada di rumah dia."

Sangking kecewanya dengan Zaiden, Zeeandra tidak menyebutnya dengan iming-iming ayah. Mendengar penjelasan Zeeandra, Alther segera memerintah beberapa bodyguardnya untuk mendatangi rumah Zaiden.

"Dengar! Jika ada seorang laki-laki yang menghalangi kalian, jangan pedulikan! Hajar dia atau perlu habisi dia. Bawa putriku dalam waktu kurang dari 1 jam." Perintahnya mutlak, 6 bodyguard setianya segera melakukan apa yang diperintahkan.

Dulu, alther sangat menyukai Zaiden. Zaiden adalah sosok yang bertanggung jawab, sopan santun, dan kinerjanya patut diacungkan jempol. Namun pandangan alther berubah 180 derajat terhadap laki-laki itu semenjak ia tahu bahwa Zaiden menikahi alerra hanya untuk mendapatkan harta dan perusahaan. Zaiden tidak setulus yang ia pikirkan, justru Zaiden adalah seseorang yang penuh dengan kemunafikan. Alther sudah berkali-kali meminta Alerra untuk bercerai dengan Zaiden, namun Alerra selalu tunduk dengan ancaman yang diberikan laki-laki manipulatif itu.

"Beristirahatlah! Nanti kita berkumpul jika sudah waktunya makan malam." Perintah Dyandta yang segera dipatuhi oleh Zeeandra.

Berkali-kali cowok berparas tampan itu mencoba menetralkan rasa sesak di dadanya sebelum membuka pintu kamar yang bertahun-tahun ia tinggalkan. Ruangan nuansa biru menyambutnya di balik pintu. Tidak ada yang berubah, barang-barang miliknya sewaktu kecil dulu, masih berada di tempat yang sama. Kamar itu tetap terawat dan bersih, karena walaupun keluarganya pindah, para pekerja di rumah itu tetap tinggal di sana.

MERAKIT HARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang