</BAB 10>

62 37 11
                                    

Enjoy reading

sebelum membaca, jangan lupa tekan tombol bintang dan komen di setiap paragrafnya yaa

------------------


Di sudut sepi perpustakaan, seorang gadis duduk dengan pandangan fokus tertuju pada layar laptopnya. Rambutnya terurai, sebagian menutupi wajah yang berkerut ringan, tanda bahwa ia tengah berjuang keras memahami baris-baris kode di hadapannya. Sesekali ia menggigit bibirnya, jari-jari tangannya mengetik cepat di keyboard, lalu berhenti, diam sesaat, menatap kode seolah-olah ada rahasia besar yang bersembunyi di baliknya. Gadis itu bukan sekadar belajar coding untuk tugas kuliah atau hobi, melainkan demi sesuatu yang lebih dalam — cinta yang ia simpan diam-diam. Laki-laki yang ia kagumi, seseorang yang sering ia lihat di ruang kelas namun terlalu malu untuk didekati, ternyata sangat berbakat dalam dunia coding.

Setiap kali gadis itu melihatnya berbicara tentang algoritma atau membahas setiap baris code dengan teman-temannya, matanya selalu bersinar penuh kagum. Ia ingin bisa menjadi bagian dari dunia yang sama, memahami bahasa komputer seperti laki-laki itu, berharap suatu hari bisa duduk bersamanya, berbincang tentang coding, dan mungkin saja, menumbuhkan koneksi yang lebih dari sekadar teman sekelas.

Namun, ini bukan hal yang mudah. Coding bukanlah sesuatu yang ia kuasai secara alami. Setiap baris kode seolah menantang kesabarannya. Tapi semangatnya tak pernah surut. Di balik layar laptop, gadis itu menyembunyikan ambisi besar, membayangkan bagaimana rasanya jika suatu hari ia bisa menyelesaikan masalah yang rumit, lalu mendiskusikannya dengan laki-laki yang ia kagumi. Dalam heningnya perpustakaan, di antara deretan buku yang menumpuk, ia terus berlatih, bertekad untuk tidak hanya belajar coding, tetapi menjadi ahli, meskipun jalan yang harus ia tempuh penuh dengan trial dan error. Mungkin, di antara baris-baris kode yang kini membingungkan, ia akan menemukan bukan hanya solusi algoritma, tetapi juga cara untuk mendekatkan dirinya pada perasaan yang selama ini ia pendam.

Rasanya sungguh menyenangkan, berusaha untuk selalu mengembangkan diri agar pantas bersanding dengan lelaki yang memiliki value tinggi membuatnya termotivasi untuk menjadi lebih baik juga, belajar banyak hal baru, dan menemukan diri sendiri versi terbaru.

Dan itu semua karena cinta pertamanya, Alvindra Mahardika si laki-laki yang mempesona dengan kepntaran dan segala hal tentangnya.

Suara notifikasi yang muncul dari layar ponselnya membuat gadis itu mengalihkan pandangan sejenak dari buku dan laptop. Jarinya memencet notifikasi tersebut yang ternyata ada pesan dari Reva.

Reva: tebak gue lagi dmnaa

Naretta: dimana-mana aja boleh

Reva: si anjir, serius juga

Reva: eh btw lo udah pulang?

Naretta: tebak coba

Reva: malah balik nantangin?!

Naretta: emng lgi dmana?

Reva: perpusnya kampus lo dong

Naretta yang membaca pesan itu mengernyit kemudian menatap ke sekeliling perpustakaan yang tampak hening dengan para mahasiswa di bangkunya masing-masing dibatas oleh sekat-sekat setiap mejanya. Ia meneliti satu persatu wajah mereka dan tidak mendapati keberadaan Reva sama sekali, maka dari itu ia kembali mengirim pesan.

Naretta: ngapain?

Reva: nyari referensi buku, perpus di kampus gue lagi renovasi

Naretta: wkwk laprak?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVE PROGRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang