"Programmer ya?"
"Kenapa memang?" tanya lelaki itu sambil menaikkan sebelah alisnya meledek perempuan pendek di depannya
"Pantes lancar banget ngehack hati aku nya"
lelaki itu tergelak mendengarnya
KARYA MERUPAKAN MURNI IMAJINASI DARI PENULIS, DIL...
jangan lupa tekan tombol vote dan juga comment nya di setiap paragraf yaa, hargai penulis dengan hal sederhana tersebut
Revisi jadi 2900++ kataa yaww.
---------------
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ketika semesta mendengar ada hati yang sedang jatuh cinta, ia sering kali menciptakan pertemuan-pertemuan kecil. Bukan tanpa alasan, tapi untuk diam-diam menyalakan perasaan itu semakin terang."
Hari ke-2 ospek.
Spesies manusia berkuncir satu yang baru saja mendaratkan bokongnya di kursi sedari tadi tak henti untuk menoleh ke kanan dan kirinya, memperhatikan satu persatu wajah tanpa terlewat bak seorang detektif visual yang sedang melakukan audit wajah nasional.
Lagian, untuk apa sih dia melakukan itu?
"Eh, permisi" tegur salah seorang lelaki yang merasa jalannya terganggu karena Naretta berdiri ditengah-tengah bangku undakan auditorium.
Naretta termenung sejenak, bukan karena terpesona tapi karena melihat wajah di depannya itu terasa familiar dengan wajah yang sedari kemarin mengganggu pikirannya. Duh, kamu ini apa-apaan sih Naretta? Lagian kamu aja ga terlalu inget wajah orang yang kemarin itu kayak gimana, mendadak ngeblur itu wajah! Harusnya direkam baik-baik wajahnya, bukan punggungnya. Mana semua cowok yang ada disini rata-rata punya punggung kayak gitu lagi.
"Permisi" tegur lelaki itu kembali.
Naretta langsung tersadar dari renungannya "Eh maaf mau tanya, kemarin kamu main basket?" tanyanya spontan. Ia benar-benar mempertanyakan yang ada di pikirannya tanpa pikir panjang.
Naretta tau ini pertanyaan bodoh, tapi ia tetap mencoba. Ia terlalu penasaran dengan sosok kemarin yang ditemuinya.
Si lelaki yang ditanya menaikkan sebelah alisnya setinggi mungkin.
"Gue sukanya futsal, bukan basket" jawab lelaki itu datar.
Malu kata gue, malu.
"Ah iya maaf ya, salah orang" ucap Naretta malu, ia menundukkan pandangannya barulah memberikan akses jalan untuk lelaki itu.
Aku mencintaimu meski aku tidak tahu namamu.
Meski lelaki itu sudah hilang dari pandangan, Naretta tetap masih merasa malu hingga ia rasanya ingin tersedot saja oleh udara kemudian menghilang.
"SELAMAT PAGI WAJAH-WAJAH ARDHAMA UNIVERSITY!"
Teriakan yang melengking itu membuat seluruh pasang mata yang ada di auditorium kini terfokus pada satu pusat depan panggung.
"Selamat pagi kakk!"
"KURANG KERAS! SEKALI LAGI! SELAMAT PAGI TEMAN TEMAN CALON MAHASISWA!!"