"Aku pulang."
Karina dan Elang berseru saat memasuki rumah. Tidak banyak hal yang berubah dari rumah mereka sejak terakhir kali Elang meninggalkannya. Ia mengikuti langkah Karina menuju dapur untuk meletakkan belanjaan. Setelah tiga tahun berkeliling berbagai negeri bersama sang kakek pada akhirnya rumah adalah hal terbaik yang pernah ada.
"Oh iya Elang, sebaiknya kau bergegas mandi, tadi Nicholas berpesan padaku kalau kau dan timmu harus berkumpul jam lima di tempat latihan, ada yang ingin dibicarakan."
"Aku mengerti. Kalau begitu aku ke kamar dulu Bu."
Elang bergegas ke kamar meninggalkan Karina dan berbagai jenis bahan makanan. Anggota tim... benar juga. Pantas saja sejak tadi Elang merasa ada yang kurang, sekarang ia tahu apa itu. Dari tadi, ia sudah bertemu teman-teman sengakatannya, kecuali dia; Guinevere Abigail.
Elang meletakkan ranselnya dan segera meraih bingkai foto yang menampilkan seorang pria dewasa bersurai perak tengah tersenyum ke arah kamera dengan tiga orang anak kecil, yang satu bermata hitam dengan rambut warna senada, sangat kontras dengan kulitnya yang seputih salju. Seorang lagi adalah bocah pirang bermata langit musim panas yang tidak lain adalah dirinya sendiri, dan yang terakhir bocah bersurai cokelat terang, berbaju merah muda yang tengah memegang gulali yang tak lain adalah Rosemary.
Elang menatap sendu ke arah wajah Guinevere, jemari tannya mengusap permukaan kaca bingkai itu. Sudah lama Elang tidak bertemu Guinevere, sangat lama. Guinevere adalah salah satu altergo jenius. Setiap ada dalam misi atau pertarungan, tidak ada satupun pergerakan yang sia-sia. Kadang Elang ingin mengutuk dirinya sendiri jika ia mengingat kejadian saat ujian Alnilam, ujian perebutan gulungan di hutan kematian.
Gara-gara kecerobohan Elang, tim mereka diserang ular raksasa. Dulu, Elang masih terlalu bodoh untuk mengendalikan energi ataupun bekerjasama dengan demon beast di dalam tubuhnya. Rosemary tidak membantu banyak, karena walau ia bisa mengontrol energi altergo-nya dengan baik, dia tidak berani memunculkan sosok altergo miliknya, Rosemary terlalu takut menyakiti yang lain, dan berakhirlah dengan Guinevere yang harus melindungi mereka berdua. Beruntung ular raksasa itu menghilang begitu matahari tenggelam. Sejak saat itu Elang mengerti kenapa dia membenci Guinevere. Elang membenci Guinevere bukan karena ibunya yang tampak lebih menyayangi teman masa kecilnya itu daripada dirinya, tapi Elang membenci Guinevere karena Guinevere selalu melindunginya bahkan saat ia tidak bisa melindungi dirinya sendiri.
Karina bilang karena luka itulah Guinevere tidak bisa mengikuti upacara kelulusan Alnilam. Guinevere merupakan lulusan terbaik ketiga di bawah Vector yang merupakan lulusan terbaik pertama dan Elang yang merupakan lulusan terbaik kedua. Elang jadi bertanya-tanya, apakah Guinevere masih semenyebalkan dulu? Seberapa kuat Guinevere sekarang? Apakah Elang sudah bisa melampauinya? Dan yang terpenting adalah, apakah Guinevere sudah kembali?
Elang menghela napas lelah, ia letakkan kembali bingkai foto itu di atas nakas sebelum beranjak menuju kamar mandi. Otaknya tidak dirancang untuk berpikir seperti otak Guinevere, jadi berpikir rasanya tidak ada gunanya. Lebih baik sekarang Elang mandi dan bergegas ke tempat latihan. Mungkin jika ia bertemu Guinevere nanti, meminta maaf bukanlah ide yang buruk.
"Ibu, aku berangkat."
"Hati-hati di jalan dan pulanglah sebelum makan malam."
"Aku mengerti."
Elang segera berlari keluar rumah dengan semangat setelah tadi ia selesai mandi kilat dan berpamitan dengan ibunya. Sepanjang jalan menuju tempat latihan, Elang menyapa warga yang tak sengaja bertemu dengannya. Di persimpangan jalan menuju tempat latihan ia berhenti sejenak hanya untuk memandangi sebuah danau berair jernih. Ia ingat, saat masih kecil Guinevere sering berada di sana sendirian, terkadang pula bersama sang kakak; Gerald Abigail. Mengingat itu senyum Elang semakin lebar dan ia berlari lebih cepat menuju tempat latihan.
"Yo, lama tidak bertemu, Elang." Lelaki berambut perak dengan masker menutupi separuh wajahnya menyapa dengan ingin tak ingin. Hanya ada satu orang yang akan melakukannya; Nicholas Arbito, Alnitak pembimbing Elang saat ia masih Mintaka.
"Apa yang kau lakukan Elang? Kau benar-benar terlambat." Rosemary bersedekap dada sambil mencebikkan bibirnya; kesal terlalu lama menunggu si pirang.
"Senior, jadi anggotanya sudah lengkap?" Seorang lelaki berambut cokelat cepak dengan mata hitam yang tidak Elang kenali tampak berbicara pada Nicholas.
"Oh, jadi dia Aaron Elang Cyane?" Seorang pemuda lain yang berambut hitam klimis dengan mata berwarna senada juga kulit putih cenderung pucat tersenyum yang tidak sampai ke mata. Senyum yang aneh.
Elang? Dia masih celingukan mencari....
"Ah, kau mencari Guinevere? Sayang sekali, dia belum kembali."
Yak. Dan ucapan Nicholas sukses menimbulkan awan mendung yang menurunkan hujan dalam kepala Elang. Lagi.... dia tidak bisa bertemu Guinevere. Apakah Guinevere membencinya sekarang?
"Ada apa dengan semangatmu yang tadi Elang?"
"A-ah tidak-tidak apa-apa kok Rosemary, hehehe." Elang menggaruk belakang kepalanya yang sama sekali tidak gatal. "Jadi, apa yang ingin Mr Nicholas bicarakan? Dan mereka ini siapa?"
"Oh aku lupa memperkenalkan mereka pada kalian, hahaha." Nicholas tertawa hambar. "Elang, Rosemary, dia adalah Yorino." Nicholas menunjuk lelaki berambut cokelat. "Dia yang akan memberi dan menjelaskan kalian tentang misi yang harus kalian jalani dan dia adalah Sean." Nicholas menunjuk pemuda dengan senyum aneh tadi. "Dia akan menggantikan posisi Guinevere sebelum Guinevere kembali."
"Kenapa bukan Mr Nicholas yang memberikan misi pada kami?"
"Ah itu, aku sedang dalam misi, Rosemary jadi aku tidak bisa memberikan misi pada kalian."
"Hei, Mr Nicholas."
"Ada apa Elang?"
"Kapan Guinevere akan kembali?"
"Kenapa kau tidak bertanya saja padanya?"
"Huh?" Semua orang menoleh pada arah yang ditunjuk oleh Nicholas dan tertangkaplah dalam pandangan seorang pemuda bermata oniks dengan rambut hitam panjang yang terikat satu ke belakang. "Kak Gerald."
"Lama tidak bertemu Elang. Kau sudah bertambah tinggi."
"Ahaha dan kau bertambah keriput."
"Ini tanda lahir, sama seperti kumis kucing di pipimu itu."
"Ahaha, aku hanya bercanda tahu. Jadi, di mana Guinevere?"
"Di tempat latihan tentu saja."
"Kenapa dia tidak kembali?"
"Kudengar dari Zoda dia sedang menyempurnakan jurus barunya."
"Begitu. Kapan dia akan kembali?"
"Aku juga tidak tahu."
"Apakah... apakah Guinevere membenciku?" Elang menunduk dalam.
"Huh?" Gerald mengerjap bingung.
"Sudahlah Elang, suatu saat Guinevere pasti kembali. Gerald ada apa kau kemari?" Nicholas menyela.
"Ah benar juga, kita harus segera berangkat Nicholas."
"Aku mengerti."
"Kalau begitu aku pergi dulu Elang, semuanya." Gerald berpamitan dan segera menghilang dari pandangan disusul oleh Nicholas yang menyerahkan Elang, Rosemary, dan Sean pada Yorino.
Sisa waktu yang ada digunakan Yorino untuk menjelaskan misi pertama yang akan mereka lakukan besok, tapi tak ada satupun kalimat yang sampai pada Elang, karena pikirannya hanya penuh dengan satu nama; Guinevere Abigail. Jadilah Elang hanya memejamkan mata, membiarkan angin memainkan surai pirangnya.
"Hei Guinevere, apakah kau membenciku?" tanyanya dalam hati. Sebuah tanya yang tak pernah mendapati jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora
FantasyAaron Elang Cyane selalu berpikir, sepulangnya ia dari latihan panjang selama 3 tahun, ia akan menjadi lebih kuat dan bisa melindungi rekan satu tim sekaligus sahabat masa kecilnya saat dalam misi, tetapi nyatanya saat ia kembali ke Konegade, Guinev...