10. Believe

14 1 0
                                    

Sementara Elang dan Guinevere melawan Cristhos, di sisi lain Rosemary dan Sean juga sedang bersusah payah melawan Kasias dan Kratos.

"Oh, kau sudah lumayan berkembang dari seorang Mintaka yang hanya bisa Membuat penghalang untuk dirinya sendiri, sekarang kau bisa memusatkan energimu untuk meninju lawan yang bisa membuat seluruh tulangnya patah. Mengesankan, hasil didikan Emerald." Kasias berkomentar setelah menghindari pukulan maut Rosemary.

"Mematahkan seluruh tulang, kah? Tunjukkan padaku!"

Kratos menyerang semua harimau milik Sean yang tercipta dari tinta khusus yang dialiri energi. Dia mengembalikan tulang lengannya dan meraih tulang dari punggungnya sebagai pedang untuk melawan Rosemary. Tidak ingin kalah Rosemary berubah ke dalam wujud altergo-nya; cherry. Rambut cokelat dan mata emerald-nya berubah menjadi warna merah. Kulit putihnya berubah kecoklatan dengan gigi taring yang memanjang dan satu buah tanduk di kepala seperti seekor unicorn.

Kratos menusukkan pedang dari tulang punggungnya ke dada kiri Rosemary untuk menghancurkan jantung gadis itu, tapi sia-sia, pedangnya retak. Rosemary dalam mode Cherry, barangkali kulitnya lebih keras daripada perisai perang.

"Menarik."

Kratos menyeringai dan mulai mengubah wujudnya ke dalam mode altergo. Rambut putihnya menebal, kulitnya berubah gelap. Tulang-tulang mencuat keluar dengan ekor yang melengkapi wujudnya. Struktur tulangnya lebih padat dari sebelumnya. Ia membuat pedang dari tulang lengannya dan beradu dengan kepalan tinju Rosemary.

Sementara Rosemary dan Kratos beradu kekuatan Kasias berhadapan dengan Sean. Mereka berdua tampak tidak tertarik untuk menampilkan sosok altergo mereka.

"Bagaimana Sean, apa kau ingin mrncobanya?" Kasias membenarkan letak kacamatanya sembari mengerling ke arah Kratos dan Rosemary.

"Ah apakah Anda tertarik, Kasias?" Sean balik bertanya.

"Hm, kurasa kutu buku sebaiknya tidak beradu kekuatan, tapi beradu kepandaian. Benar kan, Sean?" Kasias mengeluarkan gulungan, merapalkan sejumlah mantra sembari memperagakan gerakan aneh dengan tangannya. Ia menggigit ibu jari tangan kanannya hingga berdarah dan mengusapkan darah pada kertas gulungan. Saat ia menghentak gulungan dengan telapak tangan, barisan zombie muncul sebagai pasukan di bawah perintahnya. Tidak ingin kalah Sean mengeluarkan lebih banyak energi untuk menggambar dua raksasa dengan tintanya. Dua raksasa tinta Sean melawan pasukan zombie Kasias pun dimulai

*

"Kau!"

Cristhos mendesis marah. Ia menggerakkan tubuhnya dan menyabetkan ekor ular raksasanya ke tubuh Elang, sementara bagian yang dicakar Elang bertransformasi menjadi ular kecil-kecil yang membungkus seluruh tubuh Guinevere. Tidak tinggal diam, Guinevere mengubah dirinya ke dalam bentuk altergo. Surai hitamya menebal dan berubah warna menjadi abu-abu dengan kedua sayap yang tumbuh di punggungnya menyerupai sebentuk tangan berselaput di sela-sela jarinya dalam ukuran besar. Dalam sekejap ular-ular kecil yang melilit tubuhnya berubah menjadi potongan-potongan kecil.

Cristhos berhasil menyabetkan ekornya ke tubuh Elang hingga Elang terlempar dan menabrak batang pohon. Melihat pertahanan Elang yang mengendur Cristhos segera menembakkan bisa ke arahnya. Guinevere yang melihat itu tidak tinggal diam, ia bergerak cepat dan menggunakan pedangnya untuk membalikkan bisa ular milik Cristhos tepat ke matanya.

"Argh!"

Cristhos mendesis kesakitan saat merasakan panas menjalari sebelah matanya. Bisa itu benar-benar mematikan, bahkan ia sendiri tidak memiliki penawar. Terpaksalah dia harus bertarung dengan satu mata, karena sebelah matanya yang lain buta. Tapi tidak apa, ini hanya sementara, setelah ini ia akan mendapatkan mata crimson milik Guinevere dan dia akan benar-benar menguasai mantra keabadian.

"Kau memang menarik, Guinevere." Cristhos menjulurkan lidah dan membasahi bibirnya saat melihat Guinevere membantu Elang berdiri.

"Bodoh, sebaiknya kau tidak terkena bisa itu." Elang memperingati.

"Aku mengerti."

Elang dan Guinevere mulai bergerak lagi melawan Cristhos dari dua sisi yang berbeda. Cristhos mendesis saat melihat pergerakan Elang dan Guinevere. Ia merapalkan mantra dan dalam sekejap hujan jarum berbisa turun.

"Lightning needle."

Guinevere membalas setiap jarum dengan jarum listrik seperti serangan sebelumnya. Sebelum Guinevere mengembalikan kewaspadaan Cristhos sudah melilit tubuhnya dan kembali menghadiahi hujan jarum untuk Elang dan Guinevere. Dalam kukungan Cristhos, Guinevere tidak bisa mengeluarkan  lightning needle-nya. Elang tidak tinggal diam, jubah energi bagian ekornya menangkis setiap jarum yang menuju ke arahnya, tapi Elang mulai mengkhawatirkan Guinevere, yang bahkan tidak memiliki pertahanan apapun terhadap jarum berbisa. Menggeram, Elang menyerang Cristhos dengan membabi-buta. Mencabik, menggigit, menginveksi jalur energi, dan semua hal yang ia lakukan membuat tubuh daemon Cristhos terputus menjadi beberapa bagian dan Guinevere berhasil lolos dari lilitannya.

"Gwen, kau tidak pa-pa?"

"Hm."

Guinevere melihat pergerakan kecil dari Cristhos. Dengan crismon Guinevere bisa dengan jelas membaca gerakan bibir Cristhos. Dalam sepersekian detik mata Guinevere membola. Mantra itu....

"Maaf, Elang."

"Oi kenap—"

Buagh.

Guinevere menendang Elang sampai menabrak pohon. Guinevere tidak perlu khawatir kalau Elang terluka, karena demon beast yang ada dalam tubuhnya akan menyembuhkan tubuh Elang nanti. Masalahnya adalah mantra yang disebut Cristhos, itu adalah mantra terlarang. Guinevere ingat Arashi pernah memberitahunya soal ini, jadi Guinevere tahu apa yang harus ia lakukan. Cepat-cepat ia membuat penghalang di mana ia dan Cristhos ada di dalamnya.

"Uhuk." Elang terbatuk setelah punggungnya menabrak batang pohon dengan cukup keras. Apa sebenarnya yang dipikirkan Guinevere? Elang kembali mengalihkan pandang ke tempat di mana Guinevere dan Cristhos berada. "Penghalang?"

Mendadak Elang diserang tremor, tidak bisa, dia tidak bisa tinggal diam di sini. Jangan katakan Guinevere akan melakukan hal bodoh lain untuk melindunginya. Tidak! Elang tidak bisa membiarkan hal itu terjadi.

"Gwen!"

Elang berteriak mencoba menggapai penghalang itu, berharap ia bisa masuk ke dalamnya dan menghabisi Cristhos bersama Guinevere, tapi nihil. Saat tangannya menyentuh penghalang, yang ia dapati hanya sengatan listrik tak seberapa, tapi saat ia memaksa masuk sengatan itu akan semakin kuat.

"Kumohon Gwen! Tolong jangan melakukannya lagi."

Setetes bening mengalir dari sepasang rubi milik Elang. Lakuna dalam dadanya kembali terbuka, ia tidak ingin Guinevere terluka, sungguh. Sementara Guinevere yang mendengar teriakan Elang, menoleh dan mendapati Elang meneteskan air matanya. Ada sekelebat rasa hangat yang menyelimuti dadanya saat tanpa disadari bibirnya melengkungkan senyum seindah bulan sabit di langit malam.

"Aku percaya padamu."

Elang membeku saat menangkap gerak bibir Guinevere. Benar, tidak ada waktu untuk menangis atau menjadi melankolis. Sekarang yang terpenting adalah menyingkirkan Cristhos. Guinevere benar, Guinevere selalu percaya pada Elang, karena itu dalam misi-misi sulit saat mereka masih Mintaka, Guinevere tidak pernah keberatan menjadi umpan, semua dia lakukan karena dia percaya pada Elang dan untuk sekarang, Elang akan percaya pada Guinevere. Seharusnya sejak dulu hal itu yang harus dilakukan Elang; percaya pada Guinevere.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PandoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang