"Hei Elang, aku akan pergi mencari Gwen, dia sudah lama pergi dan tidak juga kembali, aku takut dia bertemu musuh lain, luka di lengannya itu cukup dalam." Rosemary berdiri dari duduknya.
"Biar aku saja Rosemary."
"Eh, kalian tidak berniat bertengkar lagi kan?"
"Tidak, bagaimana pun juga Gwen terluka karena aku."
"Kalau begitu kita cari Gwen bersama saja."
"Baiklah."
Elang dan Rosemary bergegas mencari Guinevere. Sedikitnya Elang merasa bersalah, kalau saja dia tidak melawan perintah Guinevere mungkin Guinevere tidak akan terluka dan dia tidak perlu bertengkar dengan Guinevere. Elang mengepalkan tangannya erat-erat, seandainya....
"G...Gwen?"
Ucapan Rosemary mengembalikan Elang ke dunia nyata dan ia melihat Guinevere di sana, sedang berhadap-hadapan dengan seorang pria berambut panjang dengan mata yang menyerupai ular. Keadaan Guinevere tidak bisa dibilang baik dan itu menimbulkan amarah yang membara dalam diri Elang. Tanpa berpikir Elang segera berlari dan mengambil tempat di sebelah Guinevere, Rosemary pun melakukan hal yang sama.
"Apa yang kalian lakukan di sini?"
"Geez kau masih ingin terlihat sok keren dengan melakukan semuanya sendirian? Lihat dirimu! Kau sudah babak belur begitu." Elang mencibir saat mendapati Guinevere benar-benar babak belur dan kelelahan. Keringat bercucuran dengan napas yang putus-putus. Luka goresan dan luka lebam menghias kulitnya yang seputih salju.
"Oh teman-temanmu datang Guinevere, kalau begitu aku akan memberikan ucapan selamat datang." Suara serak lelaki bermata ular itu mengawali terjadinya hujan jarum beracun.
"Rosemary penghalang!" Guinevere berteriak panik.
"Eh, tapi aku tidak bisa membuat penghalang yang cukup besar."
"Gunakan untuk dirimu sendiri, kalau terjadi apa-apa padaku dan Elang, kau bisa membantu kami nanti."
"Aku mengerti." Rosemary segera memasang penghalang untuk dirinya sendiri, karena memang hanya sebatas itu kemampuan energinya sekarang.
"Idiot menghindarlah."
"Kau tidak perlu menyuruhku tahu." Elang menghindar dengan sedikit kesal karena Guinevere terus-terusan menyuruhnya.
Elang dan Guinevere terus bertarung dengan hujan jarum yang sesekali juga menusuk ke dalam kulit mereka, karena jarum itu terlalu banyak. Elang menggeram kesal, karena hujan jarum merepotkan itu. Akhirnya dia tidak peduli lagi kalau jarum-jarum itu menusuk seluruh bagian tubuhnya, yang ingin ia lakukan sekarang adalah menghajar pria ular itu. Pria yang sudah membuat Guinevere babak belur.
"Idiot, apa yang kau lakukan?" Guinevere berteriak saat Elang berlari menuju pria ular itu, sedangkan si pria ular tampak merapalkan mantra, Guinevere benar-benar memiliki firasat buruk untuk ini.
"Aku akan menghajarnya tentu saja."
Dalam hitungan detik seekor ular raksasa sudah ada di antara Elang dan si pria ular. Elang tidak sempat menghindar saat ular itu menyemburkan bisanya, semuanya terjadi begitu cepat. Asap tebal muncul di tempat di mana ular dan pria ular tadi berada dan tiba-tiba Elang sudah jatuh terduduk dengan Guinevere yang ada di pangkuannya dalam keadaan yang lebih buruk dari saat pertama ia datang bersama Rosemary ke tempat itu. Pria ular dan ular sialannya sekarang menghilang entah ke mana saat akhirnya Elang menyadari apa yang terjadi. Guinevere melindunginya... lagi.
"Bodoh, oi!" Elang menepuk pipi Guinevere yang terasa dingin. Jarum-jarum beracun masih bersarang di tubuh Guinevere juga tubuhnya. Kulit Guinevere begitu pucat, Elang tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang.
"Idiot, ke...napa...kau mena...ngis?"
"Aku... aku, uh... kenapa, kenapa kau melakukannya? Kenapa kau selalu melindungiku?" Tenggorokan Elang terasa tersumpal sesuatu saat menanyakan hal itu. Rasanya sesak seperti ada sesuatu yang entah apa berdesakan keluar dari dadanya.
"Karena... kau membenci...ku."
"Apa yang kau katakan, hei Gwen, Gwen jangan bercanda bodoh!" Sekarang Elang tidak bisa berhenti menangis saat dilihatnya sepasang kelopak berbulu mata lentik milik Guinevere terpejam erat. Perasaan sesak itu mengantarkan tangis pilu tanpa suara bersamaan dengan langit yang mulai jelaga.
"Gwen." Rosemary segera bergabung dengan Elang untuk memeriksa keadaan Guinevere. Ini buruk, benar-benar buruk.
Hari itu Elang dan Rosemary bersusah payah membuat ramuan dari berbagai tumbuhan yang mereka tahu agar Guinevere bisa bertahan selama tiga hari. Dan beruntunglah di hari terakhir Guinevere terbangun, walau tubuhnya masih luar biasa lemas. Dalam perjalanan menuju menara ada salah satu tim yang membawa gulungan Alnitak, sehingga Elang dan Rosemary bisa merebut gulungan mereka dengan bantuan Guinevere yang menganalisa kelemahan musuh.
Walaupun tim tujuh itu payah, tapi mereka cukup beruntung untuk tidak bertemu dengan monster. Sisa waktu yang ada mereka gunakan untuk pergi ke menara secepat yang mereka bisa agar tidak bertemu musuh lain. Rosemary bertugas membawa ketiga gulungan sedangkan Elang menggendong Guinevere yang bahkan untuk berdiri saja gemetaran. Elang dan Rosemary benar-benar merasa bersalah, karena kebodohan dan kemampuan mereka yang dibawah rata-rata pada akhirnya mengakibatkan Guinevere terluka cukup parah.
Saat akhirnya mereka sampai di menara dan menyerahkan ketiga gulungan pada pengawas, Nicholas dan Gerald mendatangi mereka. Tanpa membuang waktu Gerald segera meraih Guinevere dan menggendongnya pergi. Nicholas bilang Guinevere akan baik-baik saja, tapi pada kenyataannya Guinevere tidak datang pada upacara kelulusan Alnilam yang artinya dia tidak baik-baik saja.
*****
"Aku akan baik-baik saja kalau kau mau mendengarkan rencanaku dengan baik." Guinevere meraih tangan Elang yang berada di sebelah pipinya.
Suara jernih dan sentuhan Guinevere menyadarkan Elang dari lamunan panjang serta penyesalan masa lalu. Ia menatap sepasang obsidian Guinevere dan mengangguk mengerti, kali ini Elang berjanji tidak akan mengacau.
"Marry, apa kau keberatan jika aku menyuruhmu kembali?" Guinevere mengusap kepala Marry.
"Jika itu permintaanmu, aku akan kembali." Marry menghilang digantikan kabut asap yang menyertai kepergianya.
"Oh, siapa yang menyangka kalau kau akan menaklukkan monster yang membuatmu sekarat, Guinevere." Cristhos menampakkan dirinya yang sedari tadi bersembunyi di dalam pohon.
Elang menggeram marah, ingin rasanya ia mencabik-cabik wajah menjijikkan Cristhos, tapi dia berjanji dia tidak akan mengacau, dia harus menahan diri dan berpegang pada rencana Guinevere. Ya, itu yang harus dia lakukan.
"Walaupun Marry adalah monster yang membuatku sekarat, setidaknya dia lebih baik daripada manusia sepertimu Cristhos."
"Tiga tahun telah berlalu dan aku punya hadiah yang lebih hebat daripada racun Marry, Guinevere."
Cristhos mengubah dirinya ke dalam wujud daemon. Sesosok ular putih raksasa yang terdiri dari ribuan ular putih kecil dengan kepala Cristhos sebagai kepala utama.
"Elang, sekarang!"
Elang mengangguki perintah Guinevere dan langsung berlari cepat mencabik bagian tubuh Cristhos dengan cakarnya. Menginveksi aliran energi Cristhos dengan energi merah milik demon beast yang dia miliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora
FantasyAaron Elang Cyane selalu berpikir, sepulangnya ia dari latihan panjang selama 3 tahun, ia akan menjadi lebih kuat dan bisa melindungi rekan satu tim sekaligus sahabat masa kecilnya saat dalam misi, tetapi nyatanya saat ia kembali ke Konegade, Guinev...