Keempat remaja yang tengah bersembunyi itu masih membahas tentang hubungan musuh yang datang dengan sejarah terbentuknya dunia. Sementara di balik sebuah pohon tiga orang lelaki dewasa sedang menyeringai senang karena target buruan mereka muncul setelah tiga tahun menunggu untuk mendapatkan keabadian dan juga keuntungan yang besar. Apalagi selain target mereka, ada pula daemon berdarah murni yang bisa mereka jadikan objek eksperimen baru.
"Kalian hanya tahu sampai bagian itu?" tanya Guinevere pada Elang, Rosemary, dan Sean yang mengangguk bersamaan. Pasalnya itu mrmang fakta yang mereka pelajari selama di akademi dulu. Di berbagai buku yang dibaca Sean juga isinya hanya sebatas itu, tentang terbentuknya lima kerajaan besar.
"Sabda Dewa pada sang archangel lebih dari itu. Sang Dewa memutuskan membagi dunia menjadi lima kerajaan besar di mana setiap kerajaan dipimpin oleh seorang nephilim."
Setiap raja dari kelima kerajaan besar adalah seorang nephilim. Mulanya semua hal berjalan dengan baik mengingat dari dulu nephilim adalah ras pengawas, tapi lambat-laun terjadi konfrontasi antar ras lainnya. Mereka merasa tidak adil jika hanya ras nephilim yang diperbolehkan menjadi raja. Ras lain juga mengetahui rahasia seorang nephilim, yaitu jika seseorang membunuh dan meminum darah mereka, maka ia akan mendapatkan kekuatan yang sangat besar. Karena itulah terjadi perang tahta kedua.
Pada akhirnya seluruh anggota ras nephilim musnah. Para raja baru memutuskan untuk menyembunyikan fakta tentang perang tahta kedua dan juga ras nephilim. Mereka menjadikan ras nephilim hanya seolah ras yang ada di negeri dongeng.
Elang, Sean, dan Rosemary menganga takjub pada penjelasan Guinevere. Mereka jadi ingin tahu seperti apa ras nephilim itu.
"Geez, itu tidak penting, yang lebih penting sekarang adalah, Cristhos. Dia adalah mantan ksatria berpangkat Alnitak di Konegade, tapi dia kecewa karena kedua orang tuanya mati dalam perang. Dia menghianati kerajaan dan memutuskan untuk memulai mengumpulkan informasi soal mantra keabadian. Aku tidak tahu pasti apa saja yang harus dia lakukan untuk mantra keabadian, tapi dia mengincar crimson dan indigo, entah untuk mantra keabadiannya, entah hanya untuk uang."
Guinevere menghela napas sejenak. Sudah menjadi rahasia umum jika crimson—kekuatan mata berwarna merah darah yang mampu membaca pergerakan lawan beberapa sekon ke depan, atau orang-orang biasa menyebutnya bisa membaca masa depan dari klan Abigail—dan indigo—kekuatan untuk melihat titik-titik terdalam dari syaraf manusia dari klan Aoi menjadi buruan bagi para ksatria di kerajaan lain.
"Kalau dia menginginkan crimson kenapa harus kau? Dan kalau dia menginginkan indigo kenapa saat di hutan kematian Vector dan Aleasha tidak diserang?"
"Kukira Cristhos menginginkan crimson dan indigo sejak tiga tahun lalu, karena tahun-tahun sebelumnya Kak Gerald dan Kak Zoda tidak mendapatkan masalah saat menjalani ujian di hutan kematian, dan menurut Paman Arashi, Cristhos membutuhkan crimson dan indigo dari ksatira antara usia 12-17 tahun. Soal Aleasha dan Vector, kau kan tahu sendiri idiot, Aleasha tidak bisa menggunakan indigo-nya, jadi percuma saja mengambil matanya, dan Vector, kau juga tahu kalau Vector itu bukan dari keluarga pewaris tahta, indigo-nya disegel jadi juga akan percuma mengambilnya."
Di klan Aoi hanya pewaris tahta yang diperbolehkan menggunakan kekuatan penuh indigo, semantara yang bukan pewaris tahta indigo-nya akan disegel agar tidak mencapai kekuatan penuhnya, untuk menghindari pemberontakan, seperti yang pernah terjadi puluhan tahun silam.
"Benar juga, hehehe." Elang menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Kalau tidak salah tadi kau mengatakan misi rahasia kan Guinevere?"
"Hm." Guinevere membenarkan pertanyaan Sean. "Misi rahasia dari Yang Mulia Elgar; menangkap Cristhos, hidup atau mati."
"Tapi, kita tidak bisa melawannya tanpa rencana Guinevere."
"Oh aku lupa memberi tahu kalian." Guinevere mengeluarkan sebuah gulungan dan meletakkannya di tanah sebelum membukanya. "Ini adalah informasi yang kudapat dari Paman Arashi. Kemungkinan Cristhos akan bersama dua orang kepercayaannya yaitu Kasias dan Kratos, keduanya adalah ras altergo. Kasias merupakan salah seorang dokter yang membantu Cristhos untuk membuat obat-obatan aneh dengan berbagai khasiat aneh untuk menghasilkan uang, sedangkan Kratos memiliki kemampuan mengubah setiap tulang dalam tubuhnya menjadi senjata. Rosemary, Sean kalian berdua jauhkanlah Kasias dan Kratos dari Cristhos, aku dan Elang yang akan melawan daemon itu."
Sean dan Rosemary mengangguk mantap sebelum bertukar pandang dan langsung melesat untuk melakukan tugas mereka.
"Hei Gwen, kenapa ayahku memberi misi rahasia seperti itu padamu?"
"Kau tidak bisa menangkap ikan tanpa umpan idiot."
"Huh? Memangnya kita mau menangkap ikan? Bukankah misi rahasiamu menangkap Cristhos hidup atau mati?"
"Geez, terserah." Guinevere mulai berjalan mengendap.
"Oi, bodoh apmphh." Guinevere membekap mulut Elang dengan tangannya saat melihat Sean dan Rosemary mulai memasang jebakan.
"Hei Elang, dalam hitungan ketiga kita berlari ke arah jam dua, oke?"
"...."
"Oi idiot, aku berbicara padamu tahu!"
"Puah...hah...ha... bagaimana caranya aku bicara kalau kau membekap mulutku?"
"Hm."
"Bukan 'hm' bodoh, tapi—"
"Satu... Dua... Tiga...."
"Oi!"
Elang melesat menyusul Guinevere untuk berlari ke arah jam dua sedangkan di belakangnya terdengar sebuah ledakan yang ia yakini perbuatan Sean dan Rosemary. Elang bersumpah dia tidak akan mengacau kali ini.
"Lama tidak berjumpa, Guinevere."
Suara serak mengerikan menyambut Elang dan Guinevere saat mereka berdua berhenti di depan sebuah pohon dengan aura hitam yang begitu pekat. Perlahan dari batang pohon itu muncul sosok lelaki berambut panjang dengan mata yang menyerupai ular.
"Apa kau masih menginginkan ini?" Guinevere memejamkan mata dan membukanya lagi menampilkan iris berwarna merah darah.
"Ah tentu saja aku akan mendapatkannya setelah kita bermain-main." Cristhos tampak merapalkan mantra dan dalam sekejap seekor ular raksasa sudah ada di dekatnya. "Bagaimana, kau mengingatnya Guinevere?"
"Jangan...."
Suara berat yang berasal dari sebelah Guinevere mengalihkan atensi Cristhos dan juga Guinevere sendiri. Energi oranye keluar dari dalam tubuh Elang, membuatnya terlihat layaknya jubah dengan begian belakang yang membentuk tiga ekor.
"Jangan pernah kau berani menyentuh Gwen!"
Gigi taring Elang memanjang dengan bibir menghitam. Iris safirnya berubah menjadi sepasang rubi yang menatap tajam, dan kuku jarinya pun memanjang. Aura dari dalam tubuhnya benar-benar berat.
"Oh, kalau tidak salah ingat, kau adalah daemon berdarah murni bodoh yang tidak bisa mengendalikan energimu itu kan?"
"Diamlah brengsek!"
Elang merangsek maju, amarahnya telah sampai pada titik puncak, dan dia tidak bisa berpikir apapun lagi selain menghabisi Cristhos.
"Geez, dia memang selalu ceroboh." Guinevere hanya bisa menghela napas pelan melihat tidak ada perubahan pada Elang dalam mengontrol emosinya.
Di sisi lain Elang mencakar wajah Cristhos, tapi Cristhos lebih dulu menyembunyikan diri dengan menyatukan dirinya pada pohon tempat ia muncul tadi, jadilah Elang hanya mencakar batang pohon.
"Kau bilang jangan pernah menyentuh Guinevere, bukan? Lihatlah, aku akan menyentuhnya, aku akan mengambil matanya, dan kau tidak akan pernah bisa menyelamatkannya dariku. Dulu dan saat ini semuanya tidak akan berubah."
Deg.
Jantung Elang seperti berhenti berdetak dalam sepersekian sekon saat mendengar Cristhos berbisik di telinganya. Saat itu kejadian di hutan kematian terputar ulang dalam otaknya, sampai ia tidak menyadari kalau ular raksasa itu sudah membuka mulutnya lebar-lebar di depan Guinevere.
"GWEEENNN!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora
FantasyAaron Elang Cyane selalu berpikir, sepulangnya ia dari latihan panjang selama 3 tahun, ia akan menjadi lebih kuat dan bisa melindungi rekan satu tim sekaligus sahabat masa kecilnya saat dalam misi, tetapi nyatanya saat ia kembali ke Konegade, Guinev...