11. Baikan

485 36 0
                                    

___

.

.

.


        Keenan, ia berdehem membuat fokus keduanya teralihkan dan menatapnya. Ia berdiri di ujung tangga tak lupa dengan memasang wajah tengil yang ia perlihatkan.

"Cie~ yang udah baikan sama abangnya. Sampe peluk-peluk gitu, mana nggak ngajak-ngajak lagi." Ucap Keenan disertai nada sedih yang dibuat-buat.

"Ck, dasar pengganggu." Decak Reimond, ia kembali mendatarkan wajahnya dan melayangkan tatapan jijik pada ekspresi yang dikeluarkan Keenan.

"Bang Rei kok natapnya gitu? Abang nggak sayang lagi sama Keenan?" Ucap Keenan dramatis dan sedikit ambigu sambil memegang dadanya, seolah ia telah dicampakkan. Rei yang melihat itu pun mendengus sebal.

Rei kembali menatap Andrian. Ia sedikit menunduk dan menaikkan tangan yang sebelumnya ia turunkan saat mengalihkan pandangannya pada Keenan. Dengan pelan ia menepuk bahu Adrian.

Puk

Sang empu yang merasakan sentuhan akhirnya tersadar. Ia menatap sang abang yang baru saja menepuk bahunya.

"Udah tenang kan? Turun yuk." Ucap Rei dengan sunyum tulus diwajahnya.

Adrian hanya mengangguk. Keenan yang merasa terabaikan pun kembali berucap.

"Ian nggak mau peluk abang? Masa Bang Rei doang, Ian nggak adil!" Ucap Keenan merajuk.

Adrian maju, melangkah mendekati Keenan diikuti Rei dibelakangnya yang masih mempertahankan wajah datarnya.

Saat sampai didepan Keenan, Adrian merentangkan tangannya dan langsung disambut baik oleh Keenan dengan mendekapnya. Tubuh Adrian tenggelam dalam pelukan Keenan sama seperti sebelumnya, saat ia memeluk Rei.

"Maaf." Satu kata yang didengar oleh Keenan saat memeluk adiknya. Walau hanya sebuah cicitan namun, Keenan dapat dengan jelas mendengarnya.

"No.. tidak ada yang salah." Keenan mengusap lembut antara kepala dan bahu Adrian. Ia tak berbasa basi karena takut akan kecemasan dan trauma Adrian akan terangsang untuk timbul lalu kembali menggerogoti pikiran adiknya ini.

"Udah ya. Kita turun sekarang! Rean tadi masak sup loh!" Keenan berucap dengan lembut lalu sedikit menunduk untuk menatap Adrian. Terlihat wajah anak itu yang kini dipenuhi binar.

"Abang nggak bohong?!" Ia bertanya dengan begitu antusias, membuat dua abangnya terkekeh gemas dengan tingkahnya.

"Ya, tentu! Abang nggak mungkin bohong buat hal-hal yang adek suka atau benci. Adek juga tahu itu kan?!" Ucapnya. Adrian hanya mengangguk dengan semangat.

"Yuk bang!" Ajak Adrian langsung melepaskan pelukannya dan menggandeng tangan Keenan. Rei yang tak mau kalah, ia mengambil tangan Adrian yang lain untuk ia genggam.

Mereka bertiga berjalan menuruni tangga, menuju meja makan. Tampak Andrean yang tengah menunggu sambil menuang air pada keempat gelas yang akan mereka gunakan.

Tak

Tak

Tak

🔱The Twins🔱[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang