Gio
Gea
"Gea"
"Eh Alex, ada apa kok tumben ada di disini?" Gea menghampiri Alex yang sedang duduk di gazebo, dekat gedung fakultasnya.
"Gue habis dari kantin mau ke ruangan dosen tapi masih nunggu satu jam-an, jadi ya disini deh nungguinnya. Adem sih hehe" Jelasnya sambil tersenyum kearah Gea.
"Oh gitu."
Mereka berdua pun saling mengobrol, duduk bersama di gazebo tersebut. Gea yang baru saja selesai kelas, berencana ingin ke kantin bersama kedua temannya pun tertunda dan menyuruh temannya untuk ke kantin tanpanya.
Dari kejauhan, seperti biasa Gio yang selalu menghampiri Gea setelah selesai kelas pun melihat pemandangan yang ia tak sukai. Ia tak suka, gadis yang disukainya tempo hari mengatakan untuk menciba membalas perasaannya, malah dekat pria lain.
Sontak ia pun melangkah cepat menghampirinya, dan langsung duduk di samping Gea. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Tatapan tak suka ia tunjukkan ke Alex. Seakan-akan ingin menerkamnya.
"Kenalin, ini Gio temanku dari kecil. Dia juga kuliah disini, jurusan Arsitektur."
Teman? Batinnya. Gio pun beralih pandangan ke gadis yang sampingnya. Respon Gea pun salah tingkah. Antara takut Gio marah, dan sungkan kepada Alex karena sikap Gio yang tidak sopan.
"Oh, Alex" sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
"Gio" Jawabnya singkat tanpa membalas uluran tangannya.
Gea yang melihatnya pun, akhirnya ia yang menjabat tangan Alex. Mewakilkan Gio yang acuh terhadap lawan bicaranya. Sontak Gio pun menghempas kedua tangan yang saling berjabat itu didepannya. Ia menarik Gea keluar dari gazebo tersebut. Alex yang terkejut pun, seketika meraih tangan Gea juga. Hal itu memancing emosinya.
"Lepasin, lo nggak ada urusan sama Gea kan? Gue ada urusan sama dia" Ucap Gio.
"Gue harap lo nggak kasar sama cewek, bro." Balas Alex tak terima.
"Udah io.."
Suara dari Gea tak ia dengar, fokusnya masih di Alex karena ucapannya tak didengar dan tak dilakukan untuk melepas tangannya dari Gea. Ia pun tiba-tiba melayangkan sebuah pukulan kearah pipi Alex, sampai terjatuh.
Nafasnya naik turun, emosinya sudah tak bisa lagi dikendalikan. Saat akan melayangkan pukulan kembali, Gea menghentikannya. Manarik Gio menjauh dari Alex.
"Maaf lex, gue pergi dulu sama Gio. Daripada nanti tambah masalah." Ucapnya sambil melangkah menjauh, menarik lengan Gio untuk pergi dari sini. Untungnya di gazebo tidak banyak mahasiswa yang berlalu-lalang. Sehingga tak menjadi tontonan banyak orang, dan tak menyebabkan masalah.
Alex yang jatuh terduduk, merasakan adanya darah yg keluar dari sudut bibirnya. Ia tak menyangka bahwa Gea dekat dengan pria yang kasar. Dalam benaknya pun mulai timbul rasa ingin melindunginya dari Gio. Ia pun pelan-pelan untuk berdiri, dan meninggalkan gazebo segera.
**
"Lo udah gila ya? Apa-apaan sih pakai main pukul segala kayak gitu, hah?!" Ucap Gea marah ke Gio.Ia membawanya ke parkiran motor basement yang ada di bawah kantin.
"Iya! Lo yang buat gue gila. Baru beberapa hari yang lalu lo bilang bakal coba balas perasaan gue. Tapi apa? Lo malah berusaha buat deket sama cowok lain?"
Ucapnya terengah-engah sambil mengusap wajahnya kasar. Gea tak merespon, ia hanya diam. Namun sedari tadi yang ia rasakan hanyalah takut. Entah kenapa ia baru melihat sisi lain dari sahabat kecilnya ini.
"Gue tekankan sekali lagi buat lo jangan berani dekat-dekat sama cowok lain. Maupun lo sengaja, ataupun enggak. Lo nggak mau kan gue kasarin?" Ucapnya lagi sembari mengusap lembut kedua pipi gadis yang ia sukai dengan tatapan matanya yang tajam.
Gea hanya bisa diam, badannya bergetar mendengar ungkapan dari pria di hadapannya. Ia tak bisa bersuara, hanya saja manik matanya sudah berkaca-kaca. Takut. Ia tak tahu harus bagaimana. Menjauhi Gio, ia tak mau hal yang terjadi tempo hari terulang lagi.
"Ssst... Jangan nangis sayang" Ucap Gio lirih, menyeka air mata yang terjatuh, namun tak ada suara yang dikeluarkan dari gadis didepannya. Ia tahu Gea takut akan dirinya. Ia pun tak mau berbuat kasar.
Giopun mencium kening gadisnya. Berharap Gea menjadi tenang akan sikapnya yang lembut kepadanya. Setelah dikira tenang. Mereka berdua pun pergi untuk pulang.
**
"Hayo... Ngalamun aja lo, kesambet baru tau rasa lo." Ucap Kalia, yang datang bersama dengan Olivia.
"Amit-amit, yang bener lo kalau ngomong." Ucap Gea.
Mereka sedang berada di gazebo. Tempat dimana terjadinya Gio memukul Alex.
"Kenapa sih?" Tanya Kalia kepo.
"Hah... Gue mau cerita nih ya, si Gio suka sama Gue. Dia ngasih gue gelang ini, terus beberapa minggu lalu dia nyatain kalau ada rasa sama gue."
"Whaaattttt? Lo serius?" Ucap Olivia.
Gea mengangguk cepat, "Tapi gue nggak jawab kalau gue juga suka sama dia. Karena emang gue belum ngerasain hal yang sama."
"Masa sih? Sedikitpun nggak pernah gitu lo rasa tertarik, atau deg-deg-an kalo lagi berduaan sama Gio?" Tanya Olivia lagi.
"Ntahlah, gue bingung. Memang gue nyaman sama dia, tapi kan kita sahabatan udah dari kecil juga" Ucap Gea lemas.
"Ge, cinta nggak ada yang tahu. Yang dari benci jadi cinta juga ada, apalagi yang dari sahabatan jadi cinta. Jadi ikutin aja kata hati lo." Balas Kalia serius.
Ucapan Kalia benar, tapi ada sesuatu yang tak diketahuinya. Gea memang tak menceritakan kepada temannya itu perihal sisi lain dari Gio, yang mungkin saja ia setuju jika Gea akhirnya menerima pernyataan cinta dari Geo.
"Yah... Let it flow aja lah" Ucap Gea sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gio (21+)
RomancePertemanan semasa kecil hingga dewasa, antara Gio dan Gea. Apakah murni hanya teman? Ataukah ada rasa cinta di salah satunya, atau bisa jadi keduanya namun hanya bisa memendam? 21+