"Gea, bangun nak udah siang ini" Ucap lembut suara sang ibu, berusaha membangunkan anaknya karena sudah pukul 9 pagi belum juga bangun. Kebiasaan Gea jika di hari libur dia selalu bangun paling lambat jam 10 pagi.
"Iya ma, bentar lagi bangun." Masih dengan mata tertutup, terlihat malas untuk membuka mata. Tanpa diketahui olehnya, bahwa sang ibu tak sendirian ke kamarnya. Ada Gio yang berdiri di ambang pintu, memperhatikan pemandangan antara ibu dan anak. Ia pun tersenyum. Gemas melihat tingkah Gea.
Sang ibu pun melihat kearah Gio dengan tersenyum dengan helaan nafasnya. Akhirnya Gio pun mendekat, mengisyaratkan bahwa biar dirinya saja yang mencoba membangunkan Gea. Melissa pun mengijinkan, dan pergi dari kamar anak satu-satunya itu.
Gio pun duduk di tepian kasur, menghadap kearah Gea yang masih tertidur pulas. Ia nasih memandangi wajah cantiknya. Tangan kanannya pun mengelus pelan pipinya. Gea hanya menggeliat, terganggu dengan sesuatu yang ada di pipinya. Ia pun memegangnya tangan Gio tanpa sadar.
"Ge, bangun. Ayo kita jalan-jalan." Ucapnya lembut.
Perlahan Gea pun membuka matanya, berusaha memfokuskan pandangannya. Ia pun kaget dengan yang ada didepannya, bagaimana bisa Gio sudah ada dikamarnya. Ia pun langsung terduduk panik.
"Lo, kok bisa ada disini?"
Belum sempat menjawabnya, Gio dikejutkan dengan apa yang Gea pakai. Sebuah setelan piyama yang terbuka di bagian atasnya. Ia pun memandangnya dari atas sampai bawah.
Gea yang menyadari itu, ia langsung menarik selimut untuk menutupi badannya.
"Sana-sana keluar, gue mau mandi dulu." Suruhnya sambil mendorong tubuh besar Gio. Tak segera keluar juga, Gio yang hanya tertawa sambil mengusap wajah. Gea pun bangun dari tempat tidurnya, sampai ia lupa bahwa sedari tadi ia berusaha menutupi bagian tubuh atasnya. Namun sekarang sudah terekspos kembali.
Ia pin menyeret Gio sampai ambang pintu menyuruhnya keluar. Sesaat ia akan menutup pintunya, hal itu dicegah oleh Gio.
"Dandan yang cantik ya, habis ini kita jalan-jalan. Gue tunggu di ruang tamu" Ucapnya sambil tersenyum.
Tak memberi jawaban, Gea langsung menutup pintunya. Ia pun masih bersandar di pintu, sambil menutup mukanya yang memerah. Ia merasa malu dengan penampilannya yang seperti ini di hadapan Gio.
Di hadapan pintu luar pun Gio masih terdiam. Ia masih terbayang atas penampilan Gea, terlihat lucu namun juga seksi di matanya. Ia ingin melihatnya lagi dan lagi bahkan setiap hari, batinnya.
**
"Mau kemana nih?" Tanya Gea sembari memakai helm yang biasa ia gunakan.
"Udah lo ikut aja. Buru naik."
Mereka berdua pun akhirnya pergi. Sepanjang perjalanan mereka asyik mengobrol, dan melihat pemandangan kanan kirinya. Hamparan kehijauan yang ada, dan udara yang terbilang sejuk. Sangat memanjakan mata mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gio (21+)
RomancePertemanan semasa kecil hingga dewasa, antara Gio dan Gea. Apakah murni hanya teman? Ataukah ada rasa cinta di salah satunya, atau bisa jadi keduanya namun hanya bisa memendam? 21+