"Za, ternyata pria yang kamu rawat itu yang bikin onar di Riverside, ya?" tanya Roisah pada putrinya. Tadi pagi setelah Faiza pulang dari Riverside, ia tak memiliki kesempatan untuk bertanya apapun pada anaknya itu. Ia harus mengikuti pertemuan PKK dan dilanjutkan menghadiri tiga undangan pernikahan warga. Hingga akhirnya baru malam ini saat mereka makan malam, Roisah mempunyai kesempatan untuk menginterogasi anak bungsunya.
"Bikin onar gimana, Bu? Ibu ada-ada saja," jawab Faiza berusaha untuk tetap terlihat santai meskipun ia nyaris melompat karena terkejut. Dari mana ibunya tahu kabar itu?
"Kamu ini nggak jujur sama ibu," decak Roisah gemas. "Pria itu tiba-tiba saja datang meminta untuk bertemu Karina yang sudah meninggal. Ya nggak mungkin, lah. Orang sudah meninggal bertahun-tahun lalu, eh baru dicari sekarang. Tapi, orang itu masih keras kepala, tetap memaksa bertemu Karina, hingga akhirnya Pak Rendra memukuli pria itu. Yang aneh, pria itu kok tidak tahu jika Karina sudah meninggal dan saat diberitahu jika wanita yang dicari sudah tidak ada, pria itu justru terpukul lalu setelahnya dia mencari makam Karina. Dari siang sampai sore dia di makam. Padahal waktu itu kan hujan terus. Mungkin karena hal itu pria itu sakit. Sudah dihajar Pak Rendra hingga babak belur, malah berhujan-hujanan dari siang hingga nyaris gelap. Untung saja Pak Darto memaksa pria itu pulang. Kalau tidak, mungkin dia akan menginap di pemakaman."
Faiza terbelalak mendengar deretan kalimat panjang ibunya. Dari mana ibunya tahu kabar itu? Dan yang lebih mencengangkan, kenapa sampai sedetail itu sedangkan dirinya saja meskipun berinteraksi langsung dengan Bimantara dan Kirana justru tak tahu apa-apa. Dan yang lebih penting, apakah kalimat yang disampaikan ibunya itu benar?
"Ibu ngomong apa? Jangan sembarangan mengarang cerita, Bu. Takut jadi fitnah." Faiza masih berusaha untuk tidak memedulikan kalimat ibunya.
"Eh, kamu ini nggak usah nutup-nutupi. Semua orang juga tahu kabar itu. Ibu dapat info dari warga saat pertemuan PKK dan di undangan tadi."
Nah, benarkan dugaan Faiza. Kecepatan ibunya dalam menemukan kabar apapun di sekitarnya tak perlu diragukan lagi. Hal yang selalu membuat Faiza jengkel. Ibunya adalah seorang penggosip yang tak pernah sekali pun melewatkan informasi apapun di sekitarnya.
"Belum tentu juga benar, Bu. Ibu jangan terus-terusan ngumpul dan membicarakan aib orang." Faiza tahu kalimatnya sudah begitu tak sopan. Namun, ia tak ingin ibunya lagi-lagi membicarakan keburukan orang lain, membicarakan masalah pribadi orang, juga memberikan komentar negatif. Di masa depan bisa saja dirinyalah yang mengalami hal buruk dan ia tak ingin semua orang mengolok-olok ibunya karena saking seringnya membicarakan orang lain.
"Kalau ini sudah benar beritanya, Za. Wong banyak warga desa yang bekerja di Riverside menyaksikan kejadiannya langsung. Setiap ucapan dan kalimat Pak Rendra dan pria itu kan didengar semua orang. Otomatis semua orang tahu."
Faiza tak menyahut.
"Pria itu sepertinya punya hubungan dengan Karina di masa lalu. Kemudian dia datang untuk meminta maaf kepada Karina, tapi sudah terlambat. Dan yang lebih mengerikan ternyata Karina hamil anak pria itu."
Faiza membelalak, tubuhnya seketika gemetar.
Benarkah?
Apa sampai semengerikan itu?"Ibu ngomongnya sudah keterlaluan. Nggak baik sampai nuduh orang yang sudah meninggal seperti itu, Bu."
Tapi Roisah masih tak mau kalah. "Lo, ibu nggak nuduh, Za. Pria itu sendiri yang mengatakannya. Dia ingin bertemu Karina dan anaknya untuk meminta maaf. Mereka berbicara di pendopo Riverside. Orang-orang di sana mendengar semuanya. Pantas saja kan Pak Rendra murka. Istrinya hamil anak pria lain. Yah, meskipun wanita itu akhirnya sudah meninggal dalam keadaan hamil. Setidaknya ibu mulai berpikir, pantas saja kalau Pak Rendra kemudian menikahi adik iparnya. Mungkin pria itu masih mencintai mendiang istrinya yang berkhianat, anggap saja dia menikahi wanita dengan wajah yang mirip tapi dengan sifat berbeda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Resolusi Hati
RomanceHidup sebagai bungsu dari lima bersaudara dan menjadi satu-satunya perempuan tidak selalu menjadi hal yang menyenangkan. Apalagi jika mempunyai orang tua dan kakak-kakak yang selalu mengatur setiap langkah yang akan dijalani. Bukan cuma langkah, bah...