06.LORONG GELAP

15 4 0
                                    

Hari itu,niscala merasa cemas dan memikirkan sesuatu yang seharusnya tidak ia fikirkan.

Drtt...

Dering ponsel marva berdering,ia lantas mengeceknya dari balik saku.

Ia menggeser layar menuju tombol mengangkat panggilan.

"Halo.."

Suara penelepon itu nampak samar,tak begitu jelas terdengar oleh telinga niscala.

Belum sempat ia bertanya siapa itu,marva bergegas pergi dengan raut wajah gelisah.

Jelas hal itu membuat niscala semakin takut,ia sangat takut apa yang ia fikirkan itu benar.

Langkah marva nampak tergesa-gesa,rasa penasaran itu seakan merasuki tubuhnya.

"Gimana?!"

"Dia mau dipindahkan ke ruang operasi va..." Ucap pak Bayu.

"SIAL!!! Tanggung jawab lu bangsat!" Teriak marva dengan air mata yang mengalir perlahan.

Sementara itu,wistara hanya menunduk dengan badan yang gemetar.

"Apa ini yang lu mau?Lu mau Azka mati haa?!" Ucap marva dengan menarik kerah baju wistara.

"Udah-udah,kita harus banyak berdoa sama yang diatas buat keselamatan Azka,tidak baik bertengkar ditempat umum" lerai pak Bayu.

"Oke,mungkin yang lain bisa terima sama tingkah bodoh lu itu,tapi kalo sampek niscala tau,habis lu sama gua..." Bisik nya dengan melepas cengkeraman nya.

Tak berselang lama,pintu ruangan itu terbuka dengan ranjang Azka yang didorong keluar.

Ya,kepala nya terbalut banyak perban dengan keadaan nya yang memprihatinkan.

Azka terus didorong menuju lorong gelap yang sunyi,disusul pak Bayu dan yang lain.

Kecuali wistara dan marva.

"Lu liat pake mata lu!ini yang lu mau kan bangsat!"

Wistara terus menatap lantai tanpa bergerak sedikitpun dari tempat nya.

Rasa bersalah itu semakin merasukinya,bahkan fikiran untuk mengakhiri drama ini juga sempat terlintas dipikiran nya.

Belum sempat ia mendapat jawaban dari teka-teki yang ia buat sendiri,muncul kembali teka-teki yang baru.

Ia melihat jelas seorang pasien yang didorong cepat menuju ruang operasi, sayang nya ia tidak tahu siapa itu.

Sampai pada akhirnya ia melihat Shankara yang tanpa sengaja menoleh ke arah kamarnya.

"Loh?itu kan Shankara,siapa yang sakit?" Tanyanya pada diri sendiri.

Sebelum rasa penasaran itu semakin menjalar,ia bangkit dari tidurnya dan mulai berjalan tertatih-tatih dengan tiang infus yang ia bawa.

Perlahan ia keluar,sembari menoleh kanan kiri.berharap ada orang lain yang ia kenal yang kebetulan melintas juga,namun sayangnya tidak ada.

Ia tampak kebingungan,kemana ia harus pergi?

"Loh,kamu mau kemana?" Tanya suster yang bertugas.

"Mmm sus,saya mau bertanya"

"Tanya saja"

"Pasien yang dibawa tadi atas nama siapa ya,terus dia mau dibawa kemana?"

"Sebentar ya biar saya cek"

"Atas nama PUTRA WARDHANA"

"Ohh begitu ya sus,terima kasih"

"Dia sudah meninggal karna serangan jantung"

"Baik sus"

Ia hendak kembali ke kamarnya.

Namun fikiran jahat itu masih membayangi nya,entah apa yang sebenarnya terjadi.

Fikiran itu membuat ia mengurungkan niat awalnya,dan bergegas melihat fakta yang sebenarnya.

"Gue bakal nuntut Lo atas ini, terserah Lo mau bayar dengan cara apapun" ucap marva.

"Gue ga punya uang sebanyak itu buat bayar rumah sakit va,tolong maafin gue"

"Ckk,Ga Sudi gue maafin iblis kaya Lo!"

"Tapi kronologi nya lu gatauu va,gue bener-bener ga bermaksud nyakitin Azka!" Teriaknya dengan air mata yang mengalir deras.

"Ga guna tangisan Lo itu wis,semua udah terjadi"

"Tolong kasih gue kesempatan kedua,gue bakal berubah va"pintanya dengan bersujud dikaki marva.

"Dasar pecundang,Gue ga butuh semua yang keluar dari mulut busuk Lo itu!"

Semua duduk berbaris rapi didepan ruangan yang bertuliskan "RUANG OPERASI".

raut wajah mereka dapat mengartikan sebuah kegelisahan yang  juga menanti kan kabar baik dari semua proses yang sedang mereka jalani.

Lampu itu masih menyala merah,entah sampai kapan ia akan bertahan.

"Kalo inget situasi ini,saya jadi inget istri saya..." Lirih pak Bayu.

"Memangnya istri bapak kenapa?"tanya Shankara.

"Istri saya meninggal disini..."

Semua yang mendengar itu mulai cemas,serentak menunduk memikirkan nasib Azka.

"Istri bapak sakit apa?" Tanya Shankara lagi.

"Bukan sakit,dia melahirkan anak pertama kami,namun keduanya tidak ada yang selamat"

Shankara menatap wajah pak Bayu penuh iba,ia tau perasaan itu sangatlah sakit.

"Sabar ya pak,ini ujian tuhan yang dikasih untuk bapak,karna tuhan tau kalo bapak orang yang kuat,tetap semangat" supportnya dengan mengepalkan tangan kanannya penuh energi.

"Iya kara,terimakasih"

Rasen dan kanigara terus menunduk dengan mulut yang bergerak cepat,membaca segala doa agar Azka dapat selamat.

jangan tanya soal Ervin,dia melamun karna baterai hpnya habis.

Tampak dari kejauhan seseorang dengan bayangan hitam berjalan tertatih-tatih,suara botol infus menabrak tiang nya pun terdengar berdengung melintasi lorong gelap ini.

Dia sampai.

"Shankara,siapa yang sakit?" Tanyanya dengan menepuk pundak Shankara.

Kenapa Shankara yang ia tanya?karna dia lah yang niscala lihat di awal.

Semua mata tertuju pada kehadiran niscala yang mengagetkan.

"Temen idiot lu itu yang sakit,kepala nya bocor dibikin wistara anak kampungan itu"

Penjelasan Shankara membuat niscala tak henti menatap nya,seluruh tubuh nya seakan tak bertulang.

Dia jatuh dan terduduk lemas.

"Loh Niscala!" Teriak marva melihat niscala yang shock berat.

"AZKAAA!!!"

Bersambung...

2024||Gyupallete_❤️








BUNGA TERAKHIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang