Senja di pantai busan menjadi favorit yoongi. Tinggal disana selama dua tahun membuatnya mencintai tempat itu.
Hidupnya benar-benar terlihat normal seperti orang-orang pada umumnya.
Pergi bekerja di pagi hari dan pulang di sore atau malam hari. Monoton-tapi lelaki yang semakin dewasa itu menyukainya.
Sama halnya seperti kegiatannya saat ini, melihat matahari terbenam. Monoton juga-matahari tertelan malam.
Tapi tahukah kau semburat indah yang selalu menghipnotis netra ?
Tidak banyak yang tahu alasan mengapa langit sore berwarna jingga. Bukan sekedar matahari yang tergelincir ke ufuk barat, tapi karena proses matahari terbenam yang ternyata juga melewati banyak atmosfer bumi.
Langit Oranye yang kadang bercampur merah, merah muda atau kuning begitu memanjakan mata, menenangkan hati.
Jika beruntung kadang langit terlihat ungu, momen yang sangat langka.
Bersama gelap yang menelan sumber cahaya, Yoongi menikmati angin pantai yang menerpa wajahnya. Duduk di kursi di tepi pantai seperti menjadi rutinitasnya sepulang kerja. Menyenangkan, menenangkan.
Hatinya terasa Damai ketika menemukan ketenangan.
Ternyata benar, hanya waktu yang mampu menyembuhkan-ah tidak. Waktu tidak dapat menyembuhkan luka,tidak dapat menyembuhkan apapun. Ayolah waktu hanya berlalu begitu saja. Apa yang kita lakukan selama berlalunya waktulah yang membantu atau menghalangi proses penyembuhan, walau nyatanya masih tersisa bekasnya. Ia hanya perlu bersyukur.
Tidak ada penyesalan apapun, Yoongi tidak pernah menyesali orang-orang di masa lalunya atau pun berharap untuk tidak bertemu dengan salah satu dari mereka. Nyatanya sekali waktu mereka persis seperti yang yoongi butuhkan.
Yah penyesalan hanya hal yang sia-sia.
Setiap orang tidak tahu kapan mereka akan sembuh, tidak perlu menetapkan batas waktu yang tepat.
Yoongi hanya melihat kedalam cermin, hanya manusia di dalam cermin yang mampu mengubah hidupnya. Ya,diri sendiri. Jadi Yoongi hanya akan mencintai dirinya sendiri, bukankah jatuh cinta pada diri sendiri adalah rahasia pertama kunci kebahagiaan? Tentu saja, cintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain
“Hai. Aku melihatmu selalu datang kemari selama beberapa hari. Apa kamu juga menyukai senja? “
Seorang pria bertubuh tinggi tegap dengan kamera yang tergantung di lehernya menyapa. Gelap yang mulai menghalangi pandangan tak mampu menutupi ketampanan pria itu. Matanya tajam tapi lembut, rahangnya tegas tapi menawan. Begitu mempesona.
“Ya,aku menyukai senja”
“Boleh berteman? Namaku… “
Jabatan tangan keduanya menjadi awal sebuah hubungan. Tidak ada yang salah dengan mengenal dan menerima orang baru.
Sekali lagi mari melewati waktu sampai waktu yang membuatmu berhenti.
Bahagialah dandelionku
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
FanfictionDia hanya Dandelion yang tak seindah mawar Tak pula secantik lili Apalagi sewangi melati, tidak. Bermimpi seabadi edelweis, jangan bercanda. Dia hanya Dandelion. Bunga liar yang tak pernah di berarti kehadirannya. Tapi tahukah kau? Dandelion ad...