Asap rokok mengepul melewati pintu balkon.Gelap.
Ruangan luas itu tidak memiliki cahaya apapun selain dari balkon sebelah kanan kiri atau bangunan di seberangnya.
Dia tidak terlalu suka rokok, tapi ia menghabiskan 3 batang sekaligus.
“Dasar bodoh! Padahal permen karet lebih enak” ocehnya kemudian mematikan rokok yang masih setengah batang.
Ia ingat bagaimana pertama kali ia mencoba merokok.
Ia masih ingat bagaimana dirinya di tertawakan oleh makhluk kecil itu karena tersedak asap rokok.
Ia masih ingat bagaimana rasanya merebut asap rokok dari mulut kecil seorang min Yoongi.
Min Yoongi milik Kim Taehyung.
Kalimat lantang yang dulu ia serukan tak berarti lagi.
Min Yoongi.
Walau banyak orang yang bilang hubungan mereka seperti langit dan bumi, ia tidak peduli. Ia hanya mencintai buminya. Dan hanya akan pulang ke bumi.
Flashback
Seorang remaja yang baru saja 4 bulan memakai seragam SHS menatap dua kubu yang siap berperang. Ah maksudnya tawuran.
Dia kim Taehyung, ia memakai seragam yang sama dengan salah satu rombongan siswa yang lebih pantas disebut berandalan. Tapi dirinya lebih memilih menikmati satu snack kentang yang baru saja ia buka.
“Kau tidak ikut? “ tanya pemilik toko yang sudah mengunci pintu masuk tokonya.
“Aku hanya penonton” jawabnya dengan mata masih menatap gerombolan yang sudah saling baku hantam.
Bola matanya bergerak kesana kemari mengikuti gerakan seseorang yang mencuri perhatiannya.
Dia sangat suka melihat siswa itu. Siswa berkulit paling putih di antara semua siswa yang berada di luar sana.
Panas matahari serta perkelahian yang membuat keringat mengalir di dahinya tidak membuatnya jijik. Ia semakin kagum dan semakin menginginkannya.
Suara sirine berhasil membubarkan gerombolan siswa dari dua sekolah yang berbeda. Beberapa ada yang berhasil di amankan oleh pihak berwajib.
Satu jam kemudian setelah memastikan bahwa tidak ada lagi polisi ia keluar dari dalam toko itu mencari sosok yang semoga saja masih bersembunyi di sekitar sana.
‘Gang yang menyeramkan’ batinnya lalu melewati gang tersebut.
Tapi baru tiga langkah ia berbalik dan masuk ke dalam gang itu.
Gelap, ia yakin tidak akan ada manusia yang lewat sini. Kecuali dirinya-mungkin.
“Gotcha” lirihnya setelah berjalan cukup jauh ke dalam gang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
أدب الهواةDia hanya Dandelion yang tak seindah mawar Tak pula secantik lili Apalagi sewangi melati, tidak. Bermimpi seabadi edelweis, jangan bercanda. Dia hanya Dandelion. Bunga liar yang tak pernah di berarti kehadirannya. Tapi tahukah kau? Dandelion ad...