Duh, cape#3

154 23 0
                                    

[Duh, cape#3]


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Hah... Berapa jauh lagi?"

{"Dekat, tersisa 1,6 kilometer lagi"}

Perjalanan Halilintar terkesan tenang, dia tidak banyak berbicara dan tetap berjalan, jika dia lelah dia akan duduk sebentar.

"Kenapa..., ga ngasih tau aja, gimana kondisi mereka?"

{"Kondisi: tidak diketahui"} sudah dapat disebut sering Halilintar bertanya pertanyaan yang sama, dengan mendapatkan jawaban yang sama.

"Hah..."

{"Tersisa 200 meter"}

Halilintar berlari dan dia sampai disebuah wilayah yang luas. Dia dapat melihat sesuatu yang bersinar jauh di depannya.

{"Terdeteksi : Taufan; Gempa"}

Halilintar semakin dekat dengan mereka, senyumnya tak dapat dia sembunyikan lagi.

Tetapi... Kondisi ke dua adik kembarnya... Tidak dapat dibilang baik.

"H-hah?"

Halilintar terdiam, pemandangan dihadapannya membuatnya sesak. Dua bongkah kristal yang besar mengurung kedua adiknya di dalamnya.

"Me- ah? Hah? Mereka- masih nafas, kan?"

{"Kondis: tersegel"}

"Ter- ap- seg- lah? Hah?"

Halilintar bingung dan menyentuh kristal yang mengurung adiknya, Taufan.

{"Hancurkan"}

Listrik berwarna merah terlihat dari tangannya. Dua petir merah dia pegang. Dia menusukan petir merah itu dan kedua kristal yang mengurung kedua adiknya perlahan retak.

Retakan nya meluas, kristal itu hancur sepenuhnya.

Tubuh Taufan dan Gempa tergeletak di tanah.

"S- hah... Syukurlah..."

Taufan dan Gempa secara perlahan membuka mata mereka, memperlihatkan warna biru dan emas yang indah.

"...dimana?... Lin?" Taufan memegang kepalanya dan terduduk.

"K-kak upan... Kak hali?" Gempa mendekat ke arah Taufan dan memandangi Halilintar.

Halilintar langsung memeluk keduanya, Rasanya dia ingin menangis.

Setelah melewati berbagai masalah, akhirnya dia bisa melihat kedua adik kembarnya itu.

"Ah- lah Lin?" Taufan sedikit kaget, tiba tiba dia menerima pelukan dari kakaknya.

"Kak Hali? Kakak gapapa?" Gempa menepuk punggung Halilintar yang masih memeluknya.

"Lah Lin lu napa?" Taufan melepaskan pelukan itu dan memegang pipi kakaknya dan menyadari bahwa kakaknya tidak baik-baik saja, terlihat sangat kelelahan.

"Eh? Ini dimana?!" Gempa baru menyadarinya, mereka sedang berada di Padang rumput yang luas.

"Lah iya, baru nyadar gue" tambah Taufan.

Halilintar melihat ke arah mereka sambil memegangi pipi adik-adiknya dengan kedua tangannya.

"Syukur... Syukurlah..."

BRUKK

Halilintar kehilangan kesadaran dan tubuhnya terjatuh, ditangkap oleh kedua adiknya.

"WOI!? LIN? ALINN??!!" panik Taufan.

"Eh?! Kak? Lok? KAKAK?!" Gempa juga ikut panik.

{"Dia pingsan"}

Suara robotic terdengar di kepala mereka berdua.

"ARGHHH!"/"AARGH!"

waduh, keduanya makin kaget.

waduh, keduanya makin kaget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Hehehhehehehehehe

Lah, kok? [Boboiboy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang