Brengsek, bedebah, sialan!
Oke.. ini sedikit kasar? Tapi itu hanya sekedar omongan ringan, wanita satu ini sudah sangat terbiasa dengan kalimat kasar.
Seorang wanita, yang berdiri menghadap kaca besar di depannya, terlihat frustasi dengan apa yang baru saja dia ketahui.
Wanita itu mengacak rambut pendeknya dengan cepat. Bajunya lusuh, matanya sedikit menghitam, dan hampir mirip seperti beruang kelaparan.
"Kurang baik apa gue karena udah kasih lampu merah. Tapi mereka, malah ngasih gue lampu ijo,"
"Dan disitu, mereka harus ngambil lampu kuning,"
Wanita itu tersenyum tipis.
Aura chalista, setelah mendengar nama itu, apa kalian membayangkan seorang wanita cantik, kalem, anggun, dan punya banyak penggemar? Sayangnya salah. Aura satu ini, dia lebih seperti monster cantik yang berbahaya.
Aura seorang gadis remaja, yang mungkin bisa dibilang gadis kurang beruntung. Hidupnya tidak pernah tenang, pindah ke sana kemari, tetap saja ada yang mengusiknya. Dia seperti seorang buronan, atau, emang beneran buronan?
Ya, aura seorang buronan. Percaya atau tidak, wanita cantik nan tidak terlalu tinggi ini, dia pernah terlibat sebagai pembunuh tunggal seorang pria tua waktu umurnya masih 13 tahun.
Dia berhasil lolos dari pencarian polisi. Sudah hampir 1 tahun, polisi mencari jejak aura, tapi nihil, dan akhirnya pencarian itu di hentikan. Bayangan aura, dia akan kembali hidup damai dan tentram, tidak akan bersembunyi-sembunyi lagi, tidak akan dirumah seharian, bahkan tidak akan pindah kota lagi, tapi takdir berkata lain.
Dua pria itu datang dalam hidupnya, dia kembali mengusik ketenangan yang baru saja aura dapatkan. Ia adalah seorang anak dari pria yang aura bunuh.
Dan sampai saat ini, sudah genap 3 tahun, aura masih mendapatkan gangguan dari mereka. Dan sampai saat ini juga, aura masih belum tertangkap oleh mereka, aura tidak tau, apa ini sebuah kesialan atau keberuntungan?
Dan tepat hari ini, mereka mengetahui tempat persembunyian aura. Aura yakin, mereka sekarang pasti sedang mengatur rencana halus, karna memang itulah yang harus mereka lakukan.
Aura menatap lengannya yang terdapat goresan besar, dia sedikit meringis saat jemarinya menyentuh luka itu.
"Kali ini, gue nggak akan ngehindar. Tapi, semoga otak mereka bisa lebih pintar buat sadar dimana gue"
Sebuah seringai itu terukir kembali, sesaat sebelum dia tertawa menggelegar, sangat nyaring.
-
Bab 1
.
Pertemuan"Eh, re. Lo tau ngga, kalo-"
Belum selesai gadis itu berkata, orang lain sudah mengambil alih percakapan itu.
"Suttt, masih pagi Nat, jangan gosip"
"Siapa yang mau gosip si! Ini tuh gue lagi mau ngasih pengumuman!" Ucap gadis berbando pink itu.
"Iya. Pengumumannya itu, tentang ngomongin orang!".
"Ngga lah!"
"Trus, ngomongin siapa? Setan, hah!"
Gadis itu hanya bisa melipat kedua tangannya di dada, matanya menatap tajam ke arah lawan bicaranya yang menyebalkan itu. okey.. kali ini dia memilih diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Death for death
Teen FictionLuka yang sudah terperban rapih, dibuka paksa oleh orang lain? Aku bukan karang, yang selalu diam saat gelombang ombak menerkam.