bab 2

44 7 1
                                    

Tidak ada yang aneh, dia melihat lelaki itu tersenyum ke arahnya lalu berulang kali mengucapkan kata maaf kepada aura.

"Santai, lagian bukan salah Lo ko. Tadi gue yang ngga liat-liat jalannya,"

Aura tersenyum kikuk, mata yang awalnya melihat ke arah wajah pria itu, teralih ke arah seragam yang pria itu kenakan.

Alih-alih memuji karna pria itu sangat rapih, aura malah terkejut bukan main saat matanya yang terpaku melihat ke arah nam tag pria itu.

______________________

Bab 2
.
Anak baru


Reydan Abimanyu

Pria tinggi, berbadan bagus, dan tampan ini ternyata orang yang aura hindari.

Duarr.. seperti kilatan petir yang menyambar, aura benar-benar tidak menyangka. Dia tau, harusnya tidak kaget bertemu dengannya, karna memang sudah pasti, harus. Tapi karna, mungkin itu terlalu cepat menurut aura.

Harus banget hari pertama masuk?

Dengan sepenuh jiwa, dia berusaha bersikap normal dan bisa saja. Dia tersenyum ke arah Rey.

"Iyaa, gapapa ko, santai aja"

Beberapa detik senyap.

"By the way, Lo anak baru juga, apa gimana?"

Taii!!

Masalahnya, kalau aura menjawab 'iya' apa dia tidak akan curiga? Sementara dia tau kalau incarannya juga pindah ke tempat ini.

Oke.. santai. Yang harus aura lakuin, cuman ubah karakter nya. Jawab selembut mungkin, inget aura, sekarang Lo bukan aura.

"I-iyaa, hehe. Lo juga anak baru?"

Laki-laki itu tersenyum.

"Iya". Lalu Rey mengulurkan tangannya di hadapan aura. "Gua reydan".

"Azkia Laura"

Aura menjabat tangan Rey tanpa gugup sedikitpun.

"Lo di kejar orang?" Pria itu celingak-celinguk.

Aura mengerutkan keningnya. "Nggak".

"Trus, kenapa lari-larian begitu,"

"Oh itu. Gue takut telat," Aura menggaruk tengkuknya sambil sedikit tertawa kecil.

Sebelum sempat Rey menjawab, tiba-tiba seorang wanita paru baya datang dengan laki-laki yang berada di sampingnya.

"Kamu Rey ya?" Ucap wanita itu.

"Saya Ratna, wali kelas kalian," sambungnya.

Setelah itu, Rey langsung menyalami Bu Ratna dan di ikuti dengan aura, eh maksudku kia. Kalau aura, mana mungkin mau bersalaman seperti itu. Jika disuruh bersalaman, dia akan menjawab, "Gue jijik megang tangan busuk Lo!".

"Iyaa, saya Rey," Ucap Rey dengan lembut, dibarengi dengan senyuman manisnya.

Bu Ratna mengangguk. "Dan ini, azkia?".

"Betul Bu," dia tersenyum, Terpaksa.

"Yang satunya mana, apa dia belum Dateng?" Tanya Bu Ratna.

Reflek, mereka terdiam. Apa ada murid baru lain yang datang selain mereka?

"Yasudah, mungkin dia terlambat. Mari ikut ibu ke kelas"

Bu Ratna berjalan duluan, guna menuntun anak murid barunya ini, menuju kelasnya.

Tidak lama, mereka sampai di kelas yang akan mereka tepati. Kalau menurut seorang penilai, ini lumayan besar, tapi sepertinya kurang beberapa riasan agar terlihat sedikit menyala.

Bu Ratna masuk dengan mereka bertiga yang mengekor di belakang. Seketika semua murid senyap, walau masih sedikit terdengar bisik-bisik murid saat mereka datang.

"Semua, mohon perhatiannya!"

"Selamat pagi," Ucap Bu Ratna.

"Pagi, Bu!" Jawab serentak siswa.

"Pagi ini, kita kedatangan murid baru. Dua laki-laki dan satu perempuan,"

"Baik, kenalkan diri kalian," Sambungnya.

"Hai, nama gua da-"

Belum sempat pria itu melanjutkan bicaranya, pria di sampingnya menyenggol bahunya sedikit keras. Lalu saat dia menoleh, tatapan tajam itu terlihat menusuk di mata pria itu, ya pria itu Rey.

"Maaf," Ucap pria itu kembali

"Hai, nama saya, daveno Abimanyu, saya pindahan dari London, terima kasih,".

Desas desus murid pun mulai terdengar. Kelas seketika gemuruh dengan kalimat pujian.

Bagaimana tidak. Pesona yang di tebarkan Dave, sungguh mempesona. Dia tidak terlalu tinggi, tampan dan terlihat seperti badboy.

Dave memakai seragam yang di balut dengan jaket hitam, dan juga topi yang menempel di kepalanya.

"Hey-hey, shut up!" Bentak Bu Ratna saat muridnya tidak terkontrol.

Setelah senyap kembali, Bu Ratna kembali memandang ke arah murid baru.

"Lanjutkan".

"Hai, nama saya, Reydan Abimanyu. Saya juga pindahan dari London, terima kasih".

Beda dengan Dave, Rey, terlihat sangat rapih. Dia memakai seragam biasa, tanpa memakai atribut apapun. Tapi, itu juga lah yang membuat banyak murid cewe kagum saat melihat rey.

Sebenarnya, murid-murid tidak tahan untuk melontarkan kata-kata rayuan saat melihat ketampanan anak baru itu, tapi melihat tatapan tajam Bu Ratna, mereka memilih diam agar selamat.

"Dan nama saya, Azkia Laura. Saya pindahan dari new Zealand, terima kasih".

"Baik, kalian bisa duduk di bangku yang kosong,"

Mereka pun menuju bangku mereka masing-masing, bangku Rey ada di barisan ke dua, Aura di tiga, sedangkan Dave di barisan samping, pojok paling belakang.

Nathali yang tepat di belakang Rea, dengan sengaja mencolek punggung Rea. Hingga Rea pun menoleh sedikit ke belakang.

"Ko cuman tiga yah," Ucap Nathali, dengan bisik-bisik tentunya.

"Tuhkan, Lo pasti salah denger," .

"Bukan gue, tapi salah mereka yang nguping!".

"Suttt, nanti aja di kantin ributnya,"

Laras yang tepat berada di samping Nathali pun angkat suara, karna merasa ngeri dengan tatapan Bu Ratna.

Bu Ratna pun, duduk di tempatnya, lalu membuka buku di depannya.

"Baik, hari ini kita akan mempelajari ten-"

Tukk tukk..

Pembicaraan Bu Ratna terpotong, sebab tiba-tiba suara ketokan pintu terdengar.

"Haduh siapa lagi si ini,"

"Iya masuk!" Sambungnya.

Setelah itu, pintu pun perlahan terbuka. Disanalah bu Ratna dan semua murid melihat, seorang wanita, berdiri tegak di ambang pintu.

Rambutnya tergerai lurus halus, badannya ramping, cantik, tapi wajahnya terlihat sangat murung.

"Zombie cantik dari mana ini"


chapter finished.


Hallooooo.. apa kabar? Baik-baik yaa kalian.


Hari ini up 2 Bab, soalnya Bab ini pendek banget:) sorry...

Oiya, aku sebenernya mau bikin visual karakter ilusi mereka. Tapi kayanya nanti aja, kalo semua nya udah muncul. Iya ini tuh belum muncul semuanya, masih ada 3 orang lagi yang belum muncul. Penasaran? Makanya setia yah bacanya sampe habis, kalo perlu sampe tamat.

Makasih buat yang udah mau vote cerita akuu.. dan jangan sungkan-sungkan buat komentar tulisan aku.

See you.

Death for death Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang