04

46 6 1
                                    

Wanita itu menghapus peluh di dahinya dengan jaket miliknya. Lalu mengambil sebuah botol air, dan meminum air itu dengan rakus.

"Lo, jangan buat masalah lagi," Ucap wanita itu.

Pria itu tertawa sekilas. "Tergantung, kalo mereka songong, ngga mungkin gua diem aja,".

____________

Bab 4
.

Kebanyakan orang percaya bahwa, kehilangan seseorang, adalah salah satu kesedihan yang tidak ada obatnya. Apalagi, seseorang itu adalah orang yang paling tau tentang kita. Pasti tidak mudah untuk menerima takdir, dan meyakinkan bahwa jalan dari tuhan, adalah hal yang paling terbaik.

Salah satunya, Dave dan Rey. Sudah sekitar 7 tahun mereka berusaha ikhlas dengan apa yang jadi takdinya, tetapi tetap saja tidak bisa.

Setelah kehilangan seorang ibu saat mereka masih kecil, orang lain kembali mengambil seorang ayah dari mereka untuk selamanya, di saat mereka masih belum mengerti, tentang kerasnya dunia.

Sebab itulah yang membuat mereka berada disini, di sekolah ini. Karena disini lah malaikat maut ayahnya berada.

Seseorang yang menghancurkan mimpinya, seseorang yang mengambil kebahagiaannya, seseorang yang ingin mereka jadikan tumbal untuk apa saja walau tanpa di bayar.

"Gimana menurut Lo?"

Rey memecahkan keheningan diantara dia dan Dave, yang sedang duduk bersebelahan di dekat sebuah pohon besar.

"Ngga ada"

Dave berucap. Setelahnya, dia merogok saku celananya, mengeluarkan sebuah kotak rokok. Mengambilnya satu, menaruh dan mengampitnya dengan bibir. Baru saja ingin menyalakan korek, rokok itu diambil alih oleh Rey, dan membuangnya ke tanah.

"Ngga usah bikin masalah! Ini baru hari pertama Lo di sekolah ini," Ucap Rey.

Dave tersenyum sekilas, dan beranjak dari duduknya, maju tiga langkah kedepan. Tangannya dimasukan ke dalam saku celananya.

"Kita di sekolah ini cuman mau cari dia, itu artinya kita cuman main-main disini. Jadi gua berhak ngelakuin apapun yang gua mau,"

Setelah mengatakan itu, Dave beranjak ingin pergi dari sana.

"Itu masalahnya"

Teriakan Rey mampu menghentikan Dave. Dave menoleh kearah Rey.

"Karena tujuan kita disini pasti butuh waktu lama, jadi Lo jangan gegabah,".

"Kalo sampe Lo gegabah, dan Lo dikeluarin dari sekolah ini-"

Rey menggantung kata-katanya, berdiri dari duduknya dan menghampiri Dave yang sedang mematung.

"Tugas kita bakal gagal,".

Rey menepuk pelan pundak Dave, sebelum dia beranjak pergi meninggalkan Dave yang tak bergeming.

Dave mengepalkan jemarinya, merasakan tubuhnya memanas. Dia memandang punggung Rey yang perlahan menghilang dari hadapannya.

Lalu Dave berbalik, menatap sebatang rokok yang tergeletak di tanah, dekat dengan tempat yang tadi dia duduki dengan Rey.

Death for death Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang