PROLOG

11 0 0
                                    

  Mendengarkan musik sembari mengerjakan tugas di kamar adalah aktivitas yang setiap hari Aku lakukan.Tidak keluar kamar kecuali jika ada seseorang yang memanggilku.Namun sayangnya itu tidak pernah terjadi.Play list Spotify membuatku terbelai dalam alunan melodi yang seolah-olah mengantarkan ku menuju jiwa-jiwa yang tenang. Meskipun pada praktek lapangan hatiku sedang hancur habis-habisan.

Namaku Rasyita Alvenpio Mahesa biasa dipanggil Rasyi.Aku adalah seorang siswi SMA jurusan IPS yang begitu rajin dan pandai.Itulah anggapan orang mengenai diriku, meskipun pada faktanya empat puluh persen benar tanpa enam puluh persen yang menjadikannya sempurna.

Jadi bahan bully disekolah itu hal biasa, dibenci juga biasa bahkan sampai akar- akarnya pun menjadi hal yang tak perlu dipertanyakan lagi.Bermula dari struktur anggota keluargaku yang terbilang rumit dan ruwet membuat sebagian orang mengatakan aku anak hasil zina.Kala itu seorang teman mengetahui bahwa akta kelahiranku tidak tertulis nama ayah hanya ada nama ibu saja.Semenjak itu duniaku benar-benar dalam genggaman tangan erat yang sulit terbuka.

"Udah makan?" Tanya Zea kepada Reza,sang kekasih.Aku yang hanya bisa memandang dan menunggu salah satu dari keluarga menanyakan hal itu, sampai saat ini tidak terwujud. Ya, setiap anak ingin dilahirkan dari keluarga yang harmonis dan cemara tentunya,tapi sayangnya Aku terlahir dari keluarga kaktus yang menyakiti hati akan tajamnya duri disetiap sudutnya.

"Kenapa lihat-lihat?" Zea nyolot setelah memergoki Aku melihat keharmonisan dalam hubungan mereka. Dibilang iri sih enggak,karena yang aku inginkan hanya tentang keluarga bukan lintas pembahasan keluarga.

"Hati-hati teman bisa jadi lawan" Sambung seseorang membuatku tertunduk pilu akan dunia pendidikan yang saat ini. Bahkan dunia pendidikan jauh lebih kejam dari pada dunia malam.

Mendengar bel masuk Aku segera menyiapkan buku mata pelajaran selanjutnya,yakni Kimia Lintas Minat. Jurusanku diharapkan bisa memilih salah satu pelajaran dari jurusan lain,sehingga beban bertambah berat.Meskipun demikian Aku tak akan pernah mengeluh pada takdir yang sudah di garis oleh Tuhan termasuk,menjadi anak dari keluarga Mahesa.

Dua jam pelajaran Kimia Lintas Minat membuat siapa saja bosan dan malas, termasuk diriku.Kali pertamanya Kimia tidak seru untuk dikerjakan karena beberapa soal tidak ketemu jawabannya.

"Rasyi sudah?" Tanya Mita,teman sebrang bangku.Tanpa menjawab Aku hanya menggelengkan kepala. Ujung dari pertanyaan itu adalah "boleh nyontek gak?" Benarkan,tidak pernah salah firasatku ini.

"Aku belum" Jawaban singkat ku langsung membuat Mita melirik tajam dan kembali pada posisi awal.

"Kalo gak boleh tuh bilang,gak usah pake berbohong segala" Mita menekan pada kalimat 'gak usah pake berbohong' dengan nada tinggi yang membuat guru langsung menuduhku menyontek.

"Ada apa Rasyi? Kamu menyontek?"

"Enggak Bu,saya gak nyontek" Aku melakukan pembelaan meskipun di eyel oleh beberapa siswa-siswi.

"Bohong Bu,dia!!" Mita malah tambah menuduhku yang tidak-tidak,sehingga guru menghukum ku untuk keluar kelas seorang diri.Tidak ada pembelaan dari pihak ku sehingga kemenangan atas Mita berhasil terwujud.

Dengan perasaan hancur ingin sekali rasanya menangis saat ini juga,namun itu mustahil Aku lakukan.Walikelas lewat depan kelas dan menanyakan padaku perihal berdirinya Aku disitu.

"Kenapa kok kamu berdiri di sini,nggak masuk kelas?" Dengan sedikit senyuman aku menggelengkan kepala.

"Dihukum sama Bu Siti" kataku yang membuat Wali kelas terkejut.

"Kamu dihukum? Karena apa?"

"Dituduh nyontek, padahal yang menuduh itulah pelakunya" jawabku berkaca-kaca. Wali kelas ku tersenyum dan memberikan sedikit belaian untuk menenangkan.

"Saya lebih percaya pada ucapanmu dibanding ucapan mereka" Beliau begitu baik dan sangat menyayangi anak didik yang teraniaya salah satunya adalah aku.

"Bapak tinggal dulu ya,kamu jangan patah semangat" aku mengangguk dan memberikan lambaian tangan sebagai tanda perpisahan.

"Kamu gak papa?" Seseorang keluar kelas dan menanyakan keadaanku. Tidak seperti biasa, dia memang beda dari yang lain.

"Iya,nggak papa" jawabku.

"Ini" seseorang itu memberiku permen.

"Buat apa?"

"Kamu pasti capek berdiri di situ" Aku menerima permen itu lalu mengucapkan terima kasih.

Seusai pelajaran Kimia Lintas Minat Aku diijinkan untuk masuk kelas.Dipandang sinis,jijik dan menyebalkan itu tetap ada dari beberapa mata yang memandang.Aku merasakan itu semua dengan aura kuat.Kejadian Kimia Lintas Minat membuat salah seorang wanita mendekati dan mengajak berbicara, "Aku tau kamu gak akan pernah melakukan itu"

"Maksudnya?"

"Kamu gak nyontek kan?" Aku menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Rasyi,kamu adalah anak baik yang tidak pernah melakukan itu.Bahkan Aku yakin kamu satu-satunya siswi di SMA ini yang gak pernah menyontek,hal itu membuatku tak yakin pada omongan Mita" tidak bisa menjawab apapun Aku hanya bisa tersenyum, menundukkan kepala sesaat, lalu memperhatikan dia berbicara dan merespon beberapa pertanyaan.

"Marilah berteman denganku,Rasyita Alvenpio" Wanita itu memberikan jari kelingking dan aku membalasnya.

Namanya Sella,Marsella Putri.Cewek cantik yang begitu pintar dalam menangkap berbagai peristiwa menarik.Dia pun bisa mengartikan setiap raut wajah orang-orang yang beraneka ragam.Bagi Sella, raut wajah bisa melihat kondisi seseorang saat itu juga.

"Rasyi ayok makan?" Ajak Hansa, sahabat lama yang tidak terhasut oleh pihak Mita.Hansa Ulfa Sakilla,dia merupakan sahabatku sejak awal menjadi siswi SMA.

Lalu kenapa Hansa gak membela Kak Rasyi saat dituduh menyontek? Jawabannya simpel.Hansa adalah type orang pendiam namun cerdas.Dia mau membela pun tidak bisa karena  bukti tidak terlihat jelas. Apalagi kalo yang menuduh adalah Mita.Mita itu pengaruhnya kuat dan bisa saja menjadikan apapun seolah-olah kebenaran berada di pihaknya. Belum lagi and the gang nya, sungguh kuat banget pengaruh-pengaruh yang dimasukkan dalam anak buahnya sehingga mereka menjadi alat untuk bahan candaan.

"Ku kira pinter ternyata cuma nyontek" sindir seseorang membuatku sadar,karena omongannya begitu dekat dengan telinga.

"Menjadi peringkat satu itu hanya cover pintar, isinya hasil contekan" sambung yang lainnya.

"Gak usah sok tau kalian,bisa jadi malah mereka yang mencontek, Rasyi" Sella melakukan bentuk pembelaan.

"Gak usah munafik" balas kedua anak itu lalu keluar kelas.Sella mendekatiku dan mengelus-elus pundakku diikuti senyuman.

Kuat dan sabar menahan amarah adalah hal biasa bagiku, sedikit pikiran dewasa Aku memilih tersenyum untuk menutupi luka.Sampai di rumah pun Aku tak akan pernah punya kesempatan bercerita kepada orang tuaku,apalagi saudara- saudaraku. Mereka akan sangat sibuk dengan pekerjaan dan aktivitas masing- masing. Keinginanku hanya pengen ditanya keadaan oleh keluarga,namun sejauh ini tidak ada yang mengawali pembicaraan itu.

"Rasyi,kau sehat?"

"Mau cerita apa?"

"Bagaimana sekolah mu?"

"Apakah kamu sakit?"

"Jangan lupa makan,nanti sakit loh!"

"Ada PR apa hari ini?"

"Perlukah bantuanku?"

Kalimat itu tak pernah ku dengar dari salah satu diantara empat anggota keluarga.Bagi sebagian orang kalimat itu simpel,sepele, dan mudah tapi tidak bagiku.Terdengar berat jika dilaksanakan oleh salah satu anggota keluarga. Sejauh apapun keadaanku, sehancur apa hatiku,sesakit apa badanku tidak pernah ku jumpai kalimat itu satu persatu.

Duniaku benar-benar tidak baik,sampai ingin saja aku bunuh diri tapi ,mustahil aku lakukan.Aku tau untuk menghilangkan rasa sakit itu salah satunya adalah bunuh diri,maka urusanmu dengan dunia akan selesai.Namun,aku punya mimpi untuk memperbaiki ini semua dimasa depan,aku punya masa depan yang lebih baik,aku punya cita-cita mulia untuk menolong orang dan aku juga punya mimpi panjang untuk bahagia.Jadi aku rasa,tidak perlu melakukan bunuh diri. Sebab masa lalu yang buruk belum tentu menjadi masa depan yang suram.

SCORPIO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang