PART 11

1 0 0
                                    

Setibanya di rumah aku sudah disambut keluarga besar,ada nenek, paman,bibi dan sepupuku. Kebisingan itu seketika hening setelah aku mengucapkan salam dan membuka pintu. "Assalamualaikum,Rasyi Pulang" Aku menutup pintu kembali.

"Waalaikumsalam" jawab penghuni rumah.

"Kakak sudah pulang?" Ibu Belinda menghampiriku lalu terkejut setelah melihat aku membawa satu kardus barang asing.

"Darimana itu kak?"

"Temen Rasyi" jawabku.

"Ya sudah,sana mandi lalu makan kami tunggu di ruang makan" Aku mengangguk dan segera menaiki anak tangga.

Selesai bebersih diri aku keluar dari kamar mandi dan melihat sosok lelaki menyebalkan yang sudah mengobrak-abrik kardus yang aku bawa tadi. "Sebenarnya kamu kenapa sih? Ganggu mulu!" Nada kesal membuat Heva segera bangkit dari ranjang.

"Haiii,Rasyi"

"Basiii" Ucapku merebut barang-barang dari tangannya.Pandangan tajam menghancurkan suasana hati Heva yang saat ini sedang menyambut ku dengan senyuman. Aku menyimpannya di atas almari pakaian, menyeret kursi dan menaikinya dengan kekuatan full.

"Ehh.. mau kemana?" Cegahnya menghadap ku dengan tatapan aneh. Tanpa jawaban aku pergi,namun dia mencegahku lagi. Dia melihat wajahku lalu turun sampai di leher,dia menemukan liontin yang bersinar terang bak lampu.

"Dari siapa liontin yang kau pakai?"

"Gak perlu tau"

"Kau sudah punya pacar?"

"Kepo!" Aku langsung keluar menuruni anak tangga menuju dapur.

Suasana kali ini ramai tapi aku tak menyukai. Sepi jauh lebih tenang dan asik jika dirasa,jiwa nyaman bisa ku rasa jika menikmati makan malam sendirian. Aku mengambil piring,menyiduk nasi + lauk-pauknya,tak lupa segelas air minum dan cemilan renyah dari kulkas. Aku meletakkan dalam nampan berukuran sedang. "Mau dibawa kemana,Kak? tanya Ayah. Tidak hanya ayah, semuanya melihat ke arahku dengan tatapan aneh,sinis dan menyebalkan yang bisa aku rasakan.

"Rasyi mau makan di kamar sambil ngerjain tugas"

"Tugasnya nanti dulu lah,makan sama keluarga besar sekali-kali" rayu ayah namun tak mempan.

"Tugasnya banyak,Yah kalo Rasyi gak sambil nyicil gak bakal selesai" tanpa mendengar komentar lain aku segera melangkah menuju kamar.

Memasuki kamar aku terkejut setengah mati, seorang lelaki tengah duduk di meja belajar sambil menulis dengan tenang.Aku meletakkan nampan di meja lalu menghampiri sosok itu, "Virga?" Aku memeluknya erat. Siapa sangka dia akan datang ke rumah untuk yang pertama kalinya.

"Apa kabar?"tanya Virga dengan nada khas yang membuatku tak bisa melupakan sosoknya.

"Baik,kau kapan datang?"

"Tadi" Aku mengambil makanan lalu mengajaknya untuk menikmati bersama. Kami menikmati sambil membicarakan hal-hal random bahkan konyol, ehhh kita sering loh ghibah bareng.wkwk

Makan malam kali ini sedikit berbeda,aku memang tidak merasakan makan malam bersama keluarga besar tapi aku menikmati makan malam bersama seseorang yang paling berharga dalam hidupku.

"Kau gila,Rasyi?" Heva masuk tanpa permisi. Menganggu suasana saja!

"Kamu kenapa sih sering muncul tanpa permisi? Gak sopan tau!" Aku beranjak dan menutup pintu kamar.Aku berani menutup pintu karena dikamar tidak hanya kami berdua,tapi ada Virga yang akan mengawasi ku.Menatap lelaki yang saat ini masih membawa ayam goreng ditangannya.

"Kamu tadi ngomong sama siapa?" Pertanyaan yang menyebalkan dari mulut lelaki itu.

"Nggak ngomong sama siapa-siapa"

"Bohong"

"Kamu ngapain ke sini?"

"Mau tidur bareng kamu"

"Ihh...heh! Kita emang sepupu tapi yang namanya sopan santun itu berlaku!"

"Kamu belum punya pacar kan?"

"Kenapa sih kepo banget,kalo belum kenapa kalo udah kenapa?" Ucapan ku tanpa jeda sedikitpun.

Pasalnya, punya dan tidaknya itu bukan urusan Heva. Memangnya dia siapaku? Sok-sokan banget mau ngurusi hidupku yang berantakan dan gak berguna gini. Aku rasa dia tak akan sanggup mengurusi kehidupan ku yang tak tau arah dan serba salah.

"Udah sana keluar kalo gak ada urusan!" Usirku.

"Bentar" Kami berhenti saat pintu kamar terbuka.

"Ayah?" Om Beni masuk tanpa permisi setelah mendengar keributan di kamarku. Beliau mengajak putra tercintanya untuk pulang.

"Ayo pulang!" Ajaknya dan Heva menurut,aku bahagia karena lelaki rese itu sudah pergi. Meskipun suatu hari nanti dia bakal kembali sih.

"Siapa lelaki itu?" Tanya Virga.

"Om Beni, adiknya ayah"

Aku keluar untuk mengembalikan piring kotor sekalian mencuci semuanya yang ada di wastafel. Sengaja membantu Ibu Belinda biar gak terlalu capek, soalnya diakan juga lelah seharian sibuk kerja. Aku, sebagai anak tertua di keluarga ini ingin selalu menjadi contoh bagi adik-adik. Saat ini aku masih sibuk menyanyi dan bermain busa dengan gembira.

"Kak? Ngapain?" Pertanyaan Rina menyadarkan ku.

"Eh Rina,kakak lagi nyuci piring nih"

"Mau dibantu gak?"

"Boleh" Kami melakukannya dengan senang hati. Meskipun dulu, Rina adalah sosok yang aku benci namun saat ini dia menjadi orang yang menyayangiku dengan tulus. Musuh bisa saja menjadi teman, bukankah begitu?

Pukul 20.00
Aku bermain bersama Ardan di ruang keluarga.Kami bermain dengan bahagia dan penuh tawa, ayah dan Belinda masih sibuk dengan laptopnya dan Rina masih dikamar mengerjakan tugas. Hari ini aku free karena tugas-tugas sudah ku selesaikan dengan maksimal. Bahkan catatanku saja full no kosong!

Malam ini langit akan tersenyum menyaksikan tawa yang bahagia.Bintang pun akan menyambut dengan senang pandanganku saat tertuju padanya. Bulan akan selalu memberikan cahaya sampai aku terbangun dari tidurku.

✷ ✷ || ✷ ✷

  Keesokan harinya aku bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Hari ini aku diantar ayah bersama Rina, meskipun bukan yang pertama tapi ini sungguh berharga dalam hidupku.Ayah mencium keningku seusai aku turun dab berpamitan kepadanya. Pagi ini adalah hari paling berharga dan berarti.

"Nanti pulang jam berapa?" Tanya ayah.

"Seperti biasa, sore jam empat"

"Nanti ayah jemput, Kakak mau?"

"Bener Ayah bakal jemput Rasyi?"

"Iya,tapi sekitar jam lima, bagaiman?"

"Boleh" balasku tanpa berpikir panjang. Menunggu satu jam itu lebih berarti jika yang akan menjemput ku ayah.

"Dah, belajar yang sungguh-sungguh ya kak!"

"Dah ayah" Aku melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan.

Berjalan dengan anggun menjadi sorotan banyak orang. Suasana hati yang semakin ceria membuat wajahku enak dipandang. Setiap yang mengenalku akan menyapa dengan berbagai sapaan hangat. Setibanya dikelas aku disambut oleh mereka yang dulu pernah membenciku.

"Hai Rasyi"

"Hai" balasku.

"Semakin cantik aja"

"Terimakasih"

"Bahagia banget kenapa?" Tanya Sella dan Hansa bersamaan. Mereka sangat bersemangat,ya iyalah kan udah punya pacar yang terkenal.wkwk

"Tadi aku dianter ayah" Mereka mengangguk paham. Bahwa kebahagiaan yang aku dapat biasnya dari keluarga.

"Besok pulang sekolah ada acara gak?" Tanya Sella.

"Nggak tau sih, emang kenapa?"

"Aku sama Vano mau ke cafe,ikut ga?" Ajak Sella kepada kami. Sekarang menjadi siswa yang normal dan tidak ada bully an di sepanjang perjalanan terakhir di masa SMA. Di kelas duabelas ini aku akan bersungguh-sungguh dan lebih semangat.

SCORPIO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang