08 || Menumpang

57 5 0
                                    

Someone's breath, that heavy breath
How can I see through that?
Though I can't understand your breath
It's alright, I'll hold you

LeeHi, Breath

***

Nita mengusap-usap gelas berisi teh yang tinggal beberapa teguk lagi. Kedatangannya yang tiba-tiba sangat wajar membuat Astri dan Rendi terkejut. Bukan hanya soal alasan kedatangan yang membuat sepasang suami istri itu bingung, tetapi juga kedua anak Nita yang ikut hadir di rumah bertipe 45 itu. Dengan empat kamar tidur yang ada—dua kamar masing-masing milik Kiran dan Zayd, satu kamar milik Astri dan Rendi, satu lagi kamar tamu berukuran 3 x 3—Astri perlu membagi kamar untuk tamunya itu.

"Maaf ya, Mbak. Bukannya mau ngerepotin. Tapi, ini kan lagi musim hujan. Kupikir rumahku bakal baik-baik aja. Eh, kok ya, 3 hari ini hujannya ngerembes di kamar. Ada bocor juga di kamarnya Manda, jadi dia nggak bisa belajar."

Astri menyimak penjelasan adiknya itu dalam diam dengan dahi yang sedikit berkerut.

"Jadi, Mas Genta nyaranin aku buat ikut ke rumah Mbak Astri dulu. Rumah kami mau direnovasi dulu gitu, Mbak."

"Bukannya waktu itu baru direnovasi gara-gara bocor sama pintu kamar mandi nggak bisa ditutup?" Rendi menyela.

"Ehm, yang kemarin itu ... belum jadi, Mas. Uangnya kepake buat bayar uang sekolah Manda sama Fawaz."

Astri bisa merasakan napas suaminya yang memberat. Namun, ia mencoba menenangkan suaminya dengan memegang tangan lelaki di sampingnya. "Sekolahnya Manda sama Fawaz gimana?" tanyanya pada Nita.

"Izin dulu, Mbak. Habis gimana, walaupun tempat tinggal kita keliatannya deket, tapi namanya beda kota ya, tetep jauh, Mbak. Aku ke sini aja tiga jam naik bis."

"Emang nggak bisa kalo sambil renov tetep tinggal di sana?"

"Nggak bisa, lah, Mas," sela Astri. "Kan, Nita punya asma. Bahaya kalo kena debu bangunan gitu."

Rendi seperti ingin angkat suara lagi, tetapi melihat gelengan Astri, lelaki itu bungkam dan hanya menghela napas kasar.

"Ya, udah. Sebentar, ya. Kupanggil Kiran sama Zayd dulu."

Astri beranjak dari ruang tamu dan berjalan menuju kamar kedua anaknya, tetapi sebelum sampai, kedua anaknya itu sudah ada di balik tembok ruang tamu. Sepertinya keduanya habis berbincang di kamar si bungsu yang tepat berada di balik tembok ruang tamu.

"Nak, ada Tante Nita sama Manda dan Fawaz juga. Nanti, Kiran sama Manda tidur bareng. Fawaz ikut Mas Zayd. Bunda sama Tante Nita."

"Cuma malam ini aja, kan, Bun?" tanya Kiran.

"Besok kita obrolin, ya. Malem ini gitu dulu. Ayo ke depan."

Astri mendahului kedua anaknya kembali ke ruang tamu dan menyampaikan pembagian kamar seperti yang ia sampaikan pada kedua anaknya. "Mas Rendi di kamar tamu belakang dulu nggak apa-apa, ya? Atau ikut Zayd sama Fawaz?"

"Aku di belakang aja," jawab Rendi setengah hati.

"Oke. Nanti bisa kita lanjutin besok pagi aja. Ini udah malem. Mending istirahat dulu. Kamu sama anak-anak mau mandi air apa, Nit?"

"Air anget boleh, Mbak."

"Kiran, tolong bantu dimasakin air, ya. Dua panci langsung aja di kompor kanan-kiri."

Kiran mengangguk tanpa suara.

"Aku beresin kamarnya dulu. Mas Rendi boleh tolong bantuin? Zayd beresin kamarmu, ya."

Pasir Dalam GenggamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang