"BliDir!" tegur seseorang dipundakku saat aku telah berada ditaman mini sekolah. Dengan kaget aku menatap tajam cowok yang tengah duduk di bawah pohon rindang sambil bersender memegang sebuah pensil dan buku gambar. Kenapa cowok ini bisa ada disini?!
"Apa yang kau lakukan disini?" aku menghardiknya dan tetap tak melepas tatapan tajam ku. Teringat kembali kejadian dikelas tadi.
"Aku ijin sakit"
"Kalau sakit, ke UKS! Bukan tiduran disini!"
"Bisa kau pelankan suaramu? aku jadi merinding nih" Lihat! Bagaimana mengesalkannya cowok ini. Apa suaraku seperti suara kuntilanak dengan iringan ketawa yang berkonotasi dari pelan ketinggi membuat para pendengarnya merasakan panas dingin kekhawatiran alias merinding ketakutan?
"Kau!" geramku hingga tak bisa mengatakan apa-apa lagi. Lalu aku mengalihkan pandanganku dan bergerak menjauhinya. Baru beberapa langkah, cowok dibelakangku membuka suara.
"maaf" lirih Miko. Aku terhenti dan menoleh kearahnya. Maaf? Apa aku tak salah dengar?
Maaf untuk apa? Maaf karena membuatku terhusir dari kelas tadi? Atau maaf untuk mengataiku kuntilanak? Ah! Apa ia sadar kalau ia selama ini berdosa padaku? Apa ia kini menyesali semua perbuatannya padaku? Bagus kalau begitu!
"Apa yang kau katakan?” aku berpura-pura tak mendengar. Mencoba untuk membuatnya mengulangi permintaan maafnya.
“maaf” ucapnya lagi. Kini tepat menatap mataku. Aku terenyuh. Seolah merasakan rasa penyesalan yang sangat mendalam terpancar dari matanya. Aku terdiam. Ada apa denganmu Reva? Ayo bangun! Bagaimana mungkin kamu merasa bersalah membuat sosok jahat didepanmu mengulang permintaan maafnya? Bukankah itu hal wajar yang memang harus ia lakukan kepadamu? Jangan termakan tipuannya.
“Maaf untuk apa?” Aku menyilangkan kedua telapak tangaku didepan dadaku. Menatapnya dengan sombong, seperti seorang ratu dihadapan ajudannya yang tengah melakukan kesalahan. Sayangnya, Miko tidak berprilaku seperti ajudan yang akan meminta ampun sambil mencium telapak kaki ratunya. Sangat disayangkan.
“Maaf karena telah melakukan banyak hal yang membuatmu merasa kesal dan marah….” Miko menggantungkan ucapannya lalu menunduk. Aku menatapnya tak percaya, Apa benar Miko kali ini merasa menyesal? Tapi kenapa? Bagaimana bisa dia yang tadi pagi membuatku kesal, tidak hanya tadi pagi, bahkan setiap hari membuatku kesal, kali ini meminta maaf kepadaku? Apa dia tadi bertemu malaikat? Apa dia sedang kemasukan makhluk astral dengan hati mulia? Ada apa dengan Miko?
“Aku…” Miko meletakkan pensil dan buku gambarnya ketanah lalu berdiri menggapaiku. Kami kini berdiri sejajar, dengan aku yang memiliki tinggi lebih rendah 10 cm dari tingginya. Ia menunduk menatapku. Hatiku berdebar. Apa yang akan Miko lakukan? Kenapa dia berubah? Apa kita akan berbaikan dan berteman ? Setelah ini, tidak akan ada lagi yang memanggilku “Blidir” kan? Aku akan hidup tenang kan? Jika ini awal dari mulainya persahabatanku dengan Miko, aku akan memeluknya. Peluk? Apa kau serius Reva? Ah iya! Serius! Peluk sebagai tanda persahabatan. Seperti aku memeluk Elsa. Ya, pelukan persahabatan.
Sejurus kemudian, seringai menyebalkan itu muncul dari bibirnya.
“Ternyata, benar, kau lebih rendah 10cm dariku! Hahahahaha” Miko terbahak-bahak membuatku mual karena tadi sempat berpikiran bahwa Miko akan berubah menjadi teman kelas yang baik. Bahkan aku sangat menyayangkan pemikiranku yang ingin memeluknya karena telah menjadi sahabatku.
“Kau sungguh menjijikan!” aku menendang tulang keringnya lalu berjalan tanpa mempedulikannya yang meraung-raung kesakitan. Biar tau rasa!
Dengan hati yang penuh dengan kedongkolan, aku menapaki kakiku di perpustakaan sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Give Me True Love (Bahasa Indonesia)
Teen Fictionbagi kalian yang rela membuang waktunya demi membaca tulisanku, aku mengucapkan Terima Kasih Banyak and I hope you will enjoy it 💙 Tidak perlu vote ataupun komen karena update-annya akan teramat sangat lama 😂 Maaf ya. Karena saya menulis saat nia...