KZ » 05

217 84 454
                                    

Happy Reading


"Paman, kalian sekeluarga tidak pernah memikirkan perasaan ku, sakit paman sakit. Aku sudah berusaha membayar semua hutang mama ku karna aku tidak mau menjual toko bunga itu, tapi kalian yang sudah tidak ada hati nurani malah menjual toko itu tanpa sepengetahuanku!" ucap Zera dengan lirih.

"Jangan salahkan aku jika sifat ku perlahan lahan berubah, itu karna kalian!" sambung Zera.

Abraham terkejut dengan perubahan Zera yang begitu cepat, dimana dulu Zera adalah gadis yang patuh, lugu dan juga penakut, sekarang dimana gadis yang lugu itu kenapa malah di ganti dengan gadis yang penuh rasa balas dendam?

"Paman, kalau aku kembali menjadi gadis bodoh beberapa tahun lalu maka sekarang aku harus menjadi gadis pintar bukan?" Zera mengeluarkan jarum suntik yang sudah terisi cairan berwarna kuning bening.

Abraham membulatkan matanya, "Apa yang akan kau lakukan Zera, jangan macam macam padaku!" Abraham berusaha untuk bangun namun susah karna tubuhnya benar benar lemas.

"Tidak apa apa paman, ini hanya jarum suntik yang berisikan vitamin, aku jamin setelah suntik ini sudah menusuk mu kau akan sembuh," jelas Zera dan ingin menyuntikkan jarum itu di lengan Abraham.

Abraham berteriak kesakitan karna Zera menusukkan jarum itu secara kasar yang mengakibatkan jarum suntiknya patah.

Zera menghela napas nya, "Selesai," Zera pergi dari hadapan Abraham.

Abrahan menatap kepergian Zera, sepuluh menit kemudian Abraham mulai merasakan sakit di area jantungnya, Abraham berteriak namun tidak ada yang bisa mendengar teriakan itu karna ruangan yang kedap suara.

"Aku sudah membayar semua biaya rumah sakit Abraham, dia akan segera keluar dari rumah sakit ini," ucap Brian pada bibi Zera

Zera berjalan mendekar ke arah meja resepsionis yang terdapat bibi dan calon suaminya.

"Ayo pergi, aku sudah selesai bicara dengan paman ku, bibi semoga paman cepat sembuh dan bisa kembali pulang kerumah lalu berkumpul seperti biasanya," ujar Zera yang hanya di angguki oleh sang bibi.

Di perjalanan menuju parkiran tiba tiba Brian memeluk Zera dari belakang, Zera berusaha melepaskan pelukan itu lalu menghadap ke arah Brian dengan tatapan marah.

"Apa yang kamu lakukan? Sudah gila?!" marah Zera.

"Apa salahnya memeluk calon istri sendiri? Kau bilang tidak papa memeluk mu,"

"Ya tapi bukan di tempat umum seperti ini Brian!"

"Baiklah," Brian membawa Zera masuk ke dalam mobil.

Mobil yang di kemudi oleh Brian melaju cepat di jalanan ibu kota yang begitu sepi, mobil Brian sudah berada di perkarangan rumah Zera, dengan cepat Zera turun dari mobil.

Vanesya yang terkejut saat melihat kehadiran Zera dengan raut wajah yang begitu kacau, "Kenapa kamu Zera? Bukannya udah selesai balas dendam ke papa ku?" ucap Vanesya.

Zera sedikit terkjut dengan perkataan Vanesya, tau dari mana dia kalau Zera balas dendam dengan ayahnya.

"Balas dendam apa maksudmu? Tidak ada gunanya balas dendam di keluarga kalian, buang buang waktu!"

"Kamu tidak perlu mengelak Zera, calon suami mu itu sudah memberitahukan semuanya padaku," jelas Vanesya.

Zera mengepalkan tangannya dan menatap tajam ke arah Vanesya, ia berlari menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamarnya.

"Laki laki brengsek!" ucap Zera.

***


Pukul lima sore, di markas Kafka ada enam orang yang berada di satu ruangan dengan Kafka, mereka sibuk dengan urusannya masing masing dan tidak memperdulikan orang orang yang berada di sebelahnya.

KAFKA [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang