Kerlip 3a : dia yang bersalah

52 17 45
                                    

Semoga panjang umur demokrasi Indonesia:(

(◕ᴥ◕)

Salsa adalah partner Javas dari jurusan IPS di kepengurusan OSIS tahun pertama. Keduanya menduduki seksi bidang wawasan kebangsaan dan bela negara. Mau tidak mau, mereka saling mengenal dan akrab dalam jangka waktu singkat. Javas menikmati hubungan pertemanan mereka sejak awal. Semuanya berubah ketika Salsa mulai menunjukkan ketertarikannya pada Javas.

Tepatnya menjelang akhir kepengurusan tahun pertama, Salsa mengungkapkan perasaannya. Javas yang tidak memiliki perasaan sama, menolak dengan sedikit rasa bersalah. Laki-laki itu mulai menjaga jarak, tapi ternyata Salsa tidak semudah itu dipukul mundur. Jarak demi jarak yang laki-laki itu ciptakan serta Salsa yang masih gigih dalam memperjuangkan, menjadikan hubungan mereka sebagai rahasia umum di OSIS.

"Jav! Javas! Gue cantikkan kepang dua gini atau ikat satu?" celetuk Salsa dengan percaya diri kala itu, memperagakan rambutnya yang dikucir satu menggunakan tangan.

Entah bagaimana mulanya, Salsa tiba-tiba mengikuti Javas yang hendak berjalan ke kafe seberang untuk memenuhi janji traktirnya kepada David dan kawan-kawan. Javas tidak terlalu ambil pusing dan membiarkan gadis itu bergabung ke mejanya. Tidak menyangka, jika hal itu menimbulkan permasalahan hubungannya dengan Gemintang.

"Apanya?" Javas yang baru saja kembali dari mengambil pesanan di meja kasir hanya bisa mengernyit bingung.

"Dih, nggak usah kecentilan kepang dua lo, Sal. Kaya anak pembantu aja. Mending kucir satu. Ya nggak, Jap?" seloroh David, yang duduk di seberang Javas, menuding akrab pada Salsa yang kini memasang raut muka sinis.

"Muka lo pembantu, Javas belom jawab apa-apa, ya!" gerutu gadis itu pada David sambil melengos lalu berpindah duduk di sebelah Javas. "Gue masih cantik kalau kepang dua, kan, Jav?"

"Eh centil! Nggak usah modus! Lo itu mirip icha tapasya."

"Bacot David! Gue tanya Javas bukan elo!"

Saat itu, Javas tak terlalu peduli jujur. Tangannya justru bergerak mengambil ponsel yang entah bagaimana berada di tengah meja. Masih memikirkan pesan dari Gemintang yang tiba-tiba membahas kata putus. Bahkan, laki-laki berjaket erang itu tidak benar-benar serius saat menjawab pertanyaan Salsa.

" ... cantik kan, Jav?"

Bawel.

"Iya," ceplos Javas tanpa menoleh, yang dia inginkan adalah gadis itu berhenti berbicara.

Alih-alih terganggu oleh pekikkan Salsa dan hebohnya David mendengar jawaban yang terlontar dari mulutnya. Javas justru tertegun ketika jarinya membuka kotak pesan dan membaca kalimat yang dia kirimkan. Bukan. Dia tidak mengirimkan dua bait pesan itu.

Dengan panik, Javas mengetikkan beberapa kalimat sanggahan dan semakin gusar saat pesannya hanya bercentang satu. Laki-laki itu kemudian mengecek notifikasi unggahan cerita milik David yang menandainya sepuluh menit yang lalu. Refleks mencengkeram ponsel ketika membaca tulisan yang dibuat olehnya.

Napasnya tercekat. Rasa tidak suka dan takut hadir begitu saja. Tidak berani membayangkan jika Gemi melihat unggahan ceritanya.

"Hapus story lo, Vid," lirih Javas dengan suara tertahan.

Kali ini gantian David yang memasang wajah heran. Obrolan asiknya dengan Salsa terjeda.

Gemintang di Langit JavasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang