9. Hujan

11 3 17
                                    

Typo bertebaran!

.

.

.

Dunia Fantasia

Jauh di pedalaman hutan yang gelap, terdapat seorang pemuda yang terluka parah pada bagian perutnya. Dia berusaha berlari dengan tergesa-gesa di tengah hujan deras yang membasahi tanah yang becek. Napasnya terengah-engah, dan jauh di belakangnya, seorang pemuda berjubah hitam dengan tenang mengikuti jejaknya sambil memutar-mutar belatinya.

Saat itu, si pemuda yang sedang berlari tersandung batu dan akhirnya terjatuh. Dia kehabisan tenaga untuk bergerak sedikit pun. Sementara itu, langkah pemuda berjubah hitam semakin mendekatinya. Akhirnya, pemuda berjubah hitam berhenti tepat di belakang pemuda yang terjatuh dan bersimbah darah itu.

Dengan perlahan, pemuda berjubah hitam berjongkok dan dengan lembut memegang dagu pemuda yang tak berdaya itu. Matanya penuh dengan kehampaan dan keputusasaan yang mendalam.

Pemuda berjubah hitam itu tersenyum tipis. Matanya yang dingin menatap pemuda malang itu, "aku sudah mengatakan kepadamu bahwa kita tidak bisa keluar dari sini, bukan?" kata pemuda berjubah hitam dengan nada sombong. Kemudian, dengan lembut, dia menggendong pemuda yang terluka itu secara bridal lantas berjalan santai menuju rumah.

"Sungguh usaha yang sia-sia, Kakak," ucapnya dengan nada sinis.

Pemuda terluka itu menghela napas lelah dan memilih memejamkan matanya sambil bersandar pada bahu kokoh pemuda berjubah, adiknya.

"Sakit," lirihnya dengan suara yang hampir terdengar seperti bisikan di tengah guyuran air hujan yang deras dan petir yang saling bersahutan.

Namun, berkat pendengaran yang tajam, lirihannya terdengar jelas di telinga adiknya itu.

"... makanya, jangan keras kepala, Kakak! Sudah tahu bahwa malam hari tempatnya para monster berkeliaran," omel sang adik.

"Bacot! Aku bosan di mansion mulu tahu," lirih si Kakak kesal.

"Ya, dan sebagai gantinya kau hampir mati lagi kali ini," timpal si Adik malas.


🪙🪙🪙🪙🪙


🎶 Tik tik tik~...
Bunyi~ hujan di atas genting.
Airnya turun, tidak terkira~.
Cobalah tengok, dahan dan ranting.
Pohon dan kebun, basah semua~. 🎶

Neiru memandangi hujan deras yang turun dari jendela kamarnya. Niatnya hari ini ingin bermain dengan Ruis di taman seperti kemarin, tetapi rencananya terpaksa dibatalkan karena hujan yang turun sangat lebat. Dia pun memutuskan untuk melukis suasana saat ini, hujan, di iringi senandung pelan, sambil membahas topik random dengan Nisa, Siti, Satrio, Putra, dan Rizqi melalui video call menggunakan laptop.

"Eh, guyss, gimana kabarnya? Udah lama nih ga ngobrol bareng kalian!" sapa Neiru.

"Wkwkwk baru juga beberapa hari, Ne," Satrio terkekeh pelan.

"Aku sih oke Neiru, lagi santai-santai aja di rumah. Gimana sama kamu?" tanya Siti.

"Ah, sama, lagi nge-lukis nih, suasana hujan kayak gini tuh bikin pengen ngelukis," jawab Neiru.

Me And The Other WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang