Typo bertebaran!
.
.
.
Begitu Neiru, Ruis, Sera, dan Diov membuka pintu kayu raksasa itu, hal yang pertama kali mereka lihat adalah sebuah ruangan yang gelap tanpa satu pun penerangan dari obor, serta suasana yang sunyi dan hawa yang mencekam.
Namun setelah Sera membuat penerangan dari surainya yang tiba-tiba bercahaya macam Rapunjel, hal yang membuat keempatnya terkejut adalah...
"ANGGITA?!" seru Sera terkejut bukan main.
Merasa dirinya dipanggil, anak perempuan itu membalikkan badannya. Netra cokelatnya terbelalak kaget melihat kehadiran Neiru and the geng yang sama terkejutnya melihat kehadirannya.
"Lho, TEMAN-TEMAN?!" sahutnya tidak percaya, "kok kalian semua juga ada di sini, sih?"
"Lah, harusnya kami yang nanya gitu, Neng!" ucap Diov.
Anggita segera berjalan cepat menghampiri mereka, "kalian gak apa-apa, kan? Ada yang luka?" tanyanya sambil menatap keempat sekawan tersebut intens, menelisik setiap inci tubuh mereka.
Neiru menggeleng, "kami semua baik, bagaimana denganmu?"
"Aku juga baik. Yah, meski tanganku jadi kotor karena bajin*an-bajin*an itu," tunjuknya ke belakang.
Neiru, Ruis, Sera, dan Diov kompak menoleh ke belakangnya. Seketika keempatnya terbelalak kaget.
Bagaimana tidak? Mereka dapat melihat ratusan bangkai monster yang telah terkoyak sampai organ-organnya terburai keluar. Bahkan banyak di antara mereka yang anggota tubuhnya sudah tidak lengkap dan tidak dapat di identifikasi karena wujudnya sudah rusak. Juga keempat sekawan itu baru menyadari bahwa genangan air yang mereka pijak ternyata telah berubah menjadi merah.
Itu darah.
Seketika aroma amis darah dan bau busuk bangkai menyeruak sampai memasuki indra penciuman mereka dan,
"HOOEEEEKKKK!!"
""""RUUIIISS??!!!""""
.
.
.
Ruis terbangun di sebuah ruang hampa yang serba hitam. Sejauh mata memandang, hanya ada kegelapan tanpa batas di sini. Namun, dia dapat melihat dengan jelas seluruh anggota tubuhnya.
Ruis menghela napas lelah, "aku tahu anda ada di sini."
"Terus? Gue harus bilang 'waw' gitu?" jawab suara seorang pemuda acuh. Wujudnya tidak terlihat.
"G-ganti napa latarnya. Jangan gelap begini...," lirih Ruis takut.
Hening sejenak, sebelum sebuah helaan napas terdengar dan ketika suara jentikkan jari terdengar, latar ruang yang tadinya hitam hampa seketika berubah menjadi bentangan padang rumput hijau dengan sebuah danau di tengah-tengahnya beserta angin sepoi-sepoi menyejukkan dan beratapkan langit biru yang cerah.
"Nah, gini kan enak," Ruis menghembuskan napas lega dan menyandarkan tubuhnya pada batang pohon rindang yang kokoh sambil menikmati semilir angin yang menyentuh kulit dengan lembut.
"Bilang apa?"
"Mmmm, makasih."
"Gue jauh lebih tua dari lo, ya. Jadi panggil gua Abang!" kata suara itu.
Ruis mengedikkan bahu acuh, "gak mau, tuh. Kita gak sedeket itu juga buat main peran kakak-adek."
"Cih, masih untung gue mau nurutin permintaan lo buat ganti tempat tadi," kesal suara pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And The Other World
FantastikApa yang kugambar, apa yang kulihat, apa yang kusentuh, apa yang kupijak, apa pun yang berada di sekitarku... terkadang semua itu membuka portal yang terhubung ke dunia lain. Kisah ini menceritakan petualang Neiru dan kawan-kawan yang masih siswa se...