Prolog

30 4 14
                                    

Typo bertebaran!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Typo bertebaran!

.

.

.


Di suatu sore yang damai, ketika matahari mulai meredup dan langit mulai berubah menjadi palet warna merah muda dan ungu, seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun bernama Neiru duduk di meja belajarnya. Ia baru saja pulang dari sekolah, dan sekarang, ia telah memasuki dunia yang ia ciptakan sendiri, dunia yang hanya bisa ia akses melalui goresan pensilnya.

Neiru mengambil pensil dan kertasnya, lalu mulai melukis. Kecintaannya pada seni itu begitu dalam hingga setiap goresan pensilnya seolah-olah menghidupkan kanvasnya.

Hari ini, ia memutuskan untuk melukis pemandangan alam. Ia menciptakan gunung yang menjulang tinggi, danau yang tenang, dan hutan yang rimbun dengan setiap goresan pensilnya. Lukisannya begitu hidup dan detail, seolah-olah ia bisa merasakan udara segar pegunungan, mendengar gemericik air danau, dan merasakan kehidupan yang bersemayam di hutan.

Namun, saat Neiru menarik goresan pensil terakhirnya, sesuatu yang tak terduga terjadi.

Ia begitu terfokus pada lukisan yang sedang ia buat dan tidak menyadari perubahan yang terjadi di sekitarnya. Ketika ia mengakhiri lukisannya dan melihat sekelilingnya, ia kaget karena ia sudah masuk ke dalam lukisannya sendiri yang dipenuhi dengan makhluk hidup.

Neiru terpaku, tak bisa mempercayai apa yang ia lihat. "Apa-apaan...!?" katanya, takut dan kagum pada saat yang sama.

Ia merasa takjub dan sedikit takut, namun ia juga merasa senang karena ia telah menciptakan dunianya sendiri.

Dengan penuh rasa penasaran, bagaikan seorang anak yang baru pertama kali melihat dunia luar, Neiru berlari melewati hutan, melewati danau, dan mencapai puncak gunung secepat yang ia mau. Ia merasakan kebebasan yang luar biasa, dan ia tidak bisa menahan senyum di wajahnya. Ia tidak merasakan lelah sama sekali, karena ini adalah dunia kekuasaannya.

Ini adalah realmnya, rumah keduanya, dunia kekuasaannya. Kira-kira, Realm Neiru setara dengan luas wilayah Indonesia bagian timur, yaitu wilayah Sulawesi dan Maluku. Bedanya di sini tidak ada bangunan seperti rumah atau gedung-gedung dan full hanya kawasan alam.

Puas menjelajah, Neiru melihat sekeliling di sekitar perbukitan yang diapit oleh gunung-gunung yang menjulang tinggi ribuan kaki dari permukaan tanah.

"Kira-kira di mana enaknya, ya? Apa mungkin di sini saja?" Neiru memperhatikan tempat ia menapak. Sebuah ouncak gunung, yang hampir menyentuh langit, sangat dekat dengan awan, dan sangat jauh dari daratan.

"Aku rasa di sini saja. Tapi bagaimana caraku membangun rumah sendiri?"

Krkk.. krkkk...

Sesuatu tiba-tiba timbul dari dalam tanah, diikuti dengan retakan besar pada permukaan tanah. Dan itu tepat di bawah Neiru, membuat sang empu terkejut bukan kepalang.

Me And The Other WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang