•Asrar

2.2K 157 101
                                    

"Purnama masih penuh, juga rahasia yang tidak akan dan tidak ingin aku tahu. Sembunyikan sajalah, agar aku tetap berada di antara pergulatan siang dan malam."

-Arzi Nara Wiriya-

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Di sebuah ruangan pada pukul tujuh pagi, seorang gadis baru saja membuka mata. Pertanda satu hari berhasil terlampaui, meski harus berakhir menyakiti.

Arzi bangkit kemudian berdiri didekat jendela besar, menyibak gorden yang menutupi kamar. Dan kini, langit biru terlihat sedang menertawakannya dari atas. Bayangan tentang aktivitas yang dilakukan gheovani semalam bersama pria di bar membuat hatinya pilu.

Seekor kucing berwarna orange dengan bulu lebat menggosok-gosokkan kepalanya pada betis arzi, ia berjongkok dan meraih tubuh peliharaan kesayangannya. "Hai dinoo, udah dua hari kamu baru pulang. Jauh banget ya kayanya mainnyaa." Arzi menciumi kucing itu gemas, "Kamu bau banget ih, mandi yukk sayang akuu."

Dengan gontai, ia melangkahkan kaki menuju kamar mandi.

--

Di satu meja makan persegi, arzi duduk seorang diri. Menikmati semangkuk sup hangat berisi sayur dan beberapa potongan daging sapi. Pahatan wajah jelita dua wanita yang biasa menghadiri netra tidak nampak di pandangannya, dalam hati bertanya 'kemana perginya mereka?'.

Ia berusaha membakar sepi dengan berselancar di social media. Suara-suara dari potongan video yang di unggah para akun humor seolah membuatnya terusik, itu sama sekali tidak membuat arzi terbahak seperti biasanya. Maka ia menutup layar ponsel itu, dan meletakkannya asal diatas meja.

Setelah menyelesaikan sarapannya, arzi menyapu pandang ke setiap sudut ruangan. Takut-takut ia akan menemukan sedikit pergerakan, dan beruntungnya hanya senyap yang ia dapati, tidak ada satu orangpun di rumahnya.

"Syukurlah" Batinnya.

**

"Arzi, semalem kamu berantem sama ci naya, ya?" Tanya angel yang entah darimana tiba-tiba sudah ada disampingnya.

Gadis itu hanya menggeleng, tidak berniat menjawab dengan sepatah katapun. "Syukurlah-" Angel merogoh saku jaket yang ia kenakan dan memberikan sebuah kunci motor, "Nih, tadi aku ke kampus pake motor kamu."

Arzi meraihnya, "Berarti aku anterin kamu pulang, ya?"

"Ngga usah, nanti aku minta jemput ka chika aja." Arzi hanya mengangguk.

Obrolan kedua gadis itu terputus ketika seorang dosen mulai memasuki kelas.

--

Pemaparan materi dari pria tua yang tengah berdiri di hadapan para mahasiswa tidak ia hiraukan, percuma saja arzi menelaah kala pikirannya tidak berada disana. Pena yang ia selipkan diantara jarinya hanya berayun-ayun, buku catatan dilembar yang ia buka pun masih bersih. Tidak ada abjad yang mengisi selain sederet angka penanda tanggal hari ini.

ARTistic.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang