•Delusi [18+]

3.3K 160 122
                                    

"Maaf karena telah membawamu dalam dunia fiksi sedangkan dia yang menjadi imajinasi. Aku tahu ini rumit, tapi nikmatilah."

-Tanaya Gheovani Wiriya-

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Arzi berusaha memejamkan mata, menyembunyikan diri dibalik selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya. Sudah hampir 2 jam ia berusaha untuk tertidur, tetapi matanya seolah menolak dan membiarkan arzi tetap terjaga hingga kini jam di dinding telah menunjukkan pukul 3 dini hari.

 Sudah hampir 2 jam ia berusaha untuk tertidur, tetapi matanya seolah menolak dan membiarkan arzi tetap terjaga hingga kini jam di dinding telah menunjukkan pukul 3 dini hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hewan lucu berbulu orange menaiki ranjang, ikut menyembunyikan tubuhnya diantara lengan gadis itu. Mencoba mencari rasa hangat ditengah dinginnya suhu udara kamar bergaya minimalis modern. "Dinoo, kamu kedinginan yaa sayang." Ia mengangkat tubuh dino dan membawanya dalam dekapan. "Aku kesel banget dari tadi udah coba merem tapi ngga tidur-tidur juga. Aku kangen ci ge, deh." Padahal mereka berdua tinggal dalam satu atap yang sama, tapi entah mengapa ketika hubungannya dengan wanita itu sedikit bermasalah, arzi enggan menjumpainya dan berakhir hanya memendam rindu.

Terlalu sering ia mendambakan cinta yang salah, yang begitu gaduh dan menyeruak menembus batas pertahanan hatinya. Cinta yang arzi yakini ada ketika debar jantung berbunyi seperti getaran lempeng bumi yang menggemuruh riuh dibawah sana.

Namun arzi lupa, bahwa ada cinta yang begitu hening dan sunyi, berbentuk setitik pengertian yang tanpa kata, tanpa aksara tetapi hadir begitu apa adanya. Namanya hanya terlintas bagai asap tebal yang terhembus angin, mengudara lalu kemudian lenyap.

--

Sejak arzi bergulat dengan waktu yang belum mampu menyeretnya ke alam mimpi, ia memutuskan untuk menepi dan menjauh dari heningnya ruang kamar.

Tangis sendu bumantara tidak serta merta mengurungkan niat seorang wanita berkaki jenjang untuk meninggalkan teras.

Arzi menghampiri shana, dimatanya tempias hujan dini hari yang membasahi ujung jari dan pipi wanita itu seakan memperlihatkan sebuah badai yang bercerita dengan bahasanya melalui aksara dan menerbangkan kata-kata rahasia.

ARTistic.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang