•Bercak [18+]

2.5K 130 51
                                    

**

"Karya seni memang sudah sepantasnya hanya kita nikmati dengan sudut pandang sendiri."

-Arzi Nara Wiriya-

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Sepasang roda berputar, menuyusuri setiap aspal yang membentang panjang pada ruas jalan sepi. Dersik angin menabrak ganas permukaan wajah, helm yang dikenakan memang sengaja tidak memiliki kaca visor. Matanya menahan banyak terpaan udara, tapi baginya itu hal biasa. Tujuan utamanya adalah pantai, tempatnya menepi kala ditimpa banyak masalah. Bagi arzi, suara ombak di laut merupakan alunan melodi paling merdu.

Butuh waktu sekitar 45 menit untuk sampai, dan ia sudah mendikte jarak melalui waktu yang ditempuh. Diparkirkannya motor Kawasaki W175 pada sebuah lahan, tepat di dekat pantai. Sejenak ia hirup dalam-dalam udara segar yang mengisi rongga parunya, memejamkan mata kemudian turun dari kendaraan. Di punggungnya bertengger ransel, berisi buku Sketch juga temannya.

Setelah memecahkan misteri hidup melalui sang perangkai rahasia, rasanya rumah begitu menakutkan. Arzi enggan pulang. Tapi gadis itu tidak akan lupa kini dia berperan sebagai siapa, arzi akan kembali memulai hidupnya sebagai karakter baru, bukan sebagai si anak polos yang bodoh. Arzi akan berusaha meyakinkan diri untuk bergerak perlahan, menyusup melalui celah kelemahan yang dimiliki kedua kakaknya. Ia akan membuat skenario dengan jalan cerita yang ia rangkai sendiri.

Arzi melangkah, mendekat pada bibir pantai. Kaki jenjang yang di balut celana cargo panjang melambai-lambai, tatap matanya tak berpaling dari garis samudera. Rupanya matahari masih di sana, selalu nampak berkilau dalam benak, menjadi peran utama kehidupan.

Gadis dengan rambut sebahu itu menyukai senja, meski pada saat yang bersamaan ia harus merelakan kepergian sang surya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis dengan rambut sebahu itu menyukai senja, meski pada saat yang bersamaan ia harus merelakan kepergian sang surya. Bait perbait perihal perpisahannya dengan matahari, biarlah indurasmi yang menjelaskan bagaimana gulita malam menjadi waktu yang tepat untuk menenggelamkan angan-angan juga makian.

Entah sudah berapa banyak gelitik pena yang terlukis tentang gheovani, tiap gores mendeskripsikan pahat mahakarya Tuhan dengan molek tubuh yang aduhai. Tapi, kini ia seolah tidak memiliki gairah barang segaris saja pena berniatkan gambar wanita itu.

ARTistic.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang