Tok tok tok
"Hmm"
"Bra bangun bangun bangun!"
"Hoamm. apaan sih ? masih ngantuk nih gue."
"Abra bangun! Katanya mau jogging. Ayo bra keburu panas!" Kataku sedikit jengkel pada abra. Abra Brama Almando. Dia adek aku satu-satunya. Nggak mirip adek. Lebih mirip kembaran aku. Yah, namanya juga beda setahun doang. Sempet sih tanya ke bunda sama ayah kenapa jarak lahir kami deket banget. Katanya ayah sama bunda pengen punya anak kembar tapi takdir gak berkata begitu. hihi, Alhasih ya ini aku Bramanza Putri Almando dan Abra Brama Almando. Dia suka sekali menggodaku, tapi dia sangat menyayangiku.
"males ah, Ngantuk." jawabnya dengan merapatkan selimutnya. Tanpa pikir panjang aku langsung menarik selimut dan kakinya agar jatuh dari tempat tidur - haha rasain gue kerjain.
"Ahh. Ya oke. 5 menit tunggu dibawah gue cuci muka dulu." dengan malasnya Abra bangkit dan melangkah menjauh menuju kamar mandi. Kalo gak gitu sih sampe ntar sore juga bakalan ngandang dikamar mulu tuh Abra.
***
Aku berlalu menuruni tangga menuju ruang keluarga.
"Pagi yah, bun" sapaku pada ayah dan bunda tercinta yang menikmati hari libur. Ayah dengan rutinitas pagi membaca koran dan secangkir kopi dimeja. Juga Bunda yang setia menemani ayah dengan secangkir teh dan cake - ah cake. Kuambil cake dan memakannya. Masih satu gigitan kulihat Abra menuruni tangga. Kuraih kopi ayah dan meminumnya.
"Anza itu punya ayah!" kata bunda gemas melihatku mengulangi kebiasaan dipagi hari menghabiskan kopi ayah. Ayah mengintip dibalik koran hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala. Aku bergegas tersenyum melihat bunda dengan tatapan - ah bunda - dan berdiri mencium pipi ayah dan bunda lalu beranjak pergi menemui Abra.
"yah, bun, Anza mau jogging dulu ya sama Abra".
"Ya hati-hati kak" kali ini suara ayah.
"Siap kapten" timpalku berlalu.
***
Kami pun berlari beriringan. Sampai ditaman kota aku kehausan.
"Bra berhenti dulu. gue capek istirahat dulu bentar." suaraku ngos-ngosan.
"ah Payah lo kak. Belum jauh juga udah capek duluan" sahut abra yang juga ngos-ngosan.
"lo juga ngos-ngosan kali. Pake gak nuding orang aja." Suaraku agak jengkel. "Beli minum sana gih dek".
Dia mengangguk dan beranjak membeli air mineral yang dijual di toko kecil yang gak jauh dari taman kota itu.
'Ah benar-benar adek yang paling gue sayang. Ya jelaslah. adek gue kan cuma Abra doang' batin anza melihat punggung abra yang menghilang.
30 menit kemudian
Aku melihat jam dipergelangan tanganku. Sudah 30 menit sejak abra pergi beli minum, tapi belum balik-balik.'Keman sih Abra. Lama banget belinya. Mana gak bawa handphone lagi.' Gerutuku. Kemudian pikiran yang aneh-aneh melayang di otakku.'Apa jangan-jangan terjadi sesuatu pada abra'. aku mulai khawatir, takut bila sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada abra. Spontan aku langsung berdiri hendak mencari keberadaan Abra.
Tapi belum sempat aku melangkah, kulihat sosok hidung Abra muncul. Wajahku seperti ditekuk-tekuk karena sebel. Gimana gak sebel ya kan. Dia meninggalkanku disini sendirian sudah 30 menit lebih.
"Kenapa muka lo ?" Tanyanya sambil menyodorkan sebotol air mineral. 'Dia berlagak bodoh apa emang beneran bodoh sih'. Tanpa mengatakan sesuatu aku mengambil air dan meminumnya seperti orang kebakaran yang membutuhkan air.
Setelah emosiku mereda aku mengajak abra buat pulang.Ketika aku membalikan badanku aku melihat seseorang. Dia menatapku sekilas. Tatapannya, entahlah aku tak bisa menjelaskan tapi seperti sangat bermakna. Matanya bertemu dengan mataku walau hanya beberapa detik. Kulihat dia tersenyum walau sangat amat tipis. "Mata yang indah". Aku bergumam kecil tanpa seorangpun mendengar termasuk Abra yang berdiri tepat di sebelahku. Aku melihat pria itu berdiri memasang earphonenya dan melanjutkan larinya.
***
- PGD -
KAMU SEDANG MEMBACA
White Shadow
RomanceKatanya cinta butuh perjuangan Mungkin rasa ini yang banyak orang sebut dengan cinta Bertahun tahun penantian Bertahun tahun bertahan Rindu membara tak ada yang bisa memadamkan Hari demi hari Detik demi detik Aku membiarkan hatiku mati oleh rindu Ta...