Seorang pangeran berdiri diambang pintu dengan tampilan casualya - sepatu Nike air force superme white colour - slim-fit chinos - oxford shirts light blue yang tak mampu menyembunyikan bentuk tubuhnya - dan ransel putih dipunggungnya. Sangat casual mempesona. Entah berapa lama aku memandangnya sampai Mr. Robert memulai kelas pun aku tak sadar. Aku memandang sekitarku.
OMG kalian tau dimana dia duduk ? "Oh no! You should't was sitting there. Kau hanya akan membuat jantungku bermasalah. Every day after this day". Makiku kecil jantungku berdetak tak wajar. Dia duduk didepanku. Laki-laki itu duduk tepat didepanku.
***
"Sepertinya hariku akan jauh lebih indah" kataku dengan senyuman mengembang. Wanita itu sangat unik.
***
30 menit lewat. Jantungku terus tak bisa normal. Aku memutuskan keluar dari kelas. Meminta izin dengan hormat pada Mr. Robert. Aku berjalan keluar kelas menuju taman belakang kampus - tempatku saat penat. Butuh 10 menit bisa sampai, ya karena tempat itu berada dibelakang kampus yang sangat besar ini. Aku duduk di kursi biasa aku duduk di taman belakang. Sendirian. Hanya ada beberapa mahasiswa disini. Jantungku mulai normal. Aku menutup mataku, menghirup udara segar. Menjernihkan otakku yang dari pagi bermasalah. merelaxkan tubuhku yang menegang. Saat semua mulai normal, tiba-tiba bayangannya mucul. Kembali memutar ingatanku tentang 2 hari belakangan ini. Kembali memujanya.
Hari telah berganti.
Tak bisa kuhindari.
Tibalah saat ini bertemu dengannya.
Jantungku berdegup cepat.
Kaki bergetar hebat.
Akankah ku ulangi perusak harinya.
Mohon tuhan untuk kali ini saja beri aku kekuatan untuk menatap matanya.
Mohon tuhan untuk kali ini saja lancarkanlah hariku.
Hariku bersamanya
Hariku bersamanya
Kau tau betapa aku lemah dihadapanya.
Kau tau berapa lama aku mendambanya.
Mohon tuhan untuk kali ini saja beri aku kekuatan untuk menatap matanya.
Mohon tuhan untuk kali ini saja lancarkanlah hariku.
Hariku bersamanya
Hariku bersamanya
"Maskulin". Ha apa ? Maskulin ? Bau harum ini menyadarkanku. Aku membuka mata, mencari pemilik bau harum itu. Aku tersentak kaget ketika melihat siapa yang berdiri didepanku. "Hell ya! Hey what are you doing?!" Aku mengatakannya spontan. Dia tersenyum geli.
"Oh hey" katanya sambil duduk disebelahku. Aku refleks menjauh. Aku hanya tak ingin jantungku berulah lagi. Dia mengulurkan tangannya. Aku meresponnya ragu.
"I'm Stev." katanya singkat.
"Stev ? Just stev ?" Jawabku sedikit bata-bata.
"No. Stevan Ed-Dillon. You?" Jawaban cepat darinya.
"Me? Em, Anza. Bramanza Putri Almando" jawabku dengan menatapnya sekilas lalu menunduk.
"Beautiful" gumamnya sambil tersenyum. Tapi aku cukup mendengarnya.
"Apa?" Kataku penasaran.
"Ah. Nothing. Jam Mr.Robert belum berahir kenapa lo ijin keluar ?" Tanyanya dengan menatapku dalam-dalam. Tatapan itu membuatku membeku. Cepat cepat aku tersadar.
"Aku - mmhh - hanya butuh udara segar. Ya udara segar. Kurasa jam Mr. Robert sudah berahir. Gue harus balik ke kelas. Ica pasti nyariin gue." Jawabku sukses lancar, yeah!.
"Bye stev" sambungku cepat-cepat berdiri beranjak pergi dari tempat itu. Aku mendengarnya memanggilku. Tapi aku berpura-pura tak mendengar dan meghilang di ujung lorong.
***
Please comenn and vote.
Sorry kalo kurang dapet feelnya ya
Maklumin ya readers. masih abal abal nih.
bantuin dengan coment dong. biar kedepannya makin bagus ini cerita.
yang suka beri vote dong, cuma sedetik dong. biar author tau ini cerita ada yang suka dan author semangat buat ngelanjutinnya.
-PGD-
KAMU SEDANG MEMBACA
White Shadow
RomanceKatanya cinta butuh perjuangan Mungkin rasa ini yang banyak orang sebut dengan cinta Bertahun tahun penantian Bertahun tahun bertahan Rindu membara tak ada yang bisa memadamkan Hari demi hari Detik demi detik Aku membiarkan hatiku mati oleh rindu Ta...