PART 7 - Message

22 2 0
                                    


tok tok tok


"kak sarapannya udah siap nih, kebawah yok" terdengar suara Abra memanggil dari luar kamar.

"iya bentar dek" tak perlu menunggu lama mereka turun untuk sarapan.

"morning Ayah, bunda" sapa Anza dan mencium pipi orang tuannya diikuti oleh Abra. Entah apa yang mereka bicarakan. Keluarga Brama ini begitu harmonis. Tak ada yang lebih mereka ingikan kecuali melihat keluarganya bahagia. Sesekali mereka bercanda dan tertawa sampai mereka tak sadar sarapan yang terhidang di meja sudah habis.

"bun, aku bantuin beres-beres ya?" mintaku pada bunda yang membersihkan piring kotor di meja. Ayah dan Abra sudah pasti berlalu meninggalkan ruang makan. Meskipun kami memiliki pembantu, tetapi Bunda lebih menyukai melakukan tanggung jawabnya sendiri selagi sempat. Tak butuh waktu lama sampai piring-piring kembali ke tempatnya semula.

Hari ini Anza tidak memiliki kegiatan apapun, begitupun Abra dan orang tua mereka. Disinilah Anza, duduk disofa bersama Abra yang sedang sibuk memainkan gadget di depan televisi. Bosan hanya melihat serial televisi yang itu-itu saja ia berinisiatif untuk pergi jalan-jalan bersama Abra. Ketika Anza akan melontarkan tiba-tiba suara handphoneku menghentikanku.


bip bip

kugeser layarku untuk membaca pesan masuk. 'nomer tidak dikenal'

hallo Bramanza.. - 08124400***

siapa ? - Anza

ini aku. Stev - Stev

degg

Sebelumnya Anza tak pernah mengira Stev akan menghubunginya.


ANZA POV

Disinilah aku. Duduk disofa ditemani Abra yang sibuk dengan Iphonenya, terdampar oleh bosan. Terbesit ide untuk mengajak Abra jalan nanti malam. Tiba-tiba handphone ku menerima satu pesan. 'nomer siapa?'

Ya ampun, ya ampun. Mimpi apa aku semalam ? Pengen deh loncat-loncat terus teriak. Tapi gak mungkin banget aku lakuin itu. Apa kata Abra nanti jika aku melakukan itu. Demi apapun aku tak bisa menyembunyikan bahagiaku ini. Terkadang aku merasa sangat labil, seperti anak muda zaman sekarang bila jatuh cinta. Eitss, aku kan emang masih muda tapi umurku memang bukan lagi belasan tahun. Suara handphoneku kembali berbunyi. Oh tuhan aku sampai lupa aku belum membalas message Stev yang terahir.

bip bip

Hallo anza, ini benarkan Anza ? - Stev

oh, iya ini aku. Ada apa Ed ? - Anza

Nanti sore kamu ada acara ? - Stev

Emm, nanti sore ? Enggak ada - Anza

Nanti sore jam 5 aku jemput. Bye Anza - Stev

Mau kemana ? - Anza

1 menit

3 menit

8 menit

gak ada balesan pesannya lagi. Bagaimana bisa dia menyebalkan dan meluluhkan dalam waktu yang bersamaan ini ? Bagaimana dia bisa melakukan tanpa menunggu persetujuanku. Ah aku baru tau dia sedikit menyebalkan. Dalam setiap runtukanku dihati tak berati aku menanggalkan senyumanku begitu saja. Bahkan aku tak bisa tersenyum dengan santai. Barisan gigiku yang rapi mungkin sedikit waktu lagi akan mengering. Jika Abra Ayah Bunda menyadari anaknya seperti ini mungkin mereka akan mengira aku ada gangguan kejiwaan. Aku mengamati keadaan sekitar. Binggo!! Sejak kapan ayah dan bunda ada diruang ini ? Apa yang mereka lihat ? Aku kah ? OMG. ketahuan kah ? tunggu. Abra juga melihatku ? Berapa lamakah aku melamun ?. Sadarlah Anza!

"ayah, bunda lihat apa ?" tanyaku hati-hati pada mereka, tak lupa cengiran juga keluar tanpa disuruh.

"duhh yang lagi seneng melayang-layang sampe lupa daratan" Ejek abra padaku yang terlihat salah tingkah.

"apaan sih lo dek" ini aku lagi pura-pura jutek biar mereka gak curiga. hahaa - tapi gagal. Mereka hanya tersenyum padaku dan aku bertambah malu.


*****


Tit tit ..

suara klakson mobil terdengar dari luar kamar. Anza masih di dalam kamar mandi untuk bersiap-siapa. Jam masih menunjukkan jam 4 sore tetapi Stev sudah menjemputnya.

****


Please comen and vote...

-PGD-

White ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang