*flashback continue*
Steven Ed-Dillon, bule tampan menawan dengan baju biru muda, jaket hitam terbuat dari kulit, jeans biru pekat dan sepatu nike abu-abu.
"berhentilah menatapku seperti itu, kita bisa menabrak orang lain kalau kau seperti itu" katanya sedikit tertawa tanpa menolehku. Darimana dia tau kalau aku memandanginya. Oh Anza lo bodoh sekali, memalukan.
"sudahlah jangan difikirkan terus, kau bisa memandangku jika kau mau." tawarnya tanpa babibu dengan tersenyum. Ah senyumnyaaaaaa....
"a...aku... mmm.. aku tidak memandangmu." jawabku terbata-bata dan langsung mengalihkan pandanganku kejendela. Pantai. Aku melihat pantai.
"pantai ? kau mengajakku ke pantai " kataku tak percaya.
"seperti yang kau lihat. kau suka ?" Aku tak menjawabnya, jiwa dan ragaku terlalu fokus menikmati keindahan pantai. Belum sempat aku menikmatinya, mobil berhenti di sebuah hotel. Dia turun dari mobil dan membukakan pintu untukku.
"kenapa turun ? hotel ? Apa yang mau kau.. em,.." belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku dia sudah berbicara.
"tenang dan turunlah" Aku segera turun dengan intruksinya. " tenanglah, ayo masuk. Makanan di restoran hotel ini lezat, pemandangannya juga bagus. Aku tak akan mengajakmu tidur. Atau kau ingin aku seperti itu haha ?" Tawanya menatapku.
"gak lucu tau Ed" jawabku sinis.
"hey just kidding, ayo aku sudah memesan meja" kita melangkah memasuki restoran, kita berhenti di meja outdoor yang menyuguhkan pemandangan pantai, langit senja yang berganti gelap, bintang-bintang mulai bermunculan, kerlap kelip lampu kota. Semua begitu indah sampai tak sadar ada kotak merah didepanku. Stev membukakannya, mengambilnya, aku menatapnya dengan tatapan yang tak mengerti maksutnya.
Dia memegang tanganku "Bramanza Putri Almando. kita baru mengenal beberapa bulan ini dan aku akan mengatakan aku tertarik padamu. I know, this's so funny, but it's true. sejak pertama melihatmu, seolah duniaku terganti denganmu. Please, be my girlfriend. I love you. you know, every day I had filled by the shadow of you. Your smile, your laugh with your friend. I can't you go away of my mind." Aku tak tau harus menjawab apa. Ini semua begitu tiba-tiba. Aku hanya menatapnya meminta pengertiannya. Dia mengerti akan maksutku.
"Oke, aku mengerti ini semu begitu tiba-tiba untukmu. tapi kumohon pakailah kalung ini agar kau selalu mengingat akan hari ini. Kau tak harus menjawab apapun sekarang" katanya lagi, dan memasangkan kalung berliontin berlian biru itu dileherku.
*FLASBACK END*
'permisi mas Abra mbak Anza, ada telfon dari bunda nyonya' suara bibi Ita membuyarkanku dari lamunan panjang. Abra yang mendengarnya pun langsung berdiri dan membuatku yang tadi tenggelam dibahu abrapun rubuh ke sofa.
"santai aja napa dek, jatuh nih" celetukku pada Abra.
"pegel tau bahu gue, siapa suruh juga ngelamun lama banget" jawabnya sambil berlalu ke arah telepon rumah. Akupun berdiri dan mengikutinya.
***
Please Vote And Comment...
Sorry for typo Everywhere ...
Sorry karena part ini cuma pendek. Belum ada ide lagi ...
- PGD -
KAMU SEDANG MEMBACA
White Shadow
RomanceKatanya cinta butuh perjuangan Mungkin rasa ini yang banyak orang sebut dengan cinta Bertahun tahun penantian Bertahun tahun bertahan Rindu membara tak ada yang bisa memadamkan Hari demi hari Detik demi detik Aku membiarkan hatiku mati oleh rindu Ta...