Awesome..
Mata yang mempesona..
Sorot mata yang menghipnotisku..
Sepasang mata yang menaklukan hatiku..
Pesonanya membawa jiwaku padanya..
Bagai matahariku..
Bagai rembulanku..
Bagai semiku..
Bagai kiblat disetiap arahku..
Tanpa sadar aku mengeratkan tanganku pada ica. Aku tau setelah ini pasti ica akan tanya alasanya. Dan oke sekarang aku harus nyari alasan. 'Mikir. Mikir.'
Ica melepas peganganku pada tangannya. Aku menatapnya menuntut. "Pesen minum dulu za" katanya sambil melotot padaku.
"Oh. okee" jawabku meringis lalu melepas lengannya.
Aku dan ica duduk di dekat jendela. Jauh dibelakang pria itu. Hanya punggungnya yang terlihat dari sini. Sesekali punggungnya bergetar. Mungkin sedang tertawa. Dia duduk bersama teman-temannya. Hanya satu yang ku kenal diantara mereka. Louis Fernandes. Pria yang dari dulu berusaha deketin aku tapi ya gitu aku menganggapnya cuma teman. Tak ada yang kurang darinya, tapi entah hatiku tak bisa untuknya. Ah ya, tapi aku sama Louis masih jadi temen baik. Bukan berati kita tidak bisa berteman ketika aku menolaknya menjadi kekasih.
"Za, lo kenapa sih ? Oh ya kenapa lo tadi pegang tangan gue seret banget ? Sakit tauk! Ada apa sih ?" Lontar ica - destialisa - memberondong membuyarkan lamunanku pada lelaki jauh didepan sana.
"Lo kalo nanya gak sekalian sekampung. Banyak banget. Satu-satu aja napa ?!" jawabku gugup sedikit jengkel plus gugup.
"Bodo! Cepet cerita ada apa. Gak usah banyak protes" sahutnya penasaran.
"Em, gak ada apa-apa kok. Pengen bikin baju lo kusut aja, tuh - nunjuk baju ica pake dagu" jawabku santai seolah tak ada apa-apa. Padahal ya ini hati mati-matian nutupin dari ica. Aku tau tak ada sedikitpun yang bisa aku sembunyiin dari ica. Tapi belum saatnya sih dia tau.
"Yakin gak ada apa-apa?" Katanya dengan tatapan mengintimidasi.
"yakin ca - ca cantik" jawabku sedikit gugup. Belum sempat dia menjawab yang akan menyudutkanku dan ahirnya jujur, aku mengajaknya balik ke kelas berhubung kelas sudah hampir dimulai
Sedikit lagi aku melewati mejanya. Ah jantungku bermasalah lagi. Tak bisa lagi kubendung sendiri "ca lihat cowok kanan lo, yang pake kemeja biru" aku mengatakan pada ica sambil berjalan. Ica tak menjawab tapi aku yakin dia mendengarku.
"Siapa tuh za, mata lo bening banget sama yang kayak gituan. Kok gue gak pernah liat cowok itu sebelumnya ya za. Lo jangan-jangan suka ya sama dia. Tuh anak fakultas apa ya za ? Ah gue cari tau dulu aja identitas tuh cowok. Gimana za menurut lo ?" Cerocos ica panjang lebar kali alas kali tinggi, udah kayak rumus matematika aja tuh mulut.
"Lo awas ya kalo genit sama dia. Awas aja lo. Jadi gini ceritanya. Kemarin tuh pas - flashback - gue jogging sama Abra. Gue liat dia di taman, dia lagi jogging juga keliatan dari pakaiannya. Mata abu-abunya seketika buat aku speechless. Mempesona dan .... -flashback end" senggolan ica lagi-lagi mebuyarkan lamunanku.
Baru aja mau ngomel ica ngasih tau "ah shit! za, liat tuh. Itukan cowok yang tadi dikantin kan za" katanya heboh. Aku melihat cewek-cewek seruanganku menatap lelaki yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan memuja. Aku memperhatikannya. Lelaki yang entah aku tak tau siapa, tetapi seseorang yang sejak pertama tatapan itu bertemu membuatku tertarik. Orang pertama yang membuatku merasakan apa yang tak pernah kurasakan sekalipun louis. Lelaki yang berdiri tak jauh dariku ...
***
Please coment and vote ya..
-PDG-
KAMU SEDANG MEMBACA
White Shadow
RomanceKatanya cinta butuh perjuangan Mungkin rasa ini yang banyak orang sebut dengan cinta Bertahun tahun penantian Bertahun tahun bertahan Rindu membara tak ada yang bisa memadamkan Hari demi hari Detik demi detik Aku membiarkan hatiku mati oleh rindu Ta...