STEV POV
Aku sengaja d atang satu jam lebih awal dari ucapanku beberapa jam yang lalu. Merindukannya terlalu lama akan sangat membunuhku. Mengetahui dia tidak memiliki acara membuatku ingin segera menemui saat itu juga, aku harus bersabar untuk memiliki 'ratu'ku bukan ? kalian jangan tanya aku mengetahui alamat rumahnya dari mana, sudah pasti aku mencarinya. Disini aku dirumah yang menurutku bersuasana hangat dalam artian sangat nyaman. Seorang satpam keluar dari bilik markasnya, menemuiku. Aku keluar mobil untuk mengatakan kedatanganku. Tak terlalu sulit ntuk mebuatnya percaya bahwa aku memang tamu. Satpam itu pun membukakan gerbang untukku. Aku memarkirkan moblku dihalaman yang kurasa itu memang tempat parkir mobil karena disana ada 3 mobil yng terparkir.
Aku menekan tombol bel tepat disebelah pintu utama. Tak lama seseorang membukakan pintu, kurasa wanita ini didepanku ini pekerja rumah tangga.
"nyari siapa mas?" tanya wanita itu dengan sopan.
"Anzanya ada ?" jawabku dengan membalasnya senyum.
'siapa bi ?' tersengar suara dari dalam rumah. Tak lama wanita itu muncul. Wanita itu mirip dengan Anza. Ini pasti mamanya. Dengan sopan aku mengulurkan tanganku untuk menjabat tangannya. Tak lupa aku memberikan senyum paling tulus.
"maaf tante, perkenalkan saya Stev. Temannya Anza. Anzanya ada tan ?" oke good. aku tak pernah mengatakan selancar ini saat sangat gugup seperti sekarang.
"Tante Alma. oh ada-ada. Ayo masuk dulu." katanya membalas jabat tanganku ramah dan mempersilahkan aku masuk.
Aku mengikutinya masuk. Aku melihat bingkai foto ukuran besar, lebih tepatnya foto keluarga. 2 Laki-laki , satu masih sangat muda - seumuran Anza, satunya lagi pria berumur tapi masih sangat terlihat berkarisma - pasti papanya anza. 2 wanita lagi tante Alma dan Anza.
Aku duduk di sofa, pria yang tadi terlihat difoto itu menghampiriku - papanya Anza. Aku segera berdiri untuk menyambutnya. Laki-laki yang baru kuketahui bernama Om Derga memang benar papanya Anza. Tak perlu banyak waktu aku dan Om Derga sudah bisa akrab. Sosok yang tegas tetapi hangat.
***
Bidadariku,
Malaikatku,
Karya Tuhan yang mengagungkan,
Kecantikannya sungguh mempesona tak pernah bosan melekat padanya,
Meluluhkan hati setiap insan yang menatapnya.
Anza menghampiri kami. Dia begitu menawan dengan balutan drees warna biru soft yang beberapa centi diatas lulut menampakan kaki jenjangnya dan berlengan panjang. Dia memakai sepatu sneakers dan dengan tas kecil yang menjuntai disisi bahu kirinya. Rambutnya yang berwarna kecoklatan dikuncir kuda. 'Ratu'ku tampak sangat mengagumkan.
"Hai ayah. hai Ed" sapanya malu-malu kami. Dia mencium pipi ayahnya sambil berbisik etah apa yang dikatanya aku tak bisa mendengarnya. Aku meminta izin untuk mengajak Anza jalan. Om Derga memberi ijinnya asal Anza dibawa kembali dengan utuh dan satu lagi, Tak boleh macam-macam sedikitpun. Haha memang seperti itulah seharusnya seorang ayah. Harus protectiv kepada anak perempuannya, apalagi perempuan seperti Anza.
Aku membukakan pintu mobil untuk bidadariku. Beberapa menit kemudian mobilku meninggalkan halaman rumah Anza.
'mau kemana kita ?' tanya Anza sambil menatapku yang tengah sibuk berkonsentrasi mengemudi.
*****
Please coment and vote...
-PGD-
KAMU SEDANG MEMBACA
White Shadow
RomansaKatanya cinta butuh perjuangan Mungkin rasa ini yang banyak orang sebut dengan cinta Bertahun tahun penantian Bertahun tahun bertahan Rindu membara tak ada yang bisa memadamkan Hari demi hari Detik demi detik Aku membiarkan hatiku mati oleh rindu Ta...