04. Bentuk Penjagaan

61 3 0
                                    

Karena terkadang, bentuk penjagaan dan perhatian paling baik pada seseorang adalah dengan memberikan dia itu sedikit ruang.

Histologi Hati by IraKarrella

Hamzah menarik sedikit sudut bibir di tengah hiruk-pikuk kehidupan yang tidak pernah habis di rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hamzah menarik sedikit sudut bibir di tengah hiruk-pikuk kehidupan yang tidak pernah habis di rumah sakit. Termasuk, di kafetaria yang kini ditempatinya untuk sekadar mengisi perut.

Sesekali, Hamzah menatap jam di pergelangan tangan yang menunjukkan pukul 11.51 siang. Sehabis ini, ia berencana menunaikan shalat Zuhur di masjid rumah sakit terlebih dulu, sebelum bersiap untuk prosedur operasi kolesistektomi laparoskopi—lagi.

"Sendirian aja nih. Kita temenin, mau?" sahut seseorang dari arah belakang. Saat menoleh, Hamzah melihat Daffi dan Sabil di sana.

"Iya, duduk aja." Hamzah mempersilahkan. "Tumben barengan? Jadwalnya nggak padat, ya?"

"Yoi, gue bisa keluar bareng sama nih anak. Tenang aja. Lagian, jadwalnya emang lumayan longgar sih hari ini, jadi kita bisa istirahat bentar sebelum visit lagi nanti," balas Daffi, meletakkan kopi yang dibawanya ke atas meja.

"He'em, masih ada beberapa waktu buat bernapas, kok." Sabil menanggapi.

Hamzah mengangguk lalu meminum air mineral miliknya hingga tuntas. Dari kejauhan, mata Hamzah tak terelakkan dari visual perempuan yang menjadi koas bimbingannya yang baru datang sembari memesan sesuatu.

Aktivitasnya tertangkap secara menyeluruh di pandangan.

"Namanya Syifa, kan?" tanya Daffi tiba-tiba, mengalihkan perhatian Hamzah. "Salah satu koas di bawah pengawasan elu juga?"

Hamzah mengangguk tipis lalu membenarkan posisi duduk, sedikit terkejut Daffi memperhatikannya. "Iya, bisa dibilang koas baru. Hari ini dia bakal ikut buat beberapa visitasi pasien habis operasi."

"Ada beberapa koas gue yang ngerumpi kalau kemarin dia habis ditegur dokter Nizam. Emang iya?" Daffi memasang wajah penuh tanya. Hamzah menghela.

"Iya. Lagian apa yang salah? Itu memang udah hal biasa, kan? Ditegur atau dimarahin pun pasti dia ada kesalahan. Kayak nggak pernah aja."

Sabil tertawa kecil. "Wih, udah ketularan gaya ala-ala konsulen, ya, Zah. Ngasuh sambil tegas begitu. Pake pengalaman yang lalu segala. Adu nasip nih ceritanya?"

Hamzah menggeleng. "Bukan, kok. Kan memang bagian dari tanggung jawab. Dokter Nizam juga sering bilang, mereka itu memang harus dipersiapkan dari awal, termasuk dari segi mental."

"Iya juga. Btw, Zah, koas-koasan itu betah nggak sih sama lo?" tanya Daffi menggoda.

Hamzah mendengus. Sedikit melirik kembali ke arah Syifa yang dihampiri oleh seorang lelaki yang tampaknya teman berbeda stase. "Gue nggak tahu urusan itu. Apa masalahnya juga, kan? Yang jelas gue cuma ngelakuin tugas sesuai instruksi. Kalau mereka serius, ya dibantu. Kalau nggak, memang udah harus siap-siap aja kena teguran."

Histologi HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang