Teman Dekat

21 5 0
                                    

Mustahil Allah menurunkan kesulitan tanpa dibarengi kemudahan. Begitu pun masalah, mustahil Allah menurunkan sebuah masalah apabila tidak dibarengi dengan solusi di dalamnya

___

Sesampainya di Garden Coffee, Alifia langsung menghubungi Adara-sahabatnya sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama- untuk menanyakan keberadaan gadis yang masih gemar menggunakan kerudung dengan disampirkan di samping kanan dan kiri bahunya. Setelah mengikuti arahan dari suara Adara melalui panggilan telepon diantaranya keduanya, Alifia diam mematung saat melihat sahabatnya kini menggunakan gamis lengkap dengan kerudung yang menjuntai ke bawah hingga menutupi bagian dada. Mata Alifia kini terasa buram karena air mata yang mulai terkumpul di pelupuk matanya. Tidak lama kemudian Alifia langsung memeluk Adara.

"Adara, Maa Syaa Allah Ya Allah, Alhamdulillah"

"Hahahaha seneng ya doa kamu terkabul?" Alifia hanya menganggukkan kepalanya dan kembali memeluk Adara.

"Kalo seneng ngapain nangis?"

"Justru aku nangis karena aku bahagia banget akhirnya kamu mau pakek gamis dan kerudung yang menutup dada"

"Makasih ya Fia, aku bersyukur banget punya sahabat kayak kamu"

"Aku juga bersyukur punya sahabat kayak kamu Adara. Aaaaa semoga istiqomah ya"

"Aamiin, untung kamu nggak bosen ngasih tahu dan ngajak aku buat menutup aurat sesuai perintahNya. Makasih ya"

Alifia tersenyum saat mendengarkan ucapan Adara. Dirinya tidak menyangka, bahwa doanya sudah dikabulkan oleh Allah. Alifia sangat bersyukur saat Adara sudah mau menutup auratnya sesuai dengan perintah Allah. Bukan perkara yang mudah untuk menasehati seseorang apalagi sahabat sendiri untuk kembali kepada Sang Pencipta, namun ketika mengingat kalimat "Surga terlalu luas untuk dihuni sendirian" membuat Alifia semangat untuk mengajak orang-orang yang disayanginya untuk sama-sama mau belajar dan berusaha agar bisa masuk surga.

Perihal doa, Alifia selalu mendoakan dirinya dan orang-orang yang disayanginya agar terus diberikan taufiq oleh Allah hingga ajal menjemput. Perihal jodoh, Alifia selalu berusaha untuk khusyuk saat melangitkan doa agar segera dipertemukan dengan jodohnya, namun seringkali Alifia merasa malu kepada Allah saat mengingat dirinya yang terkadang lebih khusyuk saat meminta seorang jodoh daripada meminta surgaNya. Mengapa dirinya begitu lalai hingga dibutakan dunia sampai-sampai lebih khusyuk saat meminta jodoh daripada meminta surga. Bahkan saat ingin sesuatu rasanya Alifia malu untuk berdoa kepada Allah.

Namun Alifia ingat, di saat kita masih memiliki keinginan untuk berdoa, rasa malu tidak berhak untuk menghalangi kita untuk terus berdoa kepadaNya. Meskipun kita seringkali menjadi hamba yang tidak tahu diri, tidak pernah Allah sesekali memanggil kita sebagai pendosa yang tak terampuni, justru di saat kita sangat jauh dariNya, Allah masih memanggil kita dengan sebutan wahai hambaKu yang melampaui batas. Romantis dan sangat baik sekali bukan Allah? Bahkan di saat tidak ada manusia yang mau mendengar kita hingga membuat kita bersujud dan menengadahkan doa bahkan meneteskan air mata, Allah menerima dan siap mendengarkan doa kita seolah berkata sini hambaKu, kamu mau cerita apa, sini, kamu mau minta apa sama Aku, Aku akan memberikan yang terbaik menurutKu untukmu. Namun, pantaskah kita yang sudah diberikan banyak nikmat justru selalu berprasangka buruk padaNya?

"Fia, nanti mau main ke mall nggak? Main ke timezone bareng anakku yang hobinya nyariin kamu terus"

"Hahahaha, kangen aku pasti, boleh deh, kamu udah izin suami kan?"

"Udah dong, aku selalu ingat pesan kamu. Tapi nanti jemput anak aku sekolah dulu ya"

"Siap"

"Fia, mau aku kenalin ke temen aku nggak?"

Takkan Terganti [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang