Dia kembali?

18 4 2
                                    

Allah itu berhak untuk cemburu, ketika kita mendoakan untuk dia, awalilah dengan pujian kepada Allah. Dan ya, belajarlah untuk mencintai Allah terlebih dahulu, sehingga kita tidak akan menduakannya dengan apa pun

---

Kalo dia kembali lagi dan sudah sendiri apakah kamu akan menerimanya? Satu pertanyaan dari Gavin berhasil mengusik benak Alifia. Semenjak dia berpamitan pulang kepada Gavin tanpa menjawab pertanyaan dari laki-laki itu, sejak itu pula satu demi satu pertanyaan masuk memenuhi pikiran Alifia. Saat berhenti di lampu merah, dia mulai menerka-nerka apa maksud Gavin sebenarnya. Berkali-kali Alifia berusaha untuk menjawab semua pertanyaan yang muncul di kepalanya, tapi hasilnya buram seratus persen. Buntu. Fokus yang berusaha ia pertahankan mendadak buyar karena pengendara di belakang Alifia berkali-kali membunyikan klakson motor mereka.

"Astaghfirullah, udah hijau ternyata. Haduh, semoga pengendara-pengendara tadi maafin Fia karena udah bikin mereka kesel"

Sesampainya di rumah, Alifia langsung memakirkan motornya dan masuk ke dalam rumah. Jika biasanya ada Papanya yang minum teh di teras, kini pemandangan itu tak menyambut Alifia pada hari ini. Bahkan rumah terlihat sepi. Sepertinya orang tua Alifia sedang keluar dan hanya ada Sakha-adik Alifia- yang bisa Alifia ketahui karena ada motor kesayangan adiknya yang sedang terparkir rapi.

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam, tumben baru pulang? Habis sama Bang Gavin ya?"

"He'em"

"Kencan mulu Kak, gak bawa jajan nih?"

"Kencan-kencan, ngawur kamu! Maaf ya, Kakak tadi lupa nggak mampir buat beli jajan"

"Gak dimaafkan"

"Ih dasar bocah kematian"

"Wlek!"

Suara salam dari orang tua Alifia mengalihkan perhatian Alifia dan Sakha yang sudah siap mengibarkan bendera perang mereka. Biasa, sedikit perdebatan bisa memancing kakak beradik itu untuk bertengkar. Usia Alifia dan Sakha yang terpaut sepuluh tahun justru membuat mereka sering sekali bertengkar meski hanya karena masalah yang sepele. Alifia masih menatap jengkel wajah Sakha yang tengah menjulurkan lidahnya sembari mendekat ke arah Mama. Alifia pun mendekat guna menyalimi kedua tangan orang tuanya.

Terlihat sesuatu yang berbeda dari wajah pasangan suami istri yang sudah tidak lagi muda itu. Pancaran wajahnya terlihat sangat bahagia hingga menerbitkan senyuman yang sangat lebar. Setelah meletakkan bawaan Alifia di atas sofa, Alifia pun langsung menjawab salam dan menyalimi tangan kedua orang tuanya.

"Pasti tadi kalian mau ribut kan?"

"Sakha tuh Ma, ngeselin banget jadi orang"

"Ih Kakak aja kali yang emang suka marah-marah. Tapi bentar, wajah Papa sama Mama seger banget, mana kelihatan bahagia banget. Iya kan Kak?"

"Iya nih maa syaa Allah, habis dapet voucher belanja ya Ma?" Alifia lebih tertarik dengan wajah segar kedua orang tuanya daripada wajah Sakha yang beberapa waktu lalu sangat penuh ketengilan.

"Hahahaha, enggak Nak. Kelihatan banget ya bahagianya?"

"Iya Ma, kelihatan banget, ini kalo Mama nggak berhenti senyum lebar, Alifia takut kalo gigi Mama kering, hehehe"

"Kakak bisa aja ih, tadi Mama ketemu sama itu lho Kak Mamanya temen kamu waktu smp dulu, yang dulu kerjaan kalian ribut mulu kalo ketemu. Aduh siapa sih tadi namanya Ya Allah, Mama lupa. Mamanya siapa tadi Pa?"

"Mamanya Abidzar Ma"

"Nah iya, Mama ingetnya ada Abi-Abinya"

Senyum yang tercetak di wajah Alifia perlahan mengendur saat mendengar nama Abidzar disebutkan. Sudah lama nama tersebut tidak menyapa indera pendengaran Alifia di rumah ini. Mengapa saat nama itu keluar dari bibir kedua orang tuanya, di saat itu pula jantung Alifia berdegup dengan kencang. Sungguh Tuhan, setelah sekian tahun lamanya Alifia tidak mendengar nama itu, mengapa ia harus kembali mendengar nama laki-laki yang sudah berhasil ia lupakan dan relakan beberapa tahun lalu? Mengapa setelah sekian lama berusaha berdamai dengan semuanya, dia seolah datang kembali membawa ketakutan jika rasa yang sudah berhasil Alifia kubur dalam-dalam akan muncul ke permukaan kembali untuk ke sekian kali? Mengapa Ya Allah? Mengapa?

Takkan Terganti [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang