Ya Allah, jika aku mengikuti hati, aku tahu siapa jawabannya
Jika aku mengikuti logika, aku juga tahu siapa jawabannya
Karena itu tunjukkan jawaban terbaik menurutMu Ya Allah
Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baiknya perencana
(Kak Dena Haura)
---Beberapa waktu sebelumnya.
Setelah mengantarkan mertuanya pulang, Abidzar langsung berpamitan dengan niatan akan menjemput Zayyan. Laki-laki yang tengah mengenakan kemeja hitam selaras dengan celananya itu pun mengemudikan mobilnya dengan pikiran yang sangat riuh ramainya. Mengingat panggilan salat sudah setengah jam berlalu, Abidzar pun menepikan mobilnya sejenak di sebuah masjid yang dekat dengan alun-alun kota tempatnya tinggal. Seperti biasanya, masjid terlihat ramai pengunjung dari berbagai kota dan tidak lupa alun-alun juga terasa ramai dengan banyaknya pedagang yang berjejer rapi di samping jalan. Setelah melaksanakan salat, Abidzar berdiam sejenak untuk menenangkan pikirannya dan berusaha mencari jawaban atas pertanyaan yang bersarang di pikirannya. Cukup lama dirinya merenung di dalam masjid, hingga pada akhirnya dirinya melangkah keluar setelah memantapkan hatinya untuk satu keputusan.
Dengan penuh rasa yakin Abidzar pun menelepon mamanya dan meminta nomor papa Alifia. Niat awal hanya ingin bertanya dimana keberadaan Zayyan bersama Alifia sekarang, namun setelah memikirkan kembali, dirinya pun menghubungi Om Burhan apakah beliau memiliki waktu luang dalam beberapa menit ke depan. Dan ya, Om Burhan yang kebetulan pulang lebih cepat pun meminta Abidzar untuk datang ke rumah. Di sinilah Abidzar sekarang, duduk sembari menanti kehadiran laki-laki paruh baya yang sebentar lagi akan diajaknya berbicara. Abidzar meremas tangannya beberapa kali dan berusaha untuk meyakinkan dirinya kembali. Dirinya kini dibuat gugup dengan keputusannya sendiri. Sampai akhirnya mama Alifia datang dan mengalihkan perhatiannya.
"Diminum Nak Abidzar, maaf ya seadanya"
"Iya Tante, maaf merepotkan"
"Enggak Nak, santai aja, oiya, Om Burhan izin mandi dulu tadi. Katanya sungkan kalo ada tamu belum bersih-bersih, paling habis ini ke bawah. Nah kan, tuh Om Burhan"
"Apa kabar Abidzar?"
"Alhamdulillah baik Om, Om dan Tante bagaimana kabarnya?"
"Alhamdulillah kabar kami juga baik, ada apa Nak sampai ingin bertemu dengan Om? Apa ada sesuatu yang penting?"
"Tadi Tante kira kamu mau jemput Zayyan Nak, tapi kata papa Alifia enggak, ada apa Nak? Apa ada yang bisa kami bantu?"
"Om, Tante, sebelumnya saya minta maaf jika saya lancang, apa Alifia sudah punya calon suami?"
Luna dan Burhan saling menatap satu sama lain. Perlahan senyum keduanya terbit seolah mengerti akan mengarah kemana tujuan pembicaraan ini nanti.
"Belum Nak, Alifia belum punya calon suami. Tidak ada yang cocok dengan orang-orang yang dulu pernah taaruf dengannya. Kenapa?"
Setelah merapalkan robbis rohlii shodrii wa yassirlii amrii wahlul 'uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii dalam hati, Abidzar pun memberanikan diri meminta izin kepada kedua orang tua Alifia terkait niat baik dan alasan utamanya menemui Burhan.
"Om, Tante, saya kemari berniat untuk meminta izin kepada Om dan Tante untuk melamar Alifia. Saya tahu mungkin terkesan sangat cepat, mengingat saya baru satu atau dua kali bertemu dengan Alifia setelah sekian lama. Tapi setelah mendapat restu Mama saya dan Mama mendiang istri saya juga melihat kedekatan putra saya dengan Alifia, saya memutuskan untuk melamar Alifia. Apakah Om dan Tante memberikan izin kepada saya untuk melamar putri Om dan Tante?"
"Apa kamu sudah bilang ke Alifia Nak?"
"Belum Tante, saya niatnya izin dulu ke Om sama Tante, baru itu saya akan mengatakan niat saya kepada Alifia"
KAMU SEDANG MEMBACA
Takkan Terganti [ON GOING]
RomansaBukan suatu hal aneh apabila seorang perempuan yang sudah berusia 27 tahun namun masih sendiri dihujani pertanyaan menyebalkan "Kapan Nikah?". Begitu pula dengan seorang laki-laki yang sudah hidup sendiri setelah ditinggal istrinya meninggal tepatny...