Di dalam aula, Sepuluh Pemula bertemu dan berdiskusi secara semangat. Kabuto Yakushi memperingatkan mereka untuk diam karena mereka terlihat menganggu shinobi di sekitar mereka.
Naruko hanya tenang dalam diamnya, menyimak penjelasan Kabuto tentang ujian lebih jauh. Kabuto menggunakan Info Kartu Ninja miliknya untuk memberi Sasuke informasi tentang Gaara dan Rock Lee, atas permintaan Uchiha yg arogan. Kabuto mengatakan bahwa setiap individu yang mengikuti ujian kemungkinan adalah para elit dari desa masing-masing, fakta yang mengintimidasi para pemula.
Naruko, dengan matanya yang terkesan tenang dan santai, menyimak dengan cermat setiap kata yang diucapkan oleh Kabuto. Meskipun sikap santai Naruko yg acuh tak acuh terhadap informasi yang disampaikan melalui kartu ninja oleh Kabuto, dalam benaknya, Naruko sudah mengetahui semua informasi. Beberapa hari sebelumnya, Naruko telah menghabiskan waktu---diantara semua kegiatan nya--- untuk menyelidiki, mencari tahu informasi tentang peserta ujian Chunin, terutama mereka yang berasal dari luar desanya seperti genin Suna.
Saat Kabuto memberikan informasi kepada Sasuke, ada sebuah pertanyaan yang mengganjal di benak Naruko. Mengapa Kabuto Yakushi, yang sudah enam kali gagal dalam ujian Chunin, dengan sukarela memberikan informasi kepada pemula seperti mereka? Naruko tidak percaya bahwa itu semata-mata karena mereka adalah pemula. Ada sesuatu yang lebih dalam, lebih kompleks, yang tidak segera terlihat.
Dalam keheningan aula, pikiran Naruko mulai melayang jauh. Dia mempertanyakan motif sebenarnya di balik tindakan Kabuto. Apakah dia menginginkan sesuatu dari mereka sebagai imbalan atas informasi yang diberikan? Dan jika iya, apa yang dia inginkan? Jika orang ini 6 kali gagal ujian Chuninn... Dan masih mencoba... Bukankah semakin sedikit saingan lebih baik, kemungkinan dia lolos sangat besar, kami hanya Rookie baru dan masih banyak kurang dalam aspek pengalaman ninja... Kami mangsa yg sangat mudah di sini. Tidak ada alasan bagi pemangsa melindungi mangsa dalam rantai makanan yg sedang bekerja. Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di kepala Naruko, menimbulkan kecemasan dan ketidakpastian. Terutama saat sebuah opsi terlintas dalam pikiran si rambut merah tom--habanero.
Seketika Naruko terdiam, batinnya tersentak dengan pemikiran nya sendiri. 'O-orang ini... Menginginkan sesuatu dari kami! sebagai balasan. Tidak, bukan sesuatu... Melainkan seseorang dari kami! Kenapa? Siapa? Untuk apa? ', Naruko melihat teman-teman mantan satu academy nya, dengan tenang, meski hati dan pikiran nya mulai was-was dan cemas oleh dugaannya. Namun, Naruko cepat mengingatkan dirinya sendiri untuk tetap tenang. 'Tidak. tenang dulu Naruko. Kau harus tetap tenang dan berkepala dingin. Kau tidak bisa berpatokan pada dugaan saja, kau butuh bukti'. Dia tahu dia harus mempertahankan kepala dinginnya dan mencari bukti konkrit sebelum membuat kesimpulan.
Dalam keadaan yang penuh teka-teki ini, Naruko bersumpah untuk menemukan jawaban yang sebenarnya, tidak peduli seberapa gelap atau rumit jalan yang harus ia tempuh. Dirinya harus tetap tenang dan berkepala dingin, bertingkah seperti remaja tenang, berani, seenaknya dan Narsistik, seperti biasa.
"Namaku uzumaki Naruto! Aku tidak akan kalah dari kalian! Mengerti! " Dengan keantusiasannya seperti biasa, Naruto dengan keras menyatakan bahwa ia tidak akan kalah pada siapapun. Menyadarkan Naruko dari lamunan, yg Shikamaru saja tertipu, berpikir Naruko mungkin sedang menganalisis penjelasan Kabuto.
Ah-hahaha.... Naruko hanya bisa tertawa canggung dengan tingkah kembarannya. 'Ruto... Aku tau kau bersemangat, tapi tindakan mu ini... Tolong lihat situasi'.
setiap orang di ruangan itu, terutama mereka bersembilan para pemula, --minus Naruto, bereaksi pada kata-katanya dengan tercengang dan terganggu.
"Hei! Kenapa dia?! Kenapa kembaranmu itu Naruko?! " Seru ino pada Sakura dan Naruko, marah kesal oleh tingkah Naruto. Menunjuk Naruto.

KAMU SEDANG MEMBACA
Naruko Uzumaki_ [slow Up]
FanfictionLanjutan/sambungan dari fanfic Naruko Uzumaki. Karena kayaknya udah kebanyakan disana, makanya saya lanjut ceritanya disini. Chapter 108