ENAM

148 17 2
                                    


"Bahagia ku dan kamu, Hanya berada di mimpi,"

———

Aku menatap ruangan bernuansa abu-abu ini, berbagai foto polaroid terpasang apik pada bagian dinding sebelah selatan. Foto polaroid yang menunjukkan salah satu idol K-Pop bernama Kim taehyung. Ya, Laras mengidolakan sosok itu. Sosok yang mustahil untuk menjadi pacarnya.

"Lo sesuka itu ya sama taehyung?," Tanya ku pada Laras yang duduk di ranjang dengan motif putih polos itu.

"Engga," Balas Laras. Dia berjalan mendekati ku, aku menatap heran Laras.

"Lo Kenapa?," Bingung ku dengan tingkah Laras.

Aku mundur beberapa langkah sampai tubuhnya menyentuh dinding lantaran Laras yang terus maju untuk mendekatiku, tangannya mengunci pergerakan ku, dengan cara menempelkan kedua tangannya di sisi tubuh ku. Aku tertegun dengan perlakuan Laras pada ku.

"L-lo mau ngapain?,"

Cup..

Jantung ku berdetak tiga kali lebih kencang dari sebelumnya. Laras tiba-tiba mencium ku, membuat aku kaget bukan main. "Lo apa-apaan si?,"

Laras menatap ku intens. "gue suka sama Lo," Ucap Laras yang mampu membuat aku terdiam.

"Maaf, gue tau perasaan gue salah. Tapi gue gak bisa ngelupain Lo, gue udah suka sama Lo setahun lalu," jelas Laras.

"Sama Yas. Tapi gak seharusnya kaya gini," aku membatin.

"Kita Gak bisa sama-sama," Kata ku.

"Gue juga yakin Lo suka sama gue. Gue bisa nebak dari sifat dan perilaku Lo ke gue,"

"Engga. Gue gak pernah suka sama Lo," Balas Ku.

Laras melepaskan tempelan tangannya pada sisi tubuhku, membuat aku menghela nafas tenang. "Bohong!. Jujur, gak usah bohongin diri Lo sendiri. Kalo emang Lo ga suka sama gue, gak mungkin Lo bersifat, Solah gue pacar Lo!," Tegas Laras.

"Jangan ke-pedean,"

Laras berdecak, lalu tersenyum penuh arti. "Gue tau perasaan Lo Noe. Jujur, mulut Lo boleh bohong, tapi mata Lo gak bisa,"

Cup

Laras kembali mencium bibir ku. Aku yang tertegun hanya bisa diam saat Laras mencoba untuk melumat bibir ku, walaupun permainan nya tidak begitu lihai, tapi aku dapat merasakan lumatan yang sangat lembut itu.

Laras merangkulkan tangannya di pundak ku. Di perlakukan seperti itu, aku pun memegang pinggang rampingnya, lalu membalas ciuman itu. Kita sama-sama menikmati.

Entah dorongan dari mana. Aku membawa Laras untuk merebahkan tubuhnya di atas ranjang itu. Lumatan ku semakin tak terarah, tidak hanya itu saja, bahkan aku sudah membuka dua kancing baju sekolahnya.

Laras melepaskan ciumannya, ia menatap ku dengan tangan yang masih berada di tengkukku. "Gue tau Lo suka sama gue, jadi gak usah bohong," Ucapnya.

"Sejak lama Yas, bahkan enam bulan lebih," Balas ku.

Laras kembali menarik tengkuk ku. Kembali mencium bibir ku dengan ritme sedang.

Ddrrtttt.... Ddrrtttt....

Suara alarm handphone membuat aku terbangun dari mimpi indah itu, aku terduduk dengan pandangan kosong ke depan. Tidak percaya dengan mimpi yang aku alami.

Aku tahu, mimpi hanyalah bunga tidur. Ada mimpi yang di takdirnya untuk menjadi nyata, dan ada juga mimpi yang hanya ilusi saja. Namun, mimpi kali ini sangat jelas, alurnya jelas, tidak seperti mimpi biasanya.

Cerita NoeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang