04 › Menginap.

437 47 0
                                    

"Marlo."

pria berpakaian formal itu tertawa pelan sebelum melangkah mendekati rekan bisnisnya, "kenapa?"

"pacar lo bilang apa aja ke Istri gue?"

"wait, Istri lo siapa?" Tanya Marlo dengan tawa meledek, sengaja membuat rekan bisnisnya itu kesal.

"Kassandra."

"wow, do you admit she is your wife?"

"ada apa nih?"

Marlo menoleh ke arah rekan bisnisnya yang lain yang baru saja datang. "Jordan ngeakuin Kassandra, Kal." Sautnya.

"haha, baru aja? kesambet apa? dulu perasaan ada yang bilang gak bakal ngeakuin Kassandra deh." Celetuk Haikala yang dengan sengaja mengulik masa lalu dari rekan bisnis sekaligus tongkrongannya itu.

"jawab aja pertanyaan gue, Marlo."

"gue gak tau lah." Ujar Marlo sebelum kembali menyeletuk, "emang ada apa? tengkar lagi lo sama Kassandra?"

"cerai aja deh, lagian lo gak cocok bahkan sama sekali gak pantes buat Kassandra."

"bangsat!"

Jordan kesal, kedua temannya itu sama sekali tidak membantunya.

drtt.. drtt.. drttt..

kontak sang Mama terpampang pada layar ponselnya, yang mana harus ia angkat meski pikirannya sedang kacauㅡia harap Mamanya tidak menanyakan sebuah hal yang mampu menarik emosinya.

"malam ini kamu dan Kassa bisa datang ke rumah? Mama kangen Kassa."

Kassandra.. Jordan tidak lupa jika Istrinya adalah menantu kesayangan sang Mama, juga menantu yang dipilihkan kedua orang tuanya untuknya yang sama sekali tidak tau berterima kasih atau bersyukur.

"kamu gak sibuk kan? kakakmu bilang kalau perusahaan gak proyek besar. Jadi, kamu dan Kassa bisa menginap di rumah utama kan?"

s i l e n t

Kassa yang sedang duduk di sofa ruang utama, menatap horor ponselnya yang menyala dengan tampilan notifikasi banyaknya pesan dari nomor tidak dikenal. Bukan tidak dikenal, Kassa sudah kenal dan tau tapi ia benar-benar tidak mau menyimpan nomor itu bahkan menganggap nomor itu horor.. sial, Harlan Wiratama sialan! jujur, Raiel merasa dejavu akan hal yang saat ini ia rasakan.

"dasar brengsek!" Umpat Kassa, ia mengambil ponselnya dan dengan cekatan memblokir nomor itu, persetanan dengan keprofesionalannyaㅡmentalnya lebih penting, sosok Harlan itu benar-benar membuat Kassa terganggu. Lagipula jika mengurusi pekerjaan, Harlan masih bisa menghubungi Sella yang juga merupakan Arsitek yang menggarap renovasi rumah sakit.

Kassa meletakan ponselnya sebelum beranjak menuju dapur, namun gagal karena pintu utama terbuka dengan menampilkan suaminya yang memasuki rumah. Tumben pulang dijam yang cukup soreㅡsetengah enam, terlalu awal.. tidak seperti biasanya yang sering pulang di atas jam sembilan malam.

Kassa tidak ada niatan mendekati, ia hanya menatap suaminya itu sampai berdiri di hadapannya.

"kamu siap-siap, kita disuruh menginap di rumah Mama."

bukan ide yang buruk tapi bukan pula ide yang baik, menginap di rumah mertuanya? yang benar saja jika hanya diminta menginap tanpa adanya banyak pertanyaan mengarah pada hubungan mereka berdua!

"gak bisa, besok akuㅡ"

"sejak kapan aku menerima penolakanmu, Kassa?"

memang tidak ada daftarnya Jordan menerima penolakan Kassa secara langsung, kecuali Kassa sendiri yang merengek dengan banyak kata berupa permohonan agar Jordan menerima penolakannya dan saat ini Kassa tidak sadar jika Jordan sedang mengharapkan ituㅡ"baiklah, tunggu aku bersiap dulu." bukan sebuah keterpaksaan yang pasrah keluar dari mulut sang Istri.

iii. SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang