Brakk!
pintu ruangan dokter bedah itu terbuka dan ditutup secara tidak apik oleh wanita yang begitu didambakan oleh sang pemilik ruangan.
"Harlan, kamu gila?!"
senyum yang sempat terukir tepat ketika melihat dambaannya memasuki ruangannya yang meskipun secara kasar sekali pun ituㅡperlahan senyum itu luntur berkat seruan dengan nada penuh amarah yang dilontarkan, "hei? maksud kamu apa, Assa?" Harlanㅡpria itu beranjak dari kursi kerjanya untuk mendekati wanita yang berdiri tidak jauh dari ambang pintu ruangannya.
"stop! jangan dekati aku, kamu gila! demi apapun kamu sudah gila, kenapa kamu melakukan itu?!"
Harlan mengrenyit kebingungan. "Aku melakukan apa, Assa?" Tanyanya seolah bingung meskipun dalam benaknya menangkap sesuatu.
"licik, gila, biadab!"
Harlan kembali mencerna perkataan penuh amarah yang dilontarkan Kassa, "kamu sudah tau?" terkanya ketika wanita tercintanya melayangkan tatapan nyalang.
"kenapa kamu melakukan ini semua, Lan? kamu menyukaiku kan? lantas kenapa kamu melakukan hal yang jelas-jelas membuatku tersakiti?" Cerca Kassa dengan wajah merah padam menahan marah sedari perjalanan menuju rumah sakit tempat Dokter gila itu berada, "kamu benar-benar gila.."
"ya, aku gila." Ungkap Harlan dengan kekehan renyah, "aku gila karena aku gagal mendapatkan kamu disaat aku sudah berusaha semampuku." Pria itu melangkah mendekati Kassa dan berdiri tepat di hadapan wanita itu. "Tapi, dengan mudah si bajingan itu mendapatkan kamu tanpa usaha dan menyakiti kamu semauㅡ"
"dia tidak menyakitiku! dan jangan sebut Jordan bajingan disaat kamulah bajingan itu, Lan!" Jari telunjuk Kassa ditujukan tepat pada wajah tampan sang Dokter yang terlihat tidak terkejut.
Harlan mengangkat satu alisnya dengan senyum lebar yang tanpa ia sadari telah cukup membuat Kassa takut, "dia tidak menyakiti kamu? kamu masih berpikir dia tidak menyakitimu setelah perselingkuhan yang dia lakukan?" Sindirnya mengusik fakta mengenai suamiㅡah, ralat menjadi calon mantan suami wanita dambaannya itu.
Kassa berdecak muak. "Itu tidak akan terjadi jika kamu tidak mengirim wanita bayaran kamu, gila!" Makinya di akhir kalimat membuat Harlan kembali tersenyum lebar.
"sweetie, jika benar bajingan itu tidak menyakiti kamu maka dia tidak akan tergoda untuk bermain dengan para wanita itu.. kenapa kamu begitu polos?"
Kassa tertegun ketika Harlan semakin mendekat ke arahnya yang spontan melangkah mundur hingga menubruk tembok ruangan; ia terhimpit oleh tembok dan tubuh Harlan yang berada di depannya dengan kedua tangan pria itu sigap mengukung kedua sisi tubuhnya.
"Harlan..!"
"ini waktu yang tepat untuk membuatmu menjadi milikku sepenuhnya."
kedua tangan Kassa terangkat untuk mendorong tubuh pria itu. Namun, kalah cepat dengan tangan kanan Harlan yang langsung menangkap dan menggenggam erat kedua tangan kurus wanita itu.
Harlan tersenyum tipis sebelum mendekatkan wajahnya pada telinga Kassa, "jangan mencoba melawan." Bisiknya.
tatapan penuh kebencian kassa layangkan ketika ingatan masa lalu muncul di dalam benaknya, "Lepaskan aku!" Serunya tetap memberontak terlebih ketika Harlan dengan mudah mencekal erat dan mengarahkan kedua Kassa ke atas kepala wanita itu yang benar-benar terhimpit dengan tembok.
"aku akan melepaskan kamu setelah kamu menjadi milikku."
Dugh
lutut Kassa berhasil menendang kaki Harlan hingga cekalan kedua tangannya terlepas dari genggaman pria itu, "aku gak akan pernah sudi menjadi milikmu, badebah!" Tatapan semakin nyalang disertai benci Kassa tujukan pada Harlan yang justru tersenyum meskipun sempat meringis nyeri akibat dari tendangan wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
iii. SILENT
KurzgeschichtenKassa hanya diam, membiarkan Jordan bertingkah semaunya sampai surat gugatan singgah di meja kamar mereka.