🖤 22; THE TERROR

47 5 1
                                    

Pilhanmu hanya ada dua. Mati atau kehilangan.”—Al Jendra ; The Story of Jendra & Lovela.

Bel tanda istirahat telah berbunyi, seluruh murid di SMA GALAKSI buru-buru bergegas keluar dari kelas menuju ke kantin untuk mengisi tenaganya. Lovela yang baru saja usai menyalin materi yang ditulis di papan tulis pun segera membereskan buku serta peralatan tulisnya di atas meja. Ia sudah tidak sabar untuk menemui Jendra dan anggota inti VICTOR lainnya di ruang seni. Namun kali ini ia tidak sendirian, ia akan pergi ke sana bersama dengan Aletta.

“Jadi, nanti kak Adinata mau ngasih tahu hubungan kalian ke teman-temannya?” tanya Lovela sembari melangkah bersama Aletta di lorong koridor.

“Iya, Vel. Kayaknya kak Adinata enggak mau merahasiakan hubungan kami lama-lama. Toh, sebentar lagi kan mereka mau lulus, dan pastinya mereka akan pisah untuk menempuh jalan masing-masing. Karena itu dia mau ngasih tahu hari ini, ” jawab Aletta.

Lovela mengangguk paham. “Semoga aja mereka enggak marah, ya?”

Amiin, Vel. Aku juga takut deh, mereka marah sama kak Adinata.” Aletta menghela napas berat, wajahnya muram seketika.

Lovela merangkul tubuh Aletta, lalu menepuk-nepuk pelan lengan gadis itu. “Percaya deh, mereka pasti bakal ngerti sama alasan kalian.”

Aletta mengulas senyum tipis. “Iya, Vela.”

Beberapa menit kemudian mereka berdua pun sampai di depan ruang seni. Lovela mengetuk pintu kayu yang bercat warna cokelat tua. Hingga kemudian pintu itu dibuka dari dalam. Sosok seorang lelaki berparas tampan dengan penampilan yang sedikit urakan berdiri di ambang pintu. Lelaki itu tersenyum tipis kepada mereka berdua.

“Ayo masuk,” kata lelaki itu seraya mempersilahkan Lovela dan Aletta untuk masuk ke ruang seni.

“Iya kak Narendra, ” sahut Lovela. Lalu, ia dan Aletta pun bergegas memasuki ruangan bernuansa abu-abu dan putih itu.

Kedatangan mereka berdua langsung di sambut heboh oleh Rafif dan Zidan. Dua lelaki itu menggoda mereka terus-terusan. Membuat Adinata dan Jendra berdecak sebal. Sedangkan yang lain hanya tertawa melihat tingkah absurd teman-temannya itu.
Lovela memerhatikan ruangan yang menjadi basecamp Jendra dan teman-temannya itu.

Terdapat beberapa lukisan yang terpajang di dinding. Foto-foto aesthetic yang ditempel di sebuah papan putih yang terpasang pada dinding pula. Alat-alat musik seperti gitar, drum, piano, dan stand mic yang di tata apik di sudut ruangan. Lalu, beberapa furniture juga yang di tata rapi membuat ruang seni ini tampak seperti sebuah ruang santai di dalam rumah daripada ruang seni.

“Eh, yang di sebelah Ibu Negara itu siapa? Cantik banget ih,” celetuk Zidan.

Adinata bangkit dari duduknya di sofa, lalu berjalan menghampiri Aletta yang masih berdiri kikuk di samping Lovela. Ia menggenggam lembut tangan gadis itu. Semua anak VICTOR yang menyaksikan kelakuan Adinata pun sedikit kaget dan mengerutkan keningnya bingung serta bertanya-tanya. Sedangkan Lovela dan Jendra memasang tampang biasa saja. Iya karena mereka berdua sudah tahu dengan hubungan kedua temannya itu.

“Dia Aletta. Tunangan gue.” Pengakuan Adinata membuat teman-temannya kaget.

“Lah, anjir! Kapan kalian tunangannya? Kok, enggak undang kita-kita?” tanya Rafif dengan raut menuntut jawaban.

AL JENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang