──── ⋆ ⋅ ☾☼ ⋅ ⋆ ────
"Jangan tatap aku dengan tatapan itu.." Gumam [name] saat ia merasa tatapan tajam Dan Feng yang terus tertuju padanya.
"Kamu kelihatan seperti orang mesum." Lanjutnya sembari menahan tawanya. Saat ini Dan Feng terbaring lemah di kasur kamarnya karena demam.
Belakangan ini Dan Feng terlalu sering bekerja. Stress dan demam karena [name] menimbulkan masalah di hari pertamanya bekerja. Masalah apa sampai Dan Feng stress?
Yah, di hari pertama [name] bekerja, ia tidak sengaja menghapus data bisnis dari folder yang terbilang sangat penting.
Dan Feng sampai tidak tidur tiga hari karena ulahnya. Begitu ia demam, salah satu karyawan baru mengatakan, bahwa dia menyimpan data tersebut.
"Itu salahmu." Sindir Dan Feng. [name] hanya tertawa tanpa merasa bersalah.
[name] memberikan sup hangat yang ia masak untuk sarapan Dan Feng. Demamnya belum turun dari semalam. Awet sekali.
Dan Feng mengambilnya dan memakannya dengan tenang. [name] terus menatapnya. Setidaknya pujilah dia karena sudah menjadi istri yang baik.
"Ada apa dengan tatapanmu?" Tanya Dan Feng. Dan Feng membalas tatapan [name] dengan tatapan tajamnya. "Kamu tidak mengharapkan aku untuk memujimu, kan?"
"Tiidaak...Siapa bilang?" [name] menghindari tatapan Dan Feng dan berpura pura sibuk melihat seisi kamar Dan Feng.
Dan Feng tersenyum remeh. "Kamu haus akan pujian, ya?" Ejeknya.
"Tidak juga."
Dan Feng kembali memakan sup buatan [name] tanpa mengatakan apapun lagi. "Aku tinggal, ya? Kalau sudah selesai makan, taruh saja piring dan mangkuknya di bawah kasurmu."
Dan Feng mengangguk paham. [name] pergi ke kamarnya untuk mandi. Hari ini Dan Feng sengaja membiarkan [name] cuti untuk merawatnya.
Lagi pula, itu salahnya, kan?
Dan Feng yang menyadari [name] sudah selesai mandi karena mendengar suara dari kamarnya, Dan Feng ingin sedikit merepotkan [name].
Jadi, ia memanggil [name] dengan teriakan yang agak lemah seperti orang sekarat. Begitu [name] datang dengan wajah panik, Dan Feng memposisikan dirinya untuk tidur.
"Matikan lampunya." Kata Dan Feng tanpa merasa bersalah.
[name] mengerutkan keningnya dan mendengus kesal, "Tidak mau. Kamu punya kaki, matikan sendiri." Tolaknya.
"Oh, jadi begitu caramu membalas budi setelah aku membiarkanmu bekerja di perusahaan ku dan memaafkanmu karena tidak sengaja menghapus file penting?"
[name] tersentak dan berdehem. "Masih dibahas? Aku kira, kamu sudah melupakannya." Sindir [name] sembari menyilangkan kedua tangannya.
"Tidak akan pernah ku lupakan," Balas Dan Feng. "Itu momen terkonyol yang pernah terjadi di kantor."
"Terlebih lagi pelakunya adalah istriku sendiri."
[name] menggeram kesal dan menghampiri Dan Feng yang berbaring dengan santai di kasurnya yang luas. "Beruntung pegawai di sana tidak tau kalau aku istrimu. Mungkin jika mereka tau, kamu akan diejek karena salah memilih istri!"
"Mereka tau."
Awalnya [name] masih sempat tersenyum dengan bangga. Kini ia menganga mendengar pernyataan Dan Feng.
"Yah...Mereka bilang, kamu tidak berguna untuk menjadi istriku. Kerja saja tidak becus." Dan Feng mengatakannya tanpa rasa kasihan ataupun bersalah.
Mendengar pernyataan menyakitkan yang Dan Feng lontarkan, [name] semakin kesal. Ia menyipitkan matanya dan menggigit bibirnya. Ia mengepal tangannya dengan sangat erat.
"Mereka juga bilang, kamu buruk dan tidak bisa diandalkan. Untuk apa bekerja di perusahaan terkenal ini jika kamu sendiri tidak bisa melakukan sesuatu dengan benar?"
Dan Feng belum puas untuk menghina [name], melihat raut wajah [name] yang kesal saja terasa menyenangkan. Namun, begitu Dan Feng hendak melontarkan hinaan terakhirnya, [name] mulai menitikkan air mata.
"Hei–"
Dan Feng mode panik, ia menatap [name] dengan sangat terkejut. Ia tidak tau kalau belakangan ini [name] cukup sensitif.
Melihat [name] menangis sembari menenggelamkan wajahnya pada kasur milik Dan Feng, ia jadi merasa bersalah karena sudah berbohong tentang hinaannya.
Meskipun pegawainya tau [name] adalab istrinya, mereka tidak akan mungkin mengatakan hal buruk tentang istrinya.
Secara, Dan Feng adalah orang yang terlihat menyeramkan dan tidak peduli akan hal lain selain pekerjaannya.
Karena sudah berbohong, Dan Feng jadi merasa bersalah dan menyesal karena mengatakan hal yang menyakitkan untuk [name].
"Uh..." Dan Feng tidak biasa menenangkan seseorang yang menangis. Jadi dia hanya menepuk punggung [name].
"[name]. Yang ku katakan sebelumnya adalah kebohongan. Tapi kamu memang istri yang tidak berguna, kok."
Oh, Dan Feng salah bicara. [name] semakin menangis kejer. Isakan dan endusan ingus [name] terdengar di dalam kamar Dan Feng.
'Sial, aku tidak bermaksud mengatakannya.'
"[name], tatap aku." Perintahnya. Mendengar nada Dan Feng yang terdengar ngeri baginya, [name] sontak mendongak untuk menatapnya meskipun matanya merah dan penuh dengan air mata.
Begitu [name] menatap Dan Feng, Dan Feng menatap [name] dengan tatapan jijik. "Sialan! Itu tidak membantuku untuk berhenti menangis!"
[name] kembali menenggelamkan wajahnya di kasur dan menangis. Dan Feng salah lagi.
Ia menghela nafas panjang dan menepuk kepala [name]. "Yang tadi itu, aku berbohong. Mereka tidak mengatakannya."
[name] masih terisak. Karena itu Dan Heng menangkup kedua pipi [name] dan menatapnya dengan tatapan menyesal. "Aku tidak mau meminta maaf karena itu salahmu." Ucapnya saat ibu jarinya mengusap air mata dari sudut mata [name]
[name] berhenti menangis dan menggigit tangannya. "Keterlaluan! Itu tidak menghibur ku!"
Dan Feng mencubit kedua pipi [name] dan menjitak keningnya. "Saat kamu menangis, kamu semakin jelek." Ejek Dan Feng.
[name] berdiri dan berjalan pergi meninggalkan Dan Feng sendirian di kamarnya. Lampu kamar Dan Feng tidak ia matikan.
Biarkan dia sendiri yang mematikannya, pikirnya.
──── ⋆ ⋅ ☾☼ ⋅ ⋆ ────
829 word cui, wajar aja males mikir. baru selesai ulangan juga
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐨𝐫𝐜𝐞𝐝 𝐌𝐚𝐫𝐫𝐢𝐚𝐠𝐞 • 𝐃𝐚𝐧 𝐅𝐞𝐧𝐠
Fanfiction𝐀 𝐌𝐚𝐫𝐫𝐢𝐚𝐠𝐞 𝐖𝐢𝐭𝐡𝐨𝐮𝐭 𝐅𝐞𝐞𝐥𝐢𝐧𝐠𝐬. ──── ⋆ ⋅ ☾☼ ⋅ ⋆ ──── A marriage without feelings, huh? That's something that sounds strange. Are you really sure there are no feelings there? ──── ⋆ ⋅ ☾☼ ⋅ ⋆ ──── 𝑯𝒊𝒔 𝒆𝒚𝒆𝒔 𝒘𝒆𝒓𝒆 𝒂 𝒄𝒖�...